Kapal Pengangkut Semen Terbakar, Empat Awak Hilang di Perairan Buton
Sebuah kapal pengangkut semen terbakar di perairan Buton Selatan, Sulawesi Tenggara. Satu awak ditemukan selamat, satu orang meninggal, dan empat lainnya masih dalam pencarian.
Oleh
Saiful Rijal Yunus
·3 menit baca
KENDARI, KOMPAS — Sebuah kapal pengangkut semen terbakar di perairan Talaga, Kabupaten Buton Selatan, Sulawesi Tenggara. Satu awak ditemukan selamat, satu orang meninggal, dan empat lainnya masih dalam pencarian.
Kapal bernama KM Yuliner itu berlayar dari Kabupaten Pangkep, Sulawesi Selatan, menuju Pulau Binongko, Kabupaten Wakatobi, Sulawesi Tenggara. Kapal yang diawaki enam orang tersebut diduga terbakar beberapa hari sebelumnya.
”Sampai sore tadi, dua awak kapal telah ditemukan. Satu orang meninggal dan satu orang selamat. Sementara empat lainnya masih dalam pencarian,” kata Koordinator Pos Pencarian dan Pertolongan (SAR) Baubau Hasruddin Ere saat dihubungi dari Kendari, Selasa (15/9/2020).
Hasruddin menceritakan, KM Yuliner berangkat dari Pangkep menuju Binongko sejak pekan lalu. Kapal dengan bobot 97 Gros Ton (GT) tersebut memuat 4.000 zak semen yang dipesan seorang warga Binongko. Kapal sempat singgah di Pulau Kabaena, Kabupaten Bombana, Sultra, untuk menambah bahan bakar dan air bersih.
Akan tetapi, tutur Hasruddin, saat melanjutkan perjalanan menuju Binongko, tepatnya di perairan Talaga, Buton Selatan, kapal terbakar. Kebakaran kapal diperkirakan terjadi pada Sabtu atau Minggu pekan lalu.
”Karena ada informasi dari warga setempat yang melihat kepulan asap di tengah laut. Kami masih berusaha mencari informasi lengkap dari awak yang selamat,” katanya.
Menurut awak yang selamat tersebut, Hasruddin melanjutkan, mereka menyelamatkan diri saat kapal terbakar dan tenggelam. Keenam orang ini melompat ke laut dan bertahan di tengah gelombang tinggi. Setelah beberapa waktu, mereka terpisah.
Nelayan dari Kabaena lalu menemukan keduanya dengan satu orang telah meninggal. Awak yang selamat lalu dibawa ke Kabaena Barat untuk dirawat di puskesmas setempat.
Hasruddin mengatakan, KM Yuliner diketahui tidak melapor saat melintasi sebuah perairan. Oleh karena itu, data terkait pelayaran kapal tersebut sulit diketahui. Pencarian awak kapal lainnya, terang Hasruddin, akan dilanjutkan Rabu pagi. Pencarian melibatkan 13 personel dan saat ini sedang beristirahat di Pulau Siompu.
Mulyadin (36), warga Binongko yang memesan semen tersebut, menceritakan, ia masih sempat berkomunikasi dengan kapten kapal pada Sabtu sore, pekan lalu. Sang kapten memberi tahu sedang dalam perjalanan menuju Siompu setelah singgah sebentar di Kabaena.
Info dari pemilik kapal, awak yang ditemukan meninggal adalah kapten kapal itu sendiri.
”Setahu saya, mereka berangkat itu pada Rabu pekan lalu. Biasanya sampai di Binongko empat atau lima hari. Saya telepon hari Sabtu, mereka masih di Siompu untuk isi bahan bakar. Ombak juga tinggi, jadi saya bilang tidak apa-apa,” ucapnya.
Akan tetapi, ia kaget mendengar informasi kapal tersebut tenggelam dan baru satu awak kapal yang ditemukan selamat. Info dari pemilik kapal, awak yang ditemukan meninggal adalah kapten kapal itu sendiri.
Dengan muatan 4.000 zak semen, ucap Mulyadin, ia mengalami kerugian sekitar Rp 250 juta. ”Tapi, ini sudah ujian. Yang paling kaget itu karena ada orang yang meninggal. Padahal, kaptennya, baru saja sempat saya berkomunikasi (dengannya) Sabtu lalu. Kami berdoa saja,” katanya.
Kondisi cuaca di laut, terang Mulyadin, memang tidak bisa diprediksi. Gelombang tinggi disertai hujan bisa tiba-tiba datang meski sebelumnya cerah. Data Stasiun Meteorologi BMKG Kendari, ombak kencang memang diketahui terjadi pada pekan lalu, khususnya di perairan Buton, Wakatobi, Telu Solo, dan perairan sekitar Laut Banda. Ketinggian ombak 2,5 meter hingga mencapai 4 meter.
Kecelakaan kapal kerap mendominasi musibah di wilayah Sulawesi Tenggara. Data Kantor Pencarian dan Pertolongan (SAR) Kendari, hingga semester pertama 2020, dari total 34 kejadian, sebanyak 22 musibah adalah kecelakaan kapal.