Proses Investigasi Kasus Penembakan di Intan Jaya Terkendala
Kelompok kriminal bersenjata masih menguasai daerah Hitadipa, Kabupaten Intan Jaya, Papua. Hal ini menyebabkan tim investigasi terkendala ke lokasi penembakan pendeta Yeremia Zanambani.
Oleh
FABIO MARIA LOPES COSTA
·3 menit baca
JAYAPURA, KOMPAS — Proses investigasi kasus penembakan yang menimpa Yeremia Zanambani di Hitadipa, Kabupaten Intan Jaya, Papua, pada 19 September 2020, belum optimal. Hingga kini, kelompok kriminal bersenjata masih menduduki daerah tersebut.
Sebelumnya, pendeta Yeremia Zanambani tewas dengan luka tembak di Kampung Hitadipa, Sabtu (19/9/2020). Pelakunya hingga kini masih terus dicari. Hitadipa berjarak sekitar 30 kilometer dari Distrik Sugapa, ibu kota Intan Jaya. Berjalan kaki ke Hitadipa memakan waktu sekitar 3 jam. Sudah terjadi tiga kali penembakan aparat keamanan di Hitadipa.
Kepala Polda Papua Inspektur Jenderal Paulus Waterpauw, di Jayapura, Jumat (25/9/2020), mengatakan, tim investigasi gabungan sudah ada di Sugapa sejak beberapa hari lalu. Ada dalam tim itu adalah Wakil Polda Papua Brigadir Jenderal (Pol) Matias Fakhiri dan Komandan Resor Militer 173/Praja Vira Tama Brigadir Jenderal Iwan Setiawan.
Ia mengungkapkan, tim investigasi belum bisa menuju lokasi penembakan. Ada 5-6 kelompok kriminal bersenjata (KKB) yang bersembunyi di Hitadipa. Selain itu, tim gabungan juga terkendala kondisi geografis yang sulit. Bila melalui jalur udara, kawasan itu hanya bisa ditempuh menggunakan pesawat berbadan kecil dengan kapasitas di bawah 20 penumpang.
”KKB di Hitadipa bukan berasal dari Intan Jaya. Mereka dari sejumlah kabupaten yang bertetangga dengan Intan Jaya, yakni Puncak, Tolikara, dan Mimika. Mereka dipimpin Sabinus Waker,” papar Paulus.
Ia menuturkan, KKB di Intan Jaya berjumlah sekitar 50 orang dan memiliki 17 pucuk senjata api hasil rampasan dari aparat keamanan. Kelompok ini terlibat dalam 17 teror dalam sembilan bulan terakhir. Total enam warga mengalami luka-luka, tiga warga meninggal, dan dua anggota TNI AD meninggal.
”Kelompok ini ingin menjadikan Intan Jaya sebagai lokasi perang terbuka seperti Nduga. Seharusnya, mereka jangan menyerang warga, tapi menghadapi kami,” tutur mantan Kapolda Sumatera Utara ini.
Ia pun meminta seluruh masyarakat Intan Jaya agar jangan khawatir dengan kejadian ini. Sebab, kepolisian bersama TNI dan pemda setempat menjamin situasi keamanan di Intan Jaya akan kembali kondusif seperti biasanya.
”Kami juga berharap para tokoh masyarakat jangan takut menyerukan penolakan KKB di seluruh Intan Jaya. Apabila KKB menguasai daerah tersebut, pembangunan akan terganggu dan masyarakat menjadi korban kekerasan,” kata Paulus.
Kepala Penerangan Komando Daerah Militer XVII/Cenderawasih Letnan Kolonel Reza Nur Patria menambahkan, tim di Sugapa akan mengungkapkan hasil investigasi pembunuhan Yeremia secara transparan kepada publik.
”Kami meminta masyarakat sabar menanti hingga hasil investigasi tuntas. TNI AD berkomitmen untuk mengungkap penembakan Yeremia hingga tuntas,” tambahnya.
Pastor Yustinus Rahangiar, tokoh agama di Intan Jaya, mengatakan, seluruh kegiatan pelayanan publik terganggu khususnya di bidang pendidikan dan kesehatan. Hal ini disebabkan warga merasa ketakutan dengan kondisi keamanan di Intan Jaya yang tidak kondusif.
”Banyak sekolah yang ditutup. Banyak tenaga guru dan tenaga kesehatan yang mengungsi ke Nabire untuk menyelamatkan diri,” tutur Yustinus.