Banjir di Kalimantan Barat meluas pada Rabu (16/9/2020). Banjir semula hanya terjadi di Kabupaten Melawi dan Kapuas Hulu, kini meluas ke Kabupaten Sintang dan Sekadau.
Oleh
EMANUEL EDI SAPUTRA
·3 menit baca
PONTIANAK, KOMPAS — Banjir di Kalimantan Barat meluas pada Rabu (16/9/2020). Banjir semula hanya terjadi di Kabupaten Melawi dan Kapuas Hulu, tetapi kini meluas ke Kabupaten Sintang dan Sekadau. Banjir disebabkan meluapnya Sungai Kapuas dan Melawi.
Camat Sintang Siti Musrikah, Rabu (16/9/2020), menuturkan, ada 13 desa dan 16 kelurahan di Kecamatan Sintang yang terkena banjir. Desa/kelurahan yang banjir berada di tepi Sungai Kapuas dan Melawi, sekitar 300 km dari Pontianak. ”Ketinggian banjir di 13 desa dan 16 kelurahan itu sekitar 1 meter,” ujar Siti.
Menurut Siti, banjir tersebut merupakan kiriman dari Kabupaten Melawi. ”Banjir kali ini lebih besar daripada banjir yang pernah terjadi pada bulan Juli,” ujarnya.
Setidaknya 50-100 rumah di setiap desa itu terkena banjir. Warga sudah membangun semacam panggung di dalam rumah. Namun, kemungkinan ada juga yang mengungsi ke keluarga mereka. ”Bantuan sudah dibagikan. Bantuan bahan pokok diprioritaskan kepada keluarga yang tidak mampu,” ujarnya.
Berdasarkan catatan Kompas, banjir di Kabupaten Sintang bukanlah yang pertama kalinya pada tahun ini. Lima kecamatan di Sintang pernah diterjang banjir 1-3 meter pada Juli. Jumlah rumah yang terdampak banjir kala itu ada ribuan. Di Kecamatan Dedai 1.611 rumah, Kecamatan Sintang 2.097 rumah, Kecamatan Sepauk 276 rumah, Kecamatan Tempunak 1.126 rumah, dan di Kecamatan Ketungau Hilir 218 rumah.
Banjir kali ini lebih besar daripada banjir yang pernah terjadi pada Juli.
Kecamatan Kayan Hulu menjadi kecamatan yang terparah dilanda banjir kala itu. Bahkan, di Nanga Tebidah, ibu kota Kecamatan Kayan Hulu, 21 rumah warga bergeser dari lokasi semula karena derasnya arus banjir.
Saat ini, banjir di Kabupaten Melawi juga meluas ke Kabupaten Sekadau. Banjir melanda sejak Selasa (15/9/2020) hingga hari ini. Kepala BPBD Sekadau Matius Jon menuturkan, sementara ini baru satu desa yang digenangi banjir 50-100 cm, tepatnya di Desa Tanjung, Kecamatan Sekadau Hilir. Ada 50 keluarga terdampak banjir di desa tersebut.
Kabupaten Melawi hari ini juga masih banjir. Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik BPBD Provinsi Kalbar Novel Umar menuturkan, banjir di Melawi masih berkisar 1-3,5 meter. Berdasarkan laporan BPBD Melawi, ratusan warga mengungsi ke berbagai lokasi di Nanga Pinoh, ibu kota Kabupaten Melawi.
Hingga pukul 12.00, ada 567 orang mengungsi di sejumlah tempat di Nanga Pinoh, ibu kota Kabupaten Melawi, antara lain di gedung sekolah dan gedung serbaguna. Untuk pengungsi mandiri di rumah-rumah keluarga dan warga diperkirakan ribuan.
Kepala BPBD Melawi Syafarudin menuturkan, hingga pukul 14.00, jumlah pengungsi di Melawi, khususnya di Nanga Pinoh, 720 orang. Mereka mengungsi ke sejumlah tempat di Nanga Pinoh, antara lain di gedung sekolah, gedung serbaguna, dan gereja. ”Kota Nanga Pinoh masih terkepung banjir,” ujarnya.
Pemerintah Kabupaten Melawi, BPBD, TNI-Polri, serta instansi terkait lain telah membangun posko terpadu dan dapur umum sejak Selasa (15/9/2020). Bantuan bahan makanan pokok dan obat-obatan telah dibagikan kepada masyarakat terdampak yang masih bertahan di rumah mereka.
Sementara itu, banjir di Kabupaten Kapuas Hulu, menurut Kepala BPBD Kabupaten Kapuas Hulu Gunawan, sudah mulai surut pada Rabu. Kalaupun masih ada banjir tinggal di beberapa lokasi saja.
Stephanus Mulyadi (54), warga kota Puttusibau, ibu kota Kapuas Hulu, menuturkan, banjir di beberapa lokasi masih ada yang sekitar 1 meter. Banjir yang tertinggi rata-rata wilayah yang berada di tepi Sungai Kapuas. Namun, kecenderungannya perlahan surut. Beberapa toko yang menjual bahan pokok masih ada yang buka.