Kasus positif Covid-19 di Kendari, Sulawesi Tenggara, semakin tidak terkendali. Lonjakan kasus terjadi sehingga membuat tiga tempat isolasi penuh. Pengujian spesimen masif menjadi kunci.
Oleh
SAIFUL RIJAL YUNUS
·3 menit baca
KENDARI, KOMPAS — Dua rumah sakit dan satu fasilitas isolasi pasien Covid-19 di Kendari, Sulawesi Tenggara, penuh pasien. Jumlah pasien terus melonjak drastis dalam tiga bulan terakhir hingga mencapai 600 persen sejak akhir Juni. Kasus yang terus meluas dan tidak terkendali membuat dokter, perawat, juga pejabat terpapar virus.
Direktur Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kendari dr Sukirman menyampaikan, fasilitas isolasi rumah sakit telah penuh sejak beberapa waktu lalu. Sebanyak 70 ranjang isolasi telah diisi pasien Covid-19 seiring jumlah kasus yang meningkat drastis.
”Memang sudah penuh untuk ruangan isolasi Covid-19. Namun, setiap hari juga ada yang keluar sekitar lima orang. Jadi, setiap ada kasus baru, kami masukkan ke rumah sakit, khususnya yang harus menjalani perawatan,” terang Sukirman di Kendari, Senin (21/9/2020).
Sejauh ini, ujar Sukirman, pasien positif Covid-19 masih terlayani dengan baik. Meski demikian, yang dikhawatirkan ketika ada pasien baru yang harus menjalani perawatan, sementara kamar sedang penuh.
Menurut Sukirman, hal tersebut harus menjadi pertimbangan ke depan. Meski belum ada kejadian, potensinya tetap harus diantisipasi agar semua pasien tertangani. ”Untuk pasien tanpa gejala tidak masalah. Yang perlu diwaspadai ketika ada pasien baru dan harus ditangani,” katanya.
Tidak hanya di RSUD Kendari, fasilitas isolasi di RS Bahteramas Kendari juga telah penuh. Rumah sakit milik Pemerintah Provinsi Sultra ini merupakan rujukan Covid-19 di Sultra. Bahkan, Balai Pelatihan Kesehatan (Bapelkes) Sultra, yang juga dijadikan fasilitas isolasi, juga telah penuh.
Kendari merupakan wilayah dengan angka kasus positif Covid-19 terbanyak di Sultra. Dari total 2.187 kasus hingga Minggu (20/9/2020), sebanyak 878 kasus berada di Kendari atau sekitar 40 persen. Wilayah lain yang juga tinggi adalah Kota Baubau dengan jumlah kasus 431 orang.
Pelaksana Tugas Kepala Dinas Kesehatan Sultra dr Ridwan menyampaikan, dua rumah sakit, juga Bapelkes Sultra, memang telah penuh pasien. Saat ini pasien diarahkan ke balai diklat BPSDM Sultra dan RS Jiwa.
”Cuma di RS Jiwa hanya ada 10 ranjang. Di BPSDM ada 70 ranjang, tetapi khusus untuk yang tanpa gejala. Sebagian pasien juga diarahkan untuk isolasi mandiri jika memang dinilai dalam kondisi sehat,” terang Ridwan.
Sementara ini, Ridwan melanjutkan, pihaknya berusaha agar satu fasilitas isolasi pasien Covid-19 di SMA Angkasa bisa segera digunakan. Fasilitas tersebut telah dibangun sejak awal masa pandemi dan saat ini dalam tahap penyelesaian.
Terkait penuhnya fasilitas isolasi Covid-19, Ridwan menjelaskan, memang terjadi seiring peningkatan kasus positif di Kendari dan Sultra secara keseluruhan. Penelusuran kasus terus dilakukan untuk memutus rantai penyebaran virus.
”Untuk sementara, kami mengusahakan agar fasilitas lain bisa segera digunakan. Pencegahan juga dilakukan dengan penegakan protokol kesehatan. Untuk tes swab (usap) massal belum bisa dilakukan saat ini karena keterbatasan anggaran,” ucapnya.
Senin sore, Ridwan juga terkonfirmasi positif Covid-19. Ia diumumkan terpapar virus saat mengikuti rapat dengan sejumlah kepala organisasi perangkat daerah, termasuk Sekretaris Daerah Sultra Nur Endang Abbas. Saat dihubungi sebelumnya, suaranya terdengar serak dan lemah. Ia mengaku akan menjalani isolasi di balai diklat BPSDM Sultra.
Sejak tiga bulan terakhir, jumlah kasus positif Covid-19 di Sultra melonjak drastis. Pada akhir Juni, jumlah kasus positif sebanyak 363 orang. Kurang dari tiga bulan, kasus menjadi 2.187 kasus atau melonjak 600 persen. Kasus terus bertambah, termasuk pejabat, dokter, dan perawat.
Grafik perkembangan kasus juga belum menunjukkan tanda-tanda penurunan. Kasus harian bertambah puluhan setiap hari. Epidemiolog Universitas Halu Oleo, Kendari, Ramadhan Tosepu, menyampaikan, penuhnya fasilitas isolasi menunjukkan penyebaran virus yang semakin tidak terkendali. Kasus harian bertambah dengan jumlah yang terus meningkat.
Oleh sebab itu, Ramadhan melanjutkan, tes usap yang masif merupakan langkah yang harus ditempuh agar penyebaran virus tidak semakin meluas. ”Setelah penegakan protokol, harus dibarengi dengan pengujian spesimen massal. Hanya dengan pengujian yang banyak, penyebaran virus bisa diantisipasi,’’ ucapnya.