Cacat Permanen, Harimau Sumatera Jalani Konservasi Eksitu
Kyai Batua, harimau sumatera yang menjadi korban jerat pemburu pada 2019, menjalani konservasi eksitu di Lembaga Konservasi Lembah Hijau, Bandar Lampung.
Oleh
VINA OKTAVIA
·2 menit baca
BANDAR LAMPUNG, KOMPAS — Kyai Batua, harimau sumatera yang menjadi korban jerat pemburu pada 2019, menjalani konservasi eksitu di Lembaga Konservasi Lembah Hijau, Bandar Lampung. Harimau jantan itu akan dikawinkan dengan harimau betina yang didatangkan dari Taman Satwa Taru Jurug, Kota Solo.
Kyai Batua merupakan harimau sumatera yang dievakuasi ke Lembaga Konservasi Lembah Hijau karena terkena jerat pemburu di Taman Nasional Bukit Barisan Selatan. Kaki depan sebelah kanan harimau itu terpaksa diamputasi karena luka parah.
Komisaris Lembaga Konservasi Lembah Hijau M Irwan Nasution mengatakan, selain sebagai upaya konservasi eksitu, Vidi juga menjadi teman interaksi sosial Kyai Batua. Sejak dievakuasi dan dirawat di Lembah Hijau, Kyai Batua belum memiliki teman dari spesies yang sejenis.
Setelah menjalani perawatan selama satu tahun, kondisi Kyai Batua juga semakin membaik. Kendati mengalami cacat permanen, harimau jantan itu bisa tetap aktif beraktivitas.
Irwan menyatakan, pihaknya berkomitmen merawat dan mendukung upaya konservasi eksitu harimau sumatera. Selain menyediakan berbagai fasilitas kandang dan makanan, Lembah Hijau juga menyiapkan tim medis dan penjaga untuk memantau kondisi kesehatan kedua harimau sumatera tersebut.
”Mudah-mudahan upaya konservasi ini berhasil,” ujar Irwan saat ditemui di Lembaga Konservasi Lembah Hijau, Kota Bandar Lampung, Lampung, Rabu (16/9/2020).
Mudah-mudahan upaya konservasi ini berhasil.
Menurut dia, kedatangan harimau betina itu juga sekaligus untuk mengatasi kesulitan pengembangbiakan harimau di Taman Satwa Jurug, Solo. Pasalnya, di taman satwa hanya ada harimau yang masih satu keturunan dengan Vidi.
Dokter hewan Lembaga Konservasi Lembah Hijau, Dian Amalia, mengatakan, sejak tiba di Lembah Hijau pada Sabtu lalu, harimau betina dari Solo dalam kondisi sehat. Harimau itu sudah bisa makan dan buang air besar secara normal. Vidi masih harus menjalani masa adaptasi lingkungan. Tim medis akan selalu memantau kesehatan harimau sumatera itu.
Meski belum pernah menjadi indukan, usia harimau betina yang akan dikawinkan dengan Kyai Batua masuk kriteria produktif. Sebelumnya, tim medis juga pernah melakukan uji sampel sperma Kyai Batua untuk mengetahui kelayakan harimau jantan itu sebagai indukan.
Dia mengatakan, kedua harimau itu juga masih akan menjalani pengenalan satu sama lain. Perkawinan harimau akan dilakukan secara alami dengan mendekatkan mereka saat masa kawin. Masa kawin harimau sumatera itu diprediksi berlangsung selama Juli-September setiap tahun.
Secara terpisah, Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam Bengkulu Donal Hutasoit menuturkan, konservasi eksitu harimau sumatera di Lembaga Konservasi Lembah Hijau dilakukan sesuai kebijakan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Dia enggan menjelaskan secara rinci terkait upaya konservasi eksitu itu.