Banjir di Kalimantan Tengah mulai merendam bagian hilir di beberapa kabupaten. Bagian hulu pun perlahan surut meski belum bisa dikatakan aman dari luapan air. Banjir menjadi alarm kerapuhan alam di Kalteng.
Oleh
DIONISIUS REYNALDO TRIWIBOWO
·3 menit baca
PALANGKARAYA, KOMPAS — Banjir di Kalimantan Tengah mulai merendam bagian hilir di beberapa kabupaten. Bagian hulu pun perlahan surut meski belum bisa dikatakan aman dari luapan air.
Sudah seminggu, tujuh kabupaten di Kalimantan Tengah terendam banjir. Tujuh kabupaten itu yakni Katingan, Lamandau, Seruyan, Kotawaringin Timur, Kotawaringin Barat, Kapuas, dan Kabupaten Murung Raya. Lebih kurang 30 kecamatan terendam banjir dan 20.500 warga terdampak banjir.
Di Kabupaten Katingan, dari 10 kecamatan yang terendam banjir di bagian hulu Sungai Katingan saat ini berangsur surut, sisa lima kecamatan saja. Namun, kini banjir mulai menuju wilayah hilir Sungai Katingan.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Katingan PE Suryadilaga menjelaskan, lima kecamatan yang terendam saat ini terletak di bagian tengah dan selatan Kabupaten Katingan, seperti di Kecamatan Katingan Hilir dan Tasik Payawan.
”Prediksi kami malam ini bisa naik tinggi di daerah hilir, mungkin puncaknya malam ini atau esok pagi,” kata Suryadilaga saat dihubungi dari Palangkaraya, Jumat (18/9/2020).
Suryadilaga mengungkapkan, ketinggian air saat ini mencapai 100 sentimeter di beberapa wilayah. Meskipun demikian, masyarakat mengungsi ke rumah keluarga di daerah yang relatif aman. Mereka memilih tinggal bersama keluarga darpada dievakuasi ke tenda darurat.
”Ini banjir tahunan, jadi sebagian besar masyarakat sudah terbiasa dan punya siasat masing-masing. Beberapa bangunan rumah juga sudah dibuat dengan mengantisipasi banjir,” kata Suryadilaga.
Kepala Bidang Logistik dan Kedaruratan Badan Penanggulangan Bencana dan Pemadam Kebakaran (BPBPK) Alpius Patanan mengungkapkan, di Kabupaten Seruyan masih terdapat dua kecamatan yang terisolasi lantaran banjir. Dua kecamatan tersebut adalah Kecamatan Suling Tambung dan Seruyan Hulu.
”Kami sedang koordinasikan agar bantuan dengan menggunakan helikopter bisa masuk ke wilayah tersebut,” kata Alpius.
Alpius mengungkapkan, di Kabupaten Lamandau, banjir sudah mulai surut. Sebelumnya, terdapat empat kecamatan yang terendam banjir. Saat ini tersisa dua kecamatan, yakni Kecamatan Batang Kawa dan Belantikan Raya.
”Di Lamandau memang sudah mulai surut, tetapi masih belum bisa dibilang aman lantaran kemungkinan air naik tinggi karena sangat bergantung pada curah hujan,” kata Alpius.
Kepala Desa Kinipan di Kecamatan Batang Kawa, Kabupaten Lamandau, Wilem Hengki menilai, banjir di wilayahnya terjadi karena banyak faktor. Namun, hilangnya fungsi hutan dalam resapan air menjadi salah satu alasan kuat.
”Di wilayah ini, banjir muncul sejak dua tahun terakhir. Sebelumnya mana pernah separah ini. Jangan hanya lihat data di atas meja, kami harap semua pihak bisa turun langsung dan melihat (kondisi alam) sehingga bisa ambil kesimpulan sendiri,” kata Wilem.
Di wilayah ini banjir muncul sejak dua tahun terakhir. Sebelumnya mana pernah separah ini.
Kinipan menjadi salah satu wilayah yang saat ini sedang menjadi perbincangan lantaran konflik lahan antara masyarakat dan perusahaan perkebunan sawit. Setidaknya, lebih kurang 3.000 hektar hutan di wilayah Kinipan dikonversi menjadi perkebunan sawit. Pohon-pohon ditebangi dan diganti satu jenis tanaman.
Saat Kompas mengunjungi lokasi dengan helikopter bersama rombongan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) pada Rabu (9/9/2020), banyak terlihat titik-titik longsor. Air sungai yang meluap pun masuk ke permukiman warga.
”Kami bingung bencana ini baru-baru saja datang tak lama setelah hutan-hutan dibabat,” kata Wilem.