Banjir di Sukabumi Surut, Ancaman Bencana Belum Berakhir
Banjir bandang yang menerjang Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, Senin (21/9/2020), telah surut, Selasa (22/9) pagi. Namun, ancaman bencana hidrometeorologi belum berakhir karena hujan lebat masih berpotensi terjadi.
Oleh
TATANG MULYANA SINAGA
·3 menit baca
BANDUNG, KOMPAS — Banjir bandang yang menerjang tiga kecamatan di Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, Senin (21/9/2020), telah surut, Selasa (22/9) pagi. Namun, ancaman bencana hidrometeorologi belum berakhir karena hujan lebat masih berpotensi terjadi.
Ketiga kecamatan itu adalah Cicurug, Parung Kuda, dan Cidahu. Banjir setinggi lebih dari 3 meter itu disebabkan luapan Sungai Citarik–Cipeuncit. Akibatnya, dua orang meninggal dan seorang lainnya masih dalam pencarian. Korban meninggal adalah Jeje (58) dan Hasyim (70). Sementara korban lainnya, Anang (25), belum ditemukan.
Data sementara dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Sukabumi menyebutkan, 299 keluarga terdampak banjir, 210 orang mengungsi, dan 20 orang luka-luka.
Meskipun telah surut, banjir masih berpotensi terjadi sebab wilayah Jabar, termasuk Sukabumi, memasuki masa transisi dari kemarau ke musim hujan. Potensi hujan disebabkan faktor pemanasan pada pagi hingga siang serta didukung faktor lokal, seperti kelembaban udara yang cukup tinggi. Hal ini menyebabkan peningkatan pertumbuhan awan hujan konvektif jenis cumulus padat dan cumulonimbus sehingga berpotensi terjadi cuaca ekstrem.
Kepala Seksi Data dan Informasi Stasiun Klimatologi Kelas I Bogor Hadi Saputra, melalui keterangan tertulis, menyatakan, hujan masih berpotensi mengguyur wilayah Jabar, Rabu (23/9). Bahkan, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengeluarkan peringatan dini potensi hujan dengan intensitas sedang hingga lebat di sejumlah kecamatan di Sukabumi, di antaranya Cicurug dan Cidahu, Selasa sore.
Dalam keterangan itu disebutkan, banjir di Sukabumi disebabkan hujan lebat dengan durasi cukup lama. Stasiun penakaran hujan Citeko mencatat, intensitas curah hujan mencapai 110 milimeter selama sekitar 4 jam.
Sementara di Pos Pemantauan Ciutara, Cicurug, intensitas hujan mencapai 95 milimeter. ”Hujan lebat ini dipicu oleh kondisi atmosfer yang labil dan diperkuat adanya pertemuan angin (konvergensi). Fenomena ini meningkatkan potensi pertumbuhan awan hujan di Jabar,” ujarnya.
Pemerintah Kabupaten Sukabumi masih melakukan penanganan darurat. Tim Reaksi Cepat (TRC) BPBD Kabupaten Sukabumi bersama tim gabungan berupaya mencari korban hilang.
Di samping itu, tim gabungan bersama masyarakat bergotong royong membersihkan sisa lumpur akibat banjir bandang. Alat berat dioperasikan mencari korban dan menyingkirkan material yang terbawa banjir.
Kepala Bidang Rehabilitasi dan Rekonstruksi BPBD Kabupaten Sukabumi Anita Mulyani menjelaskan, banjir menyisakan lumpur setinggi lebih dari 30 sentimeter serta material kayu.
Kepala Pelaksana BPBD Jabar Dani Ramdan mengatakan, untuk mengantisipasi banjir susulan, pihaknya mengeruk sungai karena mengalami pendangkalan akibat material pasir dan lumpur yang terbawa banjir. Warga di sekitar sempadan sungai juga diimbau untuk meningkatkan kewaspadaan.
”Beberapa warga yang rumahnya rusak akibat banjir mengungsi ke masjid. Sebagian besar warga mengungsi ke sejumlah rumah keluarga. Bantuan pangan dan sandang didistribusikan ke rumah-rumah itu,” ujarnya.