Lonjakan Kasus Terus Terjadi, Pemprov Sultra Arahkan Pengadaan PCR di Daerah
Terus melonjaknya kasus Covid-19 membuat Pemprov Sultra mengarahkan kabupaten/kota membeli mesin PCR sendiri.
Oleh
SAIFUL RIJAL YUNUS
·3 menit baca
KENDARI, KOMPAS — Kasus positif Covid-19 di wilayah Sulawesi Tenggara terus melambung tinggi, mencapai tujuh kali lipat dalam tiga bulan terakhir. Pemerintah provinsi mengarahkan agar kabupaten/kota membeli mesin pengujian spesimen. Hal ini untuk mempercepat deteksi dini sekaligus mencegah penularan virus terus terjadi.
Sekretaris Daerah Provinsi Sultra Nur Endang Abbas menyampaikan, pihaknya berharap agar kabupaten/kota yang memiliki rumah sakit rujukan membeli mesin reaksi rantai polimerase (PCR). Dengan begitu, pemeriksaan dan penanganan dini pasien, juga kontak erat, bisa dilakukan sesegera mungkin.
”Jadi, semuanya bisa di-swab, tidak lagi dikirim ke Kendari. Sekarang masih disusun rumusannya, nanti akan disebar ke daerah ketika sudah resmi,” tutur Endang di Kendari, Rabu (23/9/2020).
Hal itu dilakukan, tutur Endang, sebagai salah satu cara penanganan kasus Covid-19 yang terus melambung. Kasus harian bertambah puluhan, dan tidak ada tanda-tanda penurunan. Beberapa fasilitas isolasi bahkan telah penuh pasien.
Di Kendari, dua rumah sakit rujukan dan satu balai diklat telah penuh pasien sejak beberapa hari lalu. Padahal, setiap hari pasien Covid-19 terus bertambah. Pada Rabu sore, jumlah kasus positif bertambah 90 orang dengan satu kasus meninggal. Total kasus mencapai 2.351 orang dengan total kasus meninggal 51 orang.
”Untuk sementara, kita arahkan pasien ke Rumah Sakit Jiwa. Nantinya, jika memang terus bertambah, kami akan manfaatkan hotel untuk menjadi fasilitas isolasi. Kami harapkan tidak ada lagi yang isolasi mandiri di rumah. Tentunya juga dengan memperbanyak tes, dan ke depannya pelaku perjalanan akan diarahkan untuk tes cepat,” ucapnya.
Kasus positif Covid-19 di Sultra memang terus melonjak tiga bulan terakhir. Kasus harian bertambah puluhan orang. Pada akhir Juni, jumlah kasus positif Covid-19 sebanyak 363 orang. Kurang dari tiga bulan, kasus menjadi 2.351 kasus, atau 700 persen. Kasus terus bertambah, termasuk pejabat, dokter, dan perawat.
Alat PCR di Sultra memang hanya ada beberapa. Selain di RS Bahteramas, alat PCR kini telah dimiliki RSUD Djafar Harun, Kolaka Utara. Alat yang pengadaan lengkapnya seharga Rp 2 miliar ini diklaim bisa melakukan pengujian sebanyak 300 spesimen setiap hari. Meski demikian, alat ini baru menguji spesimen dari daerah setempat. Di RSUD Kendari, pengadaan alat sedang diajukan ke pemerintah pusat.
Di satu sisi, angka pengujian spesimen di Sultra memang masih sangat rendah. Hingga Selasa (22/9/2020), jumlah spesimen yang diuji sebanyak 12.061, atau sekitar 0,4 persen dari total penduduk. Rasio positif di wilayah ini sebanyak 19 persen, jauh di atas angka nasional yang hanya 14 persen, terlebih standar Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), yaitu 4,2 persen.
Sementara itu, merujuk standar WHO, tes usap dilakukan sebanyak 1.000 orang per 1 juta penduduk dalam setiap minggu. Dengan 28 minggu selama ini, tes usap di Sultra seharusnya mencapai kisaran 70.000. Nyatanya, dengan 12.061 tes usap, angka ini hanya 17 persen dari angka ideal.
Sejak jauh-jauh hari, akademisi dan masyarakat sipil telah mengingatkan pemerintah agar mendahulukan pemeriksaan kesehatan dibandingkan dengan program lainnya. Terlebih lagi, Pemprov Sultra mengalokasikan anggaran Rp 400 miliar untuk penanganan Covid-19.
Kisran Makati, Ketua Pusat Kajian dan Advokasi Hak Asasi Manusia (Puspaham) Sultra, menjelaskan, pengadaan PCR hingga tes usap massal seharusnya bukan menjadi kendala bagi Pemprov Sultra. Itu karena pemerintah telah mengalokasikan Rp 400 miliar untuk penanganan Covid-19 di wilayah ini.
Anggaran sebesar itu, lanjut Kisran, bisa digunakan untuk pengadaan alat di sejumlah daerah untuk memudahkan pengujian. Dengan begitu, spesimen dari daerah tidak harus dikirim ke Kendari dan menumpuk di rumah sakit.