Pandemi Desak Warga Buat ”Food Garden” di Belakang Rumah
Semasa pandemi Covid-19, masyarakat di Palangkaraya membatasi kunjungannya ke pasar. Apalagi dengan bermunculannya kluster pasar. Warga di Palangkaraya pun berinisiatif memanfaatkan pekarangan rumah untuk menanam sayur.
Oleh
DIONIISIUS REYNALDO TRIWIBOWO
·3 menit baca
PALANGKARAYA, KOMPAS — Semasa pandemi Covid-19, masyarakat di Palangkaraya membatasi kunjungannya ke pasar. Apalagi dengan bermunculannya kluster pasar. Momen itu ditangkap oleh Kelompok Tani Uluh Pangaringan di Kota Palangkaraya untuk mengembangkan pertanian hidroponik yang mereka sebut food garden.
Kelompok tani tersebut diinisiasi oleh seorang warga Panaru, Gamaliel Tumon (51), yang memulai pertanian organik dengan sistem hidroponik di pekarangan di belakang rumahnya. Ia menanam berbagai sayuran, mulai dari bayam merah hingga kembang kol.
Halaman di belakang rumah Gamaliel sebelum tahun 2019 hanya diisi barang-barang tak dipakai atau sekadar tempat ternak ayam. Namun, saat ini halaman dengan ukuran 20 meter x 30 meter itu diubah menjadi kebun sayur hidroponik.
Pipa-pipa terlihat tersambung di mana-mana. Pot-pot kecil dengan ember-ember rusak yang ia pungut dari beragam tempat itu terkumpul rapi dan ditumbuhi beragam sayuran. Di dalam pot, ia menggunakan sekam bekas bakar dengan campuran nutrisi.
Ada juga pot kecil bekas tempat cat, wadah air mineral, dan beragam benda yang biasa dibuang orang. ”Hidroponik itu, kan, sistem, tak perlu halaman luas pun bisa dilakukan, bahkan tak perlu yang menggunakan beban listrik besar,” kata Gamaliel.
Ketekunan Gamaliel lalu membuat warga di sekitar rumahnya di Panarung, Kota Panarung, Kalimantan Tengah, kepincut untuk belajar. Ia kemudian membuka pelatihan hidroponik hingga akhirnya pada Rabu (16/9/2020) pagi bersama Lurah Panarung Evi Kahayanti meresmikan dibentuknya kelompok tani.
Melalui kelompok tani itu, menurut Evi, pengetahuan hidroponik akan disebarluaskan. Dengan demikian, masyarakat bisa memulai aktivitas bertani di rumah dengan memanfaatkan pekarangan sendiri.
”Ini sangat cocok di situasi pandemi ini agar mengurangi intensitas ke pasar atau aktivitas di luar rumah,” kata Evi.
Kelompok Tani Uluh Pangaringan beranggotakan 15 orang. Salah satunya pemuda bernama Rusadioto (24) yang sehari-hari juga membantu Gamaliel mengembangkan pertanian organik.
Ini sangat cocok di situasi pandemi ini agar mengurangi intensitas ke pasar atau aktivitas di luar rumah.
Rusadioto sudah mulai menanam kembang kol, timun, cabai merah, hingga bayam di pekarangannya. ”Minimal untuk memenuhi kebutuhan sayur sendiri, kalau ada lebih bisa dijual,” kata Rusadioto.
Kota Palangkaraya merupakan satu di antara 14 kabupaten/kota di Kalteng dengan jumlah kasus positif Covid-19 paling banyak. Sebagai ibu kota provinsi, wilayah ini menjadi salah satu wilayah dengan jumlah penduduk paling banyak, yakni mencapai 220.962 orang.
Hingga kini, data dari Tim Satuan Tugas Penanganan Covid-19 Provinsi Kalteng, Kota Palangkaraya memiliki jumlah kasus positif Covid-19 mencapai 1.024 kasus. Kasus sembuh mencapai 802 orang dan kategori suspek mencapai 102 orang. Kasus selalu bertambah setiap hari, termasuk dari kluster Pasar Besar Palangkaraya dan Pasar Kahayan.
Wali Kota Palangkaraya Fairid Naparin, sebelumnya, sudah menerbitkan kebijakan untuk para pelanggar protokol kesehatan. Mulai dari menyapu jalanan, denda Rp 100.000, hingga penutupan tempat usaha. Dengan kebijakan yang baru dijalankan pada Senin (14/6/2020) itu, Fairid berharap bisa mengurangi jumlah kasus positif.
Selain itu, Pemerintah Kota Palangkaraya juga melakukan beragam pelatihan untuk membangkitkan usaha masyarakat. ”Kuncinya adalah disiplin. Kalau warga disiplin menjalankan protokol kesehatan, kasus bisa dicegah sembari perekonomian juga tetap kami upayakan hidup di tengah pandemi,” kata Fairid.