19 Pasien Tanpa Gejala di Yogyakarta Diisolasi di Rusunawa
Sebanyak 19 pasien positif Covid-19 tanpa gejala di Kota Yogyakarta akan diisolasi di rusunawa milik pemerintah. Para pasien itu diisolasi di rusunawa karena rumah mereka tak memungkinkan untuk isolasi mandiri.
Oleh
HARIS FIRDAUS
·4 menit baca
YOGYAKARTA, KOMPAS — Sebanyak 19 pasien Covid-19 tanpa gejala di Kota Yogyakarta akan diisolasi di rumah susun sederhana sewa atau rusunawa milik pemerintah daerah. Para pasien itu diisolasi karena rumah mereka tidak memungkinkan menjadi tempat isolasi mandiri. Jika mereka dibiarkan di rumah, penularan Covid-19 dikhawatirkan terus terjadi.
”Untuk tahap pertama, yang akan diisolasi di sini ada 19 orang. Mereka akan dijemput di rumahnya, lalu diantar ke sini,” ujar Wali Kota Yogyakarta Haryadi Suyuti seusai meninjau tempat isolasi di Rusunawa Bener, Kelurahan Bener, Kecamatan Tegalrejo, Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta, Selasa (22/9/2020).
Rusunawa Bener merupakan rusunawa milik pemerintah yang selesai dibangun pada akhir 2019 dan ditujukan untuk masyarakat berpenghasilan rendah. Namun, hingga saat ini, rusunawa tersebut belum dihuni sehingga bisa dimanfaatkan sebagai tempat isolasi bagi pasien positif Covid-19 tanpa gejala.
Haryadi menyebut, shelter di Rusunawa Bener itu disebut sebagai Shelter Tegalrejo karena lokasinya berada di Kecamatan Tegalrejo. Di rusunawa itu terdapat 42 unit hunian yang dilengkapi dua kamar tidur, satu kamar, dan satu dapur. Oleh karena itu, jika setiap hunian diisi dua orang, kapasitas maksimal shelter mencapai 84 orang.
Haryadi menambahkan, Shelter Tegalrejo mulai beroperasi Selasa (22/9/2020) sore. Namun, tidak semua pasien positif Covid-19 tanpa gejala akan ditempatkan di shelter tersebut. Mereka yang diisolasi di shelter itu adalah pasien yang kesulitan melakukan isolasi mandiri di rumah, misalnya karena kondisinya sempit dengan anggota keluarga banyak.
”Mereka dikumpulkan di sini agar proses penyembuhannya bisa semakin baik dan tidak menambah penularan,” ungkap Haryadi.
Menurut Haryadi, para pasien yang diisolasi di Shelter Tegalrejo akan diperlakukan secara manusiawi agar tidak merasa tertekan saat menjalani isolasi. Selain itu, kondisi mereka juga akan dipantau dokter dan psikolog. ”Kami tangani semaksimal mungkin dan dengan pendekatan kemanusiaan,” katanya.
Meski begitu, agar isolasi bisa berlangsung efektif, Pemerintah Kota Yogyakarta telah menyusun protokol atau aturan aktivitas di Shelter Tegalrejo. Haryadi mencontohkan, kawasan shelter itu telah dibagi menjadi dua, yakni bagian infeksius dan bagian noninfeksius.
Bagian infeksius merupakan kawasan tempat isolasi pasien, sedangkan bagian noninfeksius merupakan tempat khusus bagi petugas. Semua petugas yang masuk ke bagian infeksius harus menggunakan alat pelindung diri level tiga agar mereka tidak tertular Covid-19.
Pemkot Yogyakarta juga menyiapkan sarana dan tempat khusus dekontaminasi untuk penyemprotan disinfektan kepada seluruh peralatan dan kendaraan yang digunakan di Shelter Tegalrejo. Selain itu, para pasien yang sedang menjalani isolasi dilarang dijenguk keluarganya.
Mereka dikumpulkan di sini agar proses penyembuhannya bisa semakin baik dan tidak menambah penularan. (Haryadi Suyuti)
Putus penularan
Kepala Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta Emma Rahmi Aryani mengatakan, penyediaan tempat isolasi di Shelter Tegalrejo merupakan bagian dari upaya memutus rantai penularan penyakit Covid-19. Dengan berada di tempat tersebut, para pasien Covid-19 tanpa gejala diharapkan bisa menjalani isolasi secara lebih optimal sehingga tidak menulari orang lain.
Emma menyebut, para pasien yang diisolasi di Shelter Tegalrejo telah diseleksi terlebih dulu. Selain mempertimbangkan kondisi rumah para pasien tersebut, seleksi juga dilakukan dengan mengkaji keberadaan tempat isolasi yang dikelola pemerintah kelurahan atau kecamatan di dekat tempat tinggal pasien.
”Yang diisolasi di sini itu misalnya rumahnya kecil, hanya memiliki satu kamar, dan kamar mandi hanya satu. Selain itu, di wilayah tempat tinggalnya juga tidak disediakan tempat isolasi. Jadi, kami komunikasi dengan puskesmas, camat, lurah, dan sebagainya,” kata Emma.
Selain mempertimbangkan kondisi rumah para pasien, seleksi juga dilakukan dengan mengkaji keberadaan tempat isolasi yang dikelola pemerintah kelurahan atau kecamatan di dekat tempat tinggal pasien.
Emma menambahkan, sebelum diisolasi di Shelter Tegalrejo, para pasien itu juga harus menyatakan kesediaannya. Jika pasien merasa terpaksa, proses isolasi di shelter bisa menjadi tidak maksimal.
”Jadi, harus ditawarkan kepada yang bersangkutan. Jangan sampai sudah sampai di sini ternyata dia tidak berkehendak,” ujarnya.
Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Sultan Hamengku Buwono X berharap para pasien Covid-19 tanpa gejala yang diisolasi di Shelter Tegalrejo bisa ditangani dengan baik. Dengan begitu, setelah menjalani isolasi di shelter tersebut, para pasien itu bisa segera sembuh. ”Harapan saya, mereka bisa ditangani dengan baik dan setelah dari sini bisa negatif,” katanya.
Sultan juga berharap para pasien Covid-19 yang diisolasi di Shelter Tegalrejo mesti dijaga agar tidak stres. Oleh karena itu, para pasien tersebut harus bisa tetap berkomunikasi dengan keluarganya meskipun hanya melalui telepon seluler. Selain itu, para pasien tersebut juga harus diberi ruang gerak untuk keluar dari kamar meskipun hanya sesekali. ”Stres itu harus dihindari,” ujarnya.