Tinggalkan Isolasi Covid-19 di Jakarta, Wali Kota Jambi Syarif Fasha Hadiri Pemakaman Putranya
Wali Kota Jambi Syarif Fasha meninggalkan perawatan isolasi Covid-19 di rumah sakit di Jakarta dan pulang menyewa pesawat. Tindakan itu mengundang keprihatinan sebagian warga Jambi.
Oleh
IRMA TAMBUNAN
·3 menit baca
JAMBI, KOMPAS — Wali Kota Jambi Syarif Fasha yang terkonfirmasi positif Covid-19 turut menghadiri pemakaman putra bungsunya, AMF, Selasa (22/9/2020) sore. Keputusan Fasha yang hadir bersama istri dan anak, yang juga positif Covid-19, disesalkan sebagian warga Jambi.
Meninggalkan perawatan isolasinya, Fasha dibawa ambulans dari Jakarta menuju Jambi beriringan dengan ambulans jenazah putra bungsunya. Pemakaman berlangsung di Tempat Pemakaman Pusara Agung, yang merupakan pemakaman khusus jenazah Covid-19. AMF meninggal Senin lalu di Jakarta setelah terkonfirmasi Covid-19. Jenazahnya dibawa lewat jalur darat menuju Jambi.
Fasha hadir di pemakaman anaknya sekitar pukul 13.00 bersama istri dan anaknya. Mereka mengenakan alat pelindung diri. Tak jauh dari makam, puluhan orang turut pula menyaksikan proses pemakaman tanpa diperlengkapi alat pelindung diri.
Kepada seluruh warga yang hadir di makam, Fasha menyatakan ikhlas atas berpulangnya sang putra. Selanjutnya, seusai pemakaman, Wakil Ketua Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Kota Jambi Maulana membenarkan bahwa Fasha hadir dalam pemakaman tersebut.
Meski sebelumnya terkonfirmasi positif Covid-19, kehadiran Fasha dengan mengenakan alat pelindung diri dinilai cukup. Selanjutnya Fasha dan keluarga akan melanjutkan isolasi. ”Seusai pemakaman ini akan langsung menuju Rumah Sakit Abdul Manap Kota Jambi untuk menjalani sisa isolasi Covid-19,” ujarnya lewat jumpa pers virtual.
Terkait itu, Juru Bicara Gugus Tugas Penanganan Covid-19 Provinsi Jambi Johansyah mengimbau agar Fasha dan keluarga kembali menjalani isolasi. Tidak hanya itu, ia pun mengimbau semua warga yang turut hadir dalam pemakaman tanpa diperlengkapi alat pelindung diri agar segera memeriksakan kesehatan dan mengikuti tes Covid-19 di layanan kesehatan terdekat. ”Karena mereka hadir tanpa APD (alat pelindung diri), sudah seharusnya segera memeriksakan diri ke fasilitas kesehatan,” katanya.
Warga Kotabaru, Jambi, Suratman, mengatakan prihatin atas kepergian putra bungsu wali kota. Namun, ia juga prihatin dengan kedatangan wali kota di saat masih dalam masa perawatan isolasi. Semestinya, pemimpin daerah mampu memberi panutan bagi warganya akan praktik protokol kesehatan dan pengendalian penyebaran Covid-19. ”Kehadirannya di Jambi di tengah masa perawatan isolasi Covid-19 bisa menjadi preseden buruk pada masyarakat,” katanya.
Sebulan terakhir, AMF dirawat intensif di sebuah rumah sakit di Jakarta karena gagal ginjal. Sejak 19 September lalu, ia juga terkonfirmasi positif Covid-19, menyusul ayahnya. Selain AMF, istri dan anak kedua Fasha juga dirawat isolasi karena tertular Covid-19.
Pemakaman AMF disiarkan melalui Zoom dan Youtube. Dalam tayangan yang berlangsung selama lebih dari dua jam itu, tampak puluhan orang turut menyaksikan pemakaman AMF secara langsung di dalam kompleks makam tanpa mengenakan alat pengamanan diri. Alat pelindung diri hanya dikenakan oleh imam dan sejumlah kerabat terdekat yang memakamkan jenazah. Beberapa kali tampak warga dan petugas yang tidak mengenakan alat pelindung diri mendekat persis ke makam.
”Perlakuan istimewa bagi anak pejabat dengan cara seperti ini malah bisa membuat masalah baru. Menciptakan kluster baru Covid-19 di Jambi,” kata Elvidayanty, warga Simpang Mayang, Jambi.
Ia pun mengkritik perlakuan istimewa pemerintah daerah terhadap jenazah pasien Covid-19. ”Itu tidak sesuai dengan prinsip keadilan,” tambahnya. Hal itu bahkan dikhawatirkan dapat memicu masyarakat untuk mengadakan perlakuan serupa bagi pasien Covid-19 di kemudian hari.
”Ke depan, ini bisa jadi alasan keluarga untuk merampas jenazah anggota keluarga yang meninggal karena Covid-19,” lanjutnya.