Beberapa hari terakhir hujan tidak turun di sejumlah wilayah Kalimantan Barat. Hal itu memicu munculnya titik panas. Berdasarkan pantauan satelit, terdapat 531 titik panas pada Jumat (18/9/2020).
Oleh
EMANUEL EDI SAPUTRA
·3 menit baca
PONTIANAK, KOMPAS — Sebanyak 531 titik panas muncul di beberapa wilayah Kalimantan Barat. Titik panas itu terpantau pada Jumat (18/9/2020). Tidak adanya hujan beberapa hari terakhir memicu munculnya titik panas tersebut.
Berdasarkan data Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional, titik panas tersebut tersebar di Kabupaten Mempawah (9), Sanggau (22), Ketapang (250), Sintang (54), Kapuas Hulu (10), Bengkayang (9), Landak (62), Sekadau (50), Kayong Utara (7), Melawi (48), dan Kubu Raya (10).
”Lokasi yang terbakar kebanyakan berada di lahan gambut, seperti di Sanggau, Ketapang, Kubu Raya, dan Sekadau,” ujar Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik Badan Penanggulangan Bencana Daerah Provinsi Kalimantan Barat Novel Umar, Jumat (18/9).
Novel menuturkan, pihaknya menerjunkan satuan tugas (satgas) darat dan udara. Pemadaman dari udara mengerahkan delapan helikopter pemadam. Enam Helikopter pemadam bersiaga di Kota Pontianak dan dua bersiaga di Ketapang.
”Semuanya dikerahkan ke lahan-lahan gambut kemarin dan hari ini (Jumat) karena lokasi yang tidak terjangkau satgas darat,” ujar Novel.
Saat ini BPBD Kalbar menetapkan status siaga darurat bencana kabut asap akibat kebakaran hutan dan lahan. Koordinator Manggala Agni Kalbar, Sahat Irawan Manik, menuturkan, sejak Januari hingga akhir Agustus luas lahan gambut yang terbakar 68,5 hektar. Sementara itu, luas lahan non-gambut yang terbakar 21,1 hektar. ”Untuk bulan September, luasan lahan yang terbakar belum terekap seluruhnya,” kata Sahat.
Lokasi yang terbakar kebanyakan berada di lahan gambut, seperti di Sanggau, Ketapang, Kubu Raya, dan Sekadau.
Beberapa hari lalu di Sintang, misalnya, ada sekitar 0,5 hektar lahan gambut terbakar. Kedalaman gambut sekitar 1,5 meter, tetapi berhasil dipadamkan karena jenis kebakarannya di lahan permukaan.
Sejauh ini tidak ada kendala sumber air selama pemadaman. Sumber air di sekitar lokasi kebakaran masih memadai. Namun, untuk daerah yang sulit dijangkau melalui jalur darat akan dibantu pemadamannya melalui udara oleh Satgas Udara. Sahat berharap tahun ini tidak ada kebakaran lahan yang besar.
Kebakaran terjadi karena tiga hari terakhir tidak ada hujan sehingga memicu kemunculan titik panas di sejumlah wilayah. Tahun ini, kemarau cenderung lebih basah. Namun, kewaspadaan terus dilakukan. Patroli terpadu yang melibatkan kelompok masyarakat dijalankan.
Pantauan Kompas, beberapa hari terakhir, meskipun titik panas muncul signifikan, itu belum berdampak terhadap kondisi di Kalbar. Jarak pandang masih normal baik pada siang maupun malam hari. Kabut asap juga belum tampak.
Berdasarkan data Pemerintah Provinsi Kalbar, luas kebakaran lahan di Kalbar pada 2015 sebesar 93.515 hektar. Pada 2018, luas lahan terbakar sempat turun jadi 68.422,03 hektar. Kemudian, pada 2019 luas lahan yang terbakar 151.919 hektar, melampaui luas pada 2015.
Gubernur Kalbar Sutarmidji dalam berbagai kesempatan terus mendorong agar desa melalui program desa mandiri berperan lebih besar dalam pencegahan kebakaran lahan. Peran itu bisa dilakukan melalui indikator pada bagian dimensi ketahanan ekologi.
Pada 2018 hanya ada satu desa mandiri di Kalbar dari 2.031 total desa di Kalbar. Pada 2019 sudah ada 87 desa mandiri. Pada 2020 sudah terdata 214 desa mandiri, 332 desa maju, 907 desa berkembang, sisanya 566 desa tertinggal dan 12 desa sangat tertinggal.