Penutupan Jalan di Kota Bandung Belum Efektif Membatasi Aktivitas Warga
Penutupan sejumlah ruas jalan di Kota Bandung, Jawa Barat, pada jam tertentu belum efektif membatasi aktivitas warga. Jalan yang lengang justru dimanfaatkan warga untuk berfoto, bersepeda, dan berjualan.
Oleh
TATANG MULYANA SINAGA
·2 menit baca
BANDUNG, KOMPAS — Penutupan sejumlah ruas jalan di Kota Bandung, Jawa Barat, pada jam tertentu belum efektif membatasi aktivitas warga. Jalan yang lengang itu justru dimanfaatkan sejumlah warga untuk berfoto, bersepeda, dan berjualan.
Penutupan jalan di Bandung dilakukan pada pukul 09.00-11.00, 14.00-16.00, dan 22.00-06.00 di lima ruas jalan sejak Jumat (18/9/2020). Penutupan mulai dari persimpangan Jalan Oto Iskandar Dinata-Jalan Suniaraja sampai persimpangan Jalan Oto Iskandar Dinata-Jalan Asia Afrika serta persimpangan Jalan Asia Afrika-Jalan Tamblong hingga persimpangan Jalan Asia Afrika-Jalan Cikapundung Barat.
Selain itu, penutupan juga dilakukan dari persimpangan Jalan Purnawarman-Jalan Riau hingga persimpangan Jalan Purnawarman-Jalan Wastukencana, persimpangan Jalan Merdeka-Jalan Riau sampai persimpangan Jalan Merdeka-Jalan Aceh, dan persimpangan Jalan Merdeka-Jalan Aceh sampai persimpangan Jalan Merdeka-Jalan Jawa.
Namun, pembatas jalan yang sebelumnya dipasang di Jalan Braga justru dibuka, Rabu (23/9/2020). Hal ini membuat pengendara dapat melalui jalan tersebut menuju Jalan Asia Afrika. ”Percuma saja Jalan Asia Afrika ditutup karena tetap bisa masuk melalui Jalan Braga,” ujar Heri (36), warga di sekitar Jalan Braga.
Menurut Heri, sistem buka-tutup jalan menjadi salah satu cara mengurangi aktivitas warga di masa adaptasi kebiasaan baru pandemi Covid-19. Apalagi, Jalan Braga sering dijadikan tempat berkumpul dan berkerumun, bahkan hingga larut malam.
Jalan yang lengang justru dimanfaatkan warga untuk berfoto, bersepeda, dan berjualan.
Dengan dibukanya pembatas jalan di Jalan Braga, sistem buka-tutup jalan tidak efektif. Pasalnya, hanya jalan sepanjang sekitar 200 meter dari persimpangan Jalan Asia Afrika-Jalan Tamblong dan persimpangan Jalan Asia Afrika-Jalan Braga yang tidak dapat dilalui pengendara.
Ruas jalan sepanjang 200 meter itu juga dijadikan sejumlah warga untuk berfoto dan bersepeda. ”Jalan ditutup, tetapi orang-orang bisa berkumpul untuk berfoto dan bersepeda. Kebijakan penutupan jalan ini kurang efektif,” ujar Usman (28), pengendara sepeda motor.
Pengendara juga tetap dapat melintasi Jalan Oto Iskandar Dinata meskipun akses utamanya ditutup. Mereka masih bisa masuk melalui jalan-jalan kecil di sekitarnya. Jalanan yang lengang dimanfaatkan pedagang untuk berjualan di bahu jalan.
Kepala Polrestabes Bandung Komisaris Besar Ulung Sampurna Jaya mengatakan, buka-tutup jalan diharapkan dapat mencegah warga berkerumun. Oleh karena itu, warga diimbau mengurangi aktivitas di luar rumah. ”Kalau tidak penting, jangan keluar rumah. Ini untuk menekan angka penyebaran Covid-19,” ujarnya.
Kebijakan buka-tutup jalan akan diterapkan hingga 2 Oktober. Penerapannya diperluas hingga perbatasan Kota Bandung pada akhir pekan.
Penutupan jalan di Kota Bandung juga dilakukan saat pembatasan sosial berskala besar (PSBB) pada April-Mei. Menurut Wali Kota Bandung Oded M Danial, dampaknya cukup efektif untuk mencegah kerumunan dan penyebaran Covid-19.
”Buka-tutup jalan ini untuk mengingatkan warga dan pendatang, pandemi Covid-19 masih ada,” ujarnya.