Bekerja di kapal ikan memiliki risiko sangat tinggi. Untuk itu perlu kompetensi dan persiapan memadai. Selain itu, penting untuk menggunakan jalur legal dan tersertifikasi agar tidak tertipu calo.
Oleh
FRANSISKUS PATI HERIN
·3 menit baca
AMBON, KOMPAS — Sekolah Usaha Perikanan Menengah Ambon, Maluku, memfasilitasi alumni yang tertarik bekerja di kapal ikan asing. Sekolah tersebut bekerja sama dengan jasa penyalur tenaga kerja yang tepercaya. Sejauh ini, alumni yang difasilitasi sekolah itu tidak mengalami masalah berarti di luar negeri, seperti kekerasan, apalagi perbudakan.
Kepala Sekolah Usaha Perikanan Menengah (SUPM) Ambon Achmad Jais Ely di Ambon, Jumat (18/9/2020), menuturkan, pengiriman alumni ke luar negeri mulai berlangsung sejak sekolah itu berdiri pada 1986. ”Sudah ratusan orang yang dikirim dan selama ini tak ada masalah. Kuncinya pada perekrutan,” kata Jais.
Menurut dia, perekrutan dilakukan oleh perusahaan jasa penyalur yang sudah menandatangani nota kesepahaman dengan SUPM. Setelah pengumuman hasil ujian akhir sekolah, siswa yang dinyatakan lulus diberi kesempatan mengikuti perekrutan. Setelah memenuhi syarat administrasi, mereka mengikuti tes akademik, tes fisik, dan wawancara.
Jika dinyatakan lulus, mereka diberangkatkan ke Jakarta untuk belajar bahasa dan kultur negara yang dituju selama paling lama tiga bulan. Selanjutnya, mereka bertolak ke negara tujuan dan bekerja sesuai kontrak. Biasanya tiga tahun. ”Selama perekrutan hingga ke tempat tugas, semua masih dalam pemantauan pihak sekolah,” ujarnya.
Jais mengatakan, pihaknya masih terus berkomunikasi dengan alumni yang kini bekerja di kapal asing. Jika ada masalah, segera dicarikan solusi. Sebagai contoh, tahun ini ada seorang alumnus yang meninggal dalam kapal ikan asing di perairan Amerika Latin. ”Kami bantu urus hak-hak yang didapat oleh keluarga,” ujarnya. Alumnus dimaksud sakit.
Pengajar SUPM lainnya, Leopold Tomasila, menambahkan, ada juga alumni yang memilih jalur perekrutan lain tanpa melalui sekolah. Hal itu sepenuhnya menjadi hak alumni. Banyak yang sukses, tetapi banyak juga yang bermasalah di kemudian hari. Mereka dibohongi agen yang merekrut.
”Biasanya agen menawarkan gaji yang besar sehingga mereka teperdaya. Awal-awal mereka terima gaji seperti yang dijanjikan, tetapi setelah itu gaji tidak dikirim. Perusahaan penyalur bubar dan hilang kontak. Namanya saja perusahaan bodong,” katanya.
Iya menyarankan bagi siapa saja yang ingin bekerja di kapal ikan asing agar memperhatikan sungguh latar belakang agen yang merekrut. Paling tidak, perusahaan dimaksud terdata secara resmi di Kementerian Tenaga Kerja. Banyak orang di daerah teperdaya lantaran tidak memiliki informasi yang cukup.
Agen bodong biasanya menggampangkan segala hal. Mereka biasanya menyelenggarakan perekrutan asal-asalan, membantu memalsukan data dan dokumen, serta menjanjikan gaji yang tinggi. Mereka bahkan merekrut orang yang tidak memiliki kompetensi dan pengalaman sama sekali di bidang penangkapan ikan.
Ketua Serikat Pelaut Pergerakan Pelaut Indonesia Maluku Adnan Tianotak mengatakan, banyak warga asal Maluku yang mendapat perlakuan tidak manusiawi di atas kapal. ”Kadang dikasih makanan basi dan gaji tidak dibayar,” ujarnya. Ia sepakat, masalah utama terletak pada perekrutan.
Kendati sudah sering terjadi, motivasi orang untuk bekerja pada kapal asing masih tetap tinggi. Penyebabnya adalah masalah ekonomi. Warga miskin yang diiming-imingi gaji besar mudah percaya. ”Masalah ini sudah dari dulu, tetapi sayangnya terus berulang. Ini seperti benang kusut,” ujarnya.