Ratusan Hektar Sawah di Karawang Terancam Kekeringan
Sebanyak 890 hektar lahan persawahan di enam kecamatan di Kabupaten Karawang, Jawa Barat, terancam kekeringan. Musim hujan diprediksi datang pada awal Desember 2020.
Oleh
MELATI MEWANGI
·3 menit baca
KARAWANG, KOMPAS — Sebanyak 890 hektar persawahan di enam kecamatan di Kabupaten Karawang, Jawa Barat, terancam kekeringan. Musim hujan diprediksi baru akan datang pada awal Desember 2020.
Kepala Bidang Tanaman Pangan Dinas Pertanian Karawang Edi Suryana, Rabu (16/9/2020), mengatakan, kekeringan berpotensi terjadi di Tegalwaru di lahan berukuran 20 hektar, Kutawaluya (235 ha), dan Majalaya (160 ha). Selain itu, ada juga Pakisjaya (195 ha), Tirtamulya (80 ha), dan Telukjambe Barat (200 ha).
Menurut Edi, pihaknya terus berkoordinasi dengan sejumlah instansi untuk memaksimalkan pengairan sawah. Misalnya, perbaikan saluran irigasi sekunder di beberapa titik oleh Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Karawang serta meminta penambahan debit air dari Perum Jasa Tirta II, pengelola Waduk Jatiluhur. Upaya ini dilakukan untuk mencukupi kebutuhan air petani.
Adapun perbaikan pada saluran tersier dilakukan petani melalui kerja bakti mengangkat sampah dan pembersihan eceng gondok. Saluran irigasi tersier berukuran 30-100 sentimeter. Sebagian dinding saluran dilapisi semen, tetapi ada pula yang masih tanah.
Pantauan di Desa Ciranggon, Kecamatan Majalaya, air masih memenuhi sejumlah petak sawah. Di pinggir saluran irigasi tersier tampak tumpukan sampah eceng gondok dan endapan yang diangkat. Pada periode yang sama tahun lalu, daerah ini terdampak kekeringan. Sejumlah petani terpaksa menunda masa tanam padi karena jumlah air yang tidak mencukupi.
Solehudin (36), petani Ciranggon, mengatakan, tahun ini, air cukup melimpah. Sebagian petani memasuki musim tanam kedua tahun ini. Tanaman padi miliknya telah berumur 14 hari setelah semai (hst). Pada usia tersebut, tanaman membutuhkan air cukup banyak untuk pertumbuhan awal.
Akan tetapi, ada kekhawatiran jika masa panen bersamaan dengan awal musim hujan. Hal itu memicu kemungkinan bakal terjadi gagal panen karena tanaman roboh atau harga anjlok. Mutu gabah panen musim hujan tidak sebagus musim kemarau.
Tahun ini, Dinas Pertanian Karawang mengalokasikan anggaran Rp 720 juta untuk program asuransi usaha tani padi bagi 20.000 ha lahan sawah. Petani yang ikut asuransi akan mendapatkan ganti rugi Rp 6 juta per ha saat gagal tanam atau gagal panen.
Jika dibandingkan dengan tahun lalu, musim kemarau sekarang sedikit berbeda. Hujan masih sesekali turun di beberapa titik, termasuk Waduk Jatiluhur. Kepala Seksi Data dan Informasi Stasiun Klimatologi Bogor Hadi Saputra sebelumnya mengatakan, kemarau di Jabar pada tahun ini diprediksi sampai Oktober 2020. Namun, kondisi ini tidak terjadi serentak di setiap daerah.
Pada Oktober minggu I-III diprediksi ada 19 wilayah zona musim (zom) yang mulai memasuki awal musim hujan, antara lain Tasikmalaya, Sukabumi, Bandung, dan Purwakarta. Zom adalah wilayah perbedaan antara musim hujan dan musim kemarau.
Awal musim hujan diprediksi turun pada November minggu I-III pada 13 wilayah zom, antara lain Majalengka, Subang, dan Kuningan. Sementara Karawang dan Bekasi diprediksi memasuki awal musim hujan pada Desember.