UMKM di Sumut Terpuruk Akibat Pandemi, Omzet Anjlok Hingga 50 Persen
Usaha mikro, kecil, dan menengah masih mengalami tekanan cukup besar akibat pandemi Covid-19. Ekonomi daerah pun terpukul karena UMKM berkontribusi terhadap 67 persen perekonomian Sumut.
Oleh
NIKSON SINAGA
·3 menit baca
MEDAN, KOMPAS - Usaha mikro, kecil, dan menengah mengalami tekanan cukup besar akibat pandemi Covid-19. Penurunan omzet terjadi hingga lebih dari 50 persen. Ekonomi daerah pun terpukul karena UMKM berkontribusi terhadap 67 persen perekonomian Sumut.
Keterpurukan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) antara lain tergambar dari penurunan omzet pedagang kecil di warung atau pasar di Medan. Di kawasan pariwisata Danau Toba, UMKM yang bergerak di bidang jasa pariwisata bahkan tutup total selama empat bulan. Kini, mereka mulai mencoba bangkit lagi.
"Di awal pandemi, omzet saya anjlok dari biasa Rp 1 juta menjadi sekitar Rp 200.000 per hari. Kini mulai membaik lagi tetapi masih sekitar Rp 500.000," kata Lena Siagian (35), pedagang bahan pokok di Pasar Aksara, Medan, Senin (14/9/2020).
Lena mengatakan, omzetnya berkurang karena banyak pelanggannya terdampak pandemi. Selain pelanggan rumah tangga, pemilik rumah makan juga mengurangi pembelian karena pelanggan mereka juga berkurang. Akibatnya, sering sekali barang-barang mereka tidak laku hingga busuk. "Selama pandemi ini, kami sering sekali merugi," katanya.
Di kawasan Danau Toba lebih dari 6.000 UMKM sektor pariwisata sempat tutup karena pandemi. ”Selama empat bulan kami tutup total karena tidak ada pengunjung. Di tengah keterpurukan, kami mencoba bangkit sejak Agustus,” kata Mangoloi Sihaloho (43), pengusaha toko suvenir dan jasa pariwisata di Pantai Pasir Putih Parbaba, Kabupaten Samosir.
Mangoloi mengatakan, ratusan UMKM berupa toko suvenir, rumah makan, rumah inap, dan jasa pariwisata di kawasan Pantai Pasir Putih Parbaba tutup sejak Maret hingga akhir Juli karena hampir tidak ada pengunjung. Selama periode itu, mereka merumahkan atau memberhentikan pekerja.
Setelah mulai buka lagi, omzet mereka kini masih sekitar Rp 200.000 per hari pada akhir pekan, masih sangat jauh dibandingkan dengan sebelum pandemi yang biasanya bisa mencapai Rp 1,5 juta.
Omzet mereka kini masih sekitar Rp 200.000 per hari pada akhir pekan.
Pelaksana Tugas Kepala Dinas Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Sumut Ridho Haykal Amal mengatakan, ada 672.000 UMKM di Sumut. Hampir semuanya terdampak pandemi Covid-19. Mereka pun kini berfokus pada percepatan penyaluran bantuan produktif usama mikro dari pemerintah agar UMKM bisa bertahan.
Pemerintah juga melakukan sejumlah langkah untuk menyelamatkan UMKM di Sumut antara lain program alih usaha, relaksasi pembayaran pinjaman, serta inovasi dan digitalisasi pemasaran. "Perusahaan-perusahaan besar juga kami ajak untuk menyalurkan dana CSR (tanggungjawab sosial perusahaan) untuk menolong UMKM," katanya.
Sebelumnya, Kepala Perwakilan Bank Indonesia Sumatera Utara Wiwiek Sisto Widayat mengatakan, penyelamatan UMKM sangat penting karena berkontribusi terhadap 67 persen perekonomian Sumut. "UMKM di Sumut kini mengalami penurunan omzet, kesulitan akses pembiayaan, kesulitan bahan baku, terganggunya produksi, dan distribusi," katanya.
Wiwiek mengatakan, penguatan UMKM perlu segera dilakukan dengan alih usaha, memetakan potensi wilayah, serta digitalisasi pemasaran dan penjualan.