Banjir disertai lumpur melanda satu desa di Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah. Tidak ada korban jiwa, tetapi setidaknya 20 rumah rusak berat.
Oleh
VIDELIS JEMALI
·4 menit baca
SIGI, KOMPAS — Banjir disertai lumpur, pasir, dan potongan kayu melanda Desa Rogo, Kecamatan Dolo Selatan, Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah, Senin (14/9/2020) malam. Tak ada korban jiwa dalam bencana itu, tetapi sedikitnya 20 rumah rusak berat karena ditimbun pasir dan lumpur.
Banjir tersebut terjadi pada pukul 20.00 Wita. Banjir berasal dari luapan Sungai Rogo, sungai yang berlebar 4 meter. Pasir, lumpur, potongan kayu, dan batu tersumbat di jembatan sehingga air meluap ke sisi selatan dan utara sungai.
Rumah-rumah warga di dua sisi sungai itu pun terendam pasir, lumpur, dan sebagian kecil potongan kayu. Pasir dan lumpur menumpuk hingga 2 meter dari tanah dan lantai rumah. Potongan kayu tersebut kebanyakan kayu tua yang lapisan luarnya sudah lapuk.
Pada Selasa (15/9/2020), debit air Sungai Rogo sudah mengecil. Dua alat berat dioperasikan di sungai untuk mengeruk material agar air tak terus mengalir ke rumah warga.
Sejak pagi, warga berusaha mengevakuasi barang-barang yang bisa diselamatkan dari dalam rumah. Secara umum, hanya sebagian kecil barang bisa dievakuasi, seperti pakaian, kursi, dan kasur. Barang-barang tersebut berlumur lumpur. Barang-barang kebutuhan pokok dan peralatan elektronik tak bisa lagi diselamatkan.
”Banjir datang dengan cepat sehingga kami tak sempat bawa barang-barang. Kami semua lari ke arah selatan. Syukur semua selamat,” kata Ilham (42), penyintas warga Dusun 1, Desa Rogo. Banjir melanda rumah-rumah di Dusun 1.
Rumah Ilham berada di sisi selatan Sungai Rogo. Rumah tersebut ditimbun lumpur dan pasir, menyisakan hanya tembok menuju atap. Dapur juga ikut tertimbun lumpur dan sebagian dindingnya jebol. Ilham bersama tiga anggota keluarganya untuk sementara mengungsi di rumah keluarga yang tak terdampak banjir.
Berdasarkan data Sekretariat Desa Rogo, banjir tersebut melanda 59 rumah dengan 20 rumah rusak berat. Sebanyak 224 jiwa mengungsi di rumah-rumah kerabat di Desa Rogo dan Desa Pulu.
Kepala Desa Rogo Fuad Hudin menyatakan, untuk melayani kebutuhan warga, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) dan instansi terkait mendirikan tenda dan dapur umum. Pihaknya memastikan kebutuhan warga terpenuhi dengan baik.
Banjir susulan masih mungkin terjadi karena wilayah Kabupaten Sigi masih berpotensi hujan lebat tiga hari ke depan. Berdasarkan analisis BMKG Stasiun Meteorologi Mutiara, Palu, hujan berpotensi turun pada siang hingga sore hari.
Saat Kompasberada di lokasi banjir, mendung mengepung wilayah pegunungan di sisi barat Desa Rogo, daerah hulu Sungai Rogo dan sungai-sungai di Dolo Selatan pada umumnya. Hujan kembali melanda daerah terdampak banjir itu pada pukul 14.00 Wita. Dilaporkan debit air bertambah besar.
Fuad menyatakan pihaknya masih bersiaga di lokasi banjir. Warga diminta untuk tetap tenang dan mendengarkan arahan petugas. Sementara Kepala BPBD Sigi Asrul Repadjori menyatakan pihaknya masih mendata untuk kepastian jumlah warga terdampak banjir. Ia menegaskan kebutuhan warga terpenuhi.
Sejumlah sukarelawan dari berbagai kelompok juga sudah terjun ke lokasi banjir. Selain membantu warga mengevakuasi barang yang masih bisa diselamatkan, mereka juga membagi nasi dan air minum kemasan.
Banjir berulang
Sejauh ini musibah tersebut adalah yang keempat terjadi di Desa Rogo. Dalam satu dekade terakhir, banjir kali ini merupakan yang terbesar. Banjir sebelumnya, yakni pada 2008, hanya berupa luapan air yang tak disertai material ikutan seperti pasir atau lumpur dan kayu.
”Dulu itu lebih banyak air yang datang, itu pun tak lama surut. Kali ini bahkan air lebih sedikit dibandingkan lumpur dan pasir,” ujar Ilham. Ilham menyatakan warga masih menunggu solusi dari pemerintah atas banjir tersebut. Kalau memang harus relokasi, ia siap untuk mengikutinya. Menurut dia, rumah-rumah yang terendam lumpur hingga 2 meter tak layak lagi untuk dihuni.
Daerah pegunungan di sisi selatan Kabupaten Sigi pada umumnya mengalami longsor pascagempa bermagnitudo 7,4 pada 28 September 2018.
Rista (32), ibu dua anak penyintas banjir, juga berharap adanya solusi terbaik dari pemerintah. Namun, dia mengatakan, apa pun bentuk solusinya, harus dibicarakan dengan warga.
Sungai Rogo berhulu di Gunung Watupele yang terletak di sisi barat Rogo. Gunung itu diselimuti hutan lebat dan agak tersembunyi dengan adanya bukit yang dijadikan kebun oleh warga setempat. Terkait adanya potongan kayu, Ilham tak mau berspekulasi. Ia hanya menyatakan hutan di Gunung Watupele pada umumnya masih baik.
Fuad menyebutkan, daerah pegunungan di sisi selatan Kabupaten Sigi pada umumnya mengalami longsor pascagempa bermagnitudo 7,4 pada 28 September 2018. Material longsor tersebut tertahan atau membentuk kantong-kantong. Material longsor akan mengalir bersama air saat hujan lebat terjadi.
Banjir yang terjadi di Desa Rogo mirip kejadian di Desa Bangga pada akhir April 2019. Rumah-rumah warga terendam lumpur, pasir, dan potongan kayu yang terangkut aliran Sungai Bangga. Rumah-rumah warga tersisa hanya atapnya.
Penyintas di Bangga saat ini masih menempati hunian sementara sambil menunggu rampungnya rumah yang dibangun pemerintah di lokasi berbeda dengan lokasi rumah lama mereka (relokasi). Hal sama juga melanda Desa Poi, Kecamatan Dolo Selatan, awal Desember 2019.
Pada umumnya, desa-desa di Kecamatan Dolo Selatan hingga Dolo Barat, Sigi, menghadapi ancaman bencana yang sama. Desa-desa tersebut berada di sekitar kaki gunung. Sebagian wilayah pegunungan dengan kemiringan tajam itu dirambah untuk dijadikan kebun warga. Sejumlah sungai mengalir dari wilayah pegunungan.