Cegah Penularan Lebih Awal, Jateng Buat Peta Risiko Mikrozonasi
Ditargetkan, tingkat kematian turun dan tingkat kesembuhan di Jawa Tengah meningkat. Untuk itu, peta sebaran hingga lingkungan terkecil dibuat untuk mencegah penularan sejak dini.
Oleh
ADITYA PUTRA PERDANA
·2 menit baca
SEMARANG, KOMPAS — Pemerintah Provinsi Jawa Tengah membuat peta risiko hingga tingkat RW atau mikrozonasi sebagai upaya menurunkan tingkat kematian serta meningkatkan tingkat kesembuhan kasus Covid-19. Dengan data ini, penularan Covid-19 diharapkan dicegah lebih dini.
Menurut laman informasi Covid-19 Pemprov Jateng yang dimutakhirkan Senin (21/9/2020) pukul 12.00, terdapat 19.797 kasus positif kumulatif dengan rincian 2.992 dirawat, 14.992 sembuh, dan 1.813 meninggal. Terdapat tambahan 266 kasus dalam 24 jam terakhir.
Dari data tersebut, tingkat kematian Covid-19 di Jateng mencapai 9,2 persen. Sementara itu, tingkat kesembuhan sebesar 75,7 persen.
Jawa Tengah, bersama delapan provinsi lain, sebelumnya menjadi perhatian pemerintah pusat dalam pengendalian penularan Covid-19. Dalam dua minggu, terutama di Kota Semarang, tingkat kematian ditargetkan turun dan tingkat kesembuhan meningkat.
Gubernur Jateng Ganjar Pranowo, Senin, di Kota Semarang mengatakan, mikrozonasi disusun agar terlihat peta sebaran kasus hingga tingkat lokal RT-RW. Dengan demikian, pencegahan penularan diharapkan lebih optimal.
Dinas Komunikasi dan Informatika serta Dinas Kesehatan segera menyusun itu. ”Nanti tergambar zona hingga RT-RW. Kami keroyok bersama. IDI (Ikatan Dokter Indonesia) Jateng siap deploy (sebar) dokter untuk bantu advokasi. Kami juga mengajak mahasiswa-mahasiswa perguruan tinggi,” katanya.
Kepala Dinas Kesehatan Jateng Yulianto Prabowo menambahkan, peta risiko mikrozonasi akan menjadi dasar melakukan aksi bersama dalam pencegahan penularan Covid-19, termasuk di dalamnya penegakan kepatuhan masyarakat terhadap protokol kesehatan.
Upaya lainnya dengan memisahkan orang-orang berisiko, seperti lansia, ibu hamil, dan penderita penyakit penyerta. ”Mereka kami prioritaskan dilakukan tes usap. Namun, memang ada yang takut dites. Maka, kami beri pemahaman kepada mereka,” ujar Yulianto.
Pasalnya, berdasarkan data Pemprov Jateng, orang meninggal akibat Covid-19 didominasi kelompok usia 50-69 tahun. Adapun riwayat penyakit pasien Covid-19 meninggal antara lain diabetes melitus sebesar 40 persen dan hipertensi sebesar 31,7 persen.
Ketua Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI) Jateng Taufik Kurrachman menjelaskan, mengubah perilaku dalam menerapkan protokol kesehatan memang bukan hal mudah. Namun, upaya sosialisasi tak boleh berhenti demi menekan angka kasus.
”Seperti melalui Jogo Tonggo (jaga tetangga), itu harus terus dilakukan lewat berbagai media. Yang perlu ialah peran tokoh agama dan tokoh masyarakat, yang akan didengar oleh masyarakat,” kata Taufik.