Tunda Terima Napi Baru, Lapas Surabaya Uji Usap 400 Napi dan Petugas
Lapas Kelas I Surabaya menunda penerimaan warga binaan baru karena potensi ancaman Covid-19 masih sulit dipastikan. Untuk memetakan sebaran penyakit secara akurat, 400 narapidana dan petugas diuji usap.
Oleh
RUNIK SRI ASTUTI
·4 menit baca
SIDOARJO, KOMPAS — Lembaga Pemasyarakatan Kelas I Surabaya masih menunda penerimaan warga binaan baru karena pandemi Covid-19 masih berlangsung. Untuk memetakan sebaran penyakit secara akurat, sebanyak 400 narapidana dan petugas lapas menjalani pemeriksaan uji usap.
Kepala Lapas Kelas I Surabaya di Kecamatan Porong, Sidoarjo, Gun Gun Gunawan mengatakan, dari 400 orang yang menjadi sasaran uji usap tersebut, sebanyak 200 orang diperiksa pada Jumat (17/9/2020). Sementara 200 orang lainnya dijadwalkan menjalani pemeriksaan pada Senin karena mempertimbangkan kapasitas pengujian.
”Pengetesan Covid-19 secara massal ini merupakan bagian dari upaya penanganan pandemi di dalam lapas. Upaya itu adalah penelusuran kontak erat (tracing), pengetesan (testing), dan treatment (perawatan),” ujarnya.
Gun Gun menambahkan, total warga binaan pemasyarakatan Lapas Kelas I Surabaya saat ini 2.272 orang atau dua kali lipat dari kapasitas ideal. Dari 2.272 warga binaan itu, hanya 400 orang yang diuji usap. Mereka yang menjadi sasaran uji usap adalah yang berkontak erat dengan pasien terkonfirmasi positif Covid-19.
Selain itu, para napi yang memiliki penyakit penyerta seperti jantung, diabetes, dan darah tinggi juga diperiksa. Warga binaan berusia lanjut juga diuji usap karena dinilai rentan terinfeksi virus korona galur baru penyebab Covid-19. Petugas yang berinteraksi intens dengan napi positif diwajibkan ikut pemeriksaan yang difasilitasi oleh RSUD dr Soetomo ini.
Petugas atau pegawai yang berinteraksi intens antara lain yang bertugas sebagai regu pengamanan, bagian kebersihan, bagian penitipan barang, dan pelayanan kesehatan. Sementara pegawai yang jarang berinteraksi langsung berada di bagian administrasi.
Pengetesan Covid-19 secara massal ini merupakan bagian dari upaya penanganan pandemi di dalam lapas. Upaya itu adalah penelusuran kontak erat, pengetesan, dan perawatan. (Gun Gun Gunawan)
Menurut Gun Gun, pihaknya sebenarnya ingin memperluas sasaran pemeriksaan Covid-19 pada pengelola warung makan di sekitar lapas. Itu untuk memastikan peta sebaran virus karena banyak petugas lapas yang makan dan minum kopi di warung-warung tersebut setiap hari. Namun, karena keterbatasan kuota pengetesan, hanya beberapa pengelola warung yang diperiksa.
Tidak menyebar
Pengelola Lapas Kelas I Surabaya berharap hasil uji usap terhadap 400 orang tersebut semuanya negatif. Namun, apabila ditemukan kasus positif, harapannya bisa segera ditangani dengan baik supaya tidak menyebar luas. Penanganan yang cepat dan tepat juga diharapkan mampu meningkatkan kesembuhan pasien dan mencegah kematian.
”Jangan sampai terjadi fenomena gunung es karena tidak terdeteksi dengan baik. Hal itu berbahaya karena berpotensi terjadi ledakan jumlah penderita yang berdampak pada kualitas perawatan,” kata Kepala Seksi Perawatan Lapas Kelas I Surabaya Prayogo Mubarok.
Prayogo mengatakan, saat ini warga binaan lapas yang masih dirawat di ruang isolasi khusus pasien terkonfirmasi positif Covid-19 tinggal empat orang. Puluhan orang lainnya sudah kembali ke blok hunian masing-masing setelah dinyatakan selesai menjalani masa karantina.
Seperti diberitakan sebelumnya, 57 warga binaan pemasyarakatan dan pegawai Lapas Kelas I Surabaya terkonfirmasi positif Covid-19, dua orang di antaranya meninggal. Sebanyak 57 kasus konfirmasi positif itu terdeteksi dari hasil uji usap yang dilakukan di lapas dan rumah sakit rujukan Covid-19 pada pertengahan Agustus lalu.
Pada uji usap yang dilakukan di dalam lapas, ada 73 orang menjadi sasaran pengetesan dengan rincian 11 pegawai dan 62 warga binaan. Hasilnya 3 pegawai dan 47 warga binaan dinyatakan positif. Sementara pada uji usap yang dilakukan di rumah sakit rujukan diperoleh hasil 6 warga binaan dan 1 pegawai dinyatakan terkonfirmasi positif.
Menyikapi banyaknya kasus konfirmasi positif tersebut, Lapas Kelas I Surabaya mengambil kebijakan menunda menerima napi baru. Ada puluhan napi yang perkaranya telah memiliki kekuatan hukum tetap rencananya menjalani masa hukuman badan di Lapas Kelas I Surabaya. Namun, karena merebaknya sebaran Covid-19, para napi dialihkan sementara ke lapas lain.
Kepala Bidang Pembinaan Lapas Kelas I Surabaya Hero Sulistyono mengatakan, pelacakan kontak erat dan pengetesan diupayakan dilakukan berkala untuk deteksi dini sebaran penyakit. Pihaknya juga tetap menyiapkan ruang perawatan untuk pasien Covid-19 di dalam lapas. Adapun pasien yang mengalami gejala klinis berat akan dirujuk ke rumah sakit rujukan di wilayah Sidoarjo dan Surabaya.
”Selain itu, kegiatan yang melibatkan massa atau memicu kerumunan masih ditunda. Kegiatan keagamaan di masjid dan gereja belum dibuka karena khawatir menjadi sumber penularan Covid-19,” kata Hero.