31 Orang di Pesantren Al Izzah Kota Batu Positif Covid-19
Hasil tes usap terhadap ratusan santri dan pengelola Pesantren Al Izzah International Islamic Boarding School di Batu menyatakan 31 orang terkonfirmasi positif Covid-19. Kondisi mereka tanpa gejala dan kini diisolasi.
Oleh
DEFRI WERDIONO
·3 menit baca
BATU, KOMPAS — Sebanyak 31 orang di Pesantren Al Izzah International Islamic Boarding School, Kota Batu, Jawa Timur, terkonfirmasi positif Covid-19. Mereka bagian dari 748 santri, pegawai, dan pengelola pesantren yang menjalani tes usap sepanjang 31 Agustus-13 September.
Juru Bicara Satuan Tugas Covid-19 Kota Batu Muhammad Chori dalam siaran pers, Jumat (18/9/2020) malam, mengatakan, ke-31 orang yang dinyatakan positif tersebut kondisinya tidak bergejala. Mereka telah melakukan isolasi mandiri di fasilitas pondok pesantren yang berada di Desa Sumberejo, Kecamatan Batu.
Proses isolasi juga diawasi intensif oleh Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur, Dinas Kesehatan Kota Batu, dan rumah sakit rujukan. ”Seluruh santri dan pengelola yang termasuk kategori kontak erat dengan kasus terkonfirmasi juga telah menjalani karantina mandiri di lokasi terpisah,” ujarnya.
Chori menjelaskan, kasus santri Al Izzah pertama kali terkonfirmasi positif pada 23 Agustus. Santri tersebut berinisial H (14). Yang bersangkutan melakukan tes usap mandiri dan perawatan di RS International Hospital Surabaya. H kemudian dinyatakan sembuh pada 28 Agustus lalu.
Oleh karena ada santri yang dinyatakan positif Covid-19, pada 30 Agustus pihak pesantren melaporkan masalah ini ke Gugus Tugas Penanganan Covid-19 Kota Batu. Pihak gugus tugas pun merespons dengan melakukan pelacakan ke pesantren.
”Atas pertimbangan waktu pelaporan yang sudah cukup lama dari tanggal terkonfirmasi, diputuskan dilakukan tes usap terhadap seluruh santri dan pengelola pesantren,” kata Chori.
Test usap terhadap 748 orang itu melibatkan Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur, puskesmas, dan rumah sakit di Kota Batu.
Terkait temuan ini, Koordinator Penanganan Covid-19 Al Izzah International Islamic Boarding SchoolAziz Effendy, hingga berita ini ditulis, belum bisa dihubungi, baik melalui sambungan telepon maupun aplikasi percakapan Whatsapp.
Pada kesempatan sebelumnya, mengenai santri berinisial H yang merupakan kasus pertama di pesantren tersebut, Aziz mengatakan, pihaknya menerima siswa dengan protokol kesehatan ketat. Protokol itu antara lain mengharuskan santri menandatangani surat bermeterai telah melakukan karantina mandiri di rumah selama dua pekan dan menjalani tes cepat di RS Hasta Brata, Batu.
”Para santri juga harus menjalani karantina selama 14 hari di pesantren,” katanya.
Menurut Aziz, setelah dua pekan berlalu, santri baru diizinkan berkumpul dengan santri lain. Namun, pada 20 Agustus, orangtua H mengajak pulang lantaran ada keluhan alergi pada anak. Karena pihak sekolah tidak bisa melarang, sang santri dibawa pulang.
Setelah sampai di Surabaya dan dibawa ke rumah sakit, santri yang bersangkutan baru dinyatakan positif. ”Nah, dinyatakan positif ini harus diklarifikasi. Makanya, saya klarifikasi, ternyata karena bapaknya di luar kota. Ibunya juga seorang dokter. Akhirnya kami lakukan pelacakan di sini,” katanya.
Secara keseluruhan, di Kota Batu, menurut Chori, terdapat penambahan 37 pasien terkonfirmasi positif. Dari jumlah tersebut, 31 orang berasal dari Desa Sumberejo (Al Izzah), 2 orang dari Kelurahan Ngaglik, serta masing-masing 1 orang dari Kelurahan Temas, Desa Pendem, Desa Torongrejo, dan Desa Giripurno.
Hingga 18 September, jumlah akumulatif pasien terkonfirmasi positif di Kota Batu sebanyak 385 orang, dengan rincian 83 aktif, 274 sembuh, dan 28 meninggal. Adapun kasus suspek tes 460, probable 24, diisolasi 164, dan discarded 286.