Pemkot Makassar Gelar Tes Usap Massal di 6 Kecamatan
Tes usap massal dan gratis jadi strategi penanganan Covid-19 Pemkot Makassar. Tes dilakukan di kecamatan yang menjadi episentrum untuk menemukan warga yang positif.
Oleh
Reny Sri Ayu
·3 menit baca
MAKASSAR, KOMPAS - Pemerintah Kota Makassar melakukan tes usap tenggorokan atau swab secara massal dan gratis di enam kecamatan yang menjadi episentrum Covid-19 di ibu kota Sulawesi Selatan itu. Hal ini untuk segera memutus rantai penularan Covid-19 agar pemerintah bisa lebih fokus membenahi sektor ekonomi.
Enam kecamatan yang menjadi lokasi tes adalah Rappocini, Biringkanaya, Panakkukang, Tamalate, Manggala, dan Tamalanrea. Keenam kecamatan itu memiliki kasus Covid-19 tertinggi dari 15 kecamatan se-Makassar.
Tes massal dimulai sejak Jumat (11/9/2020) di Kecamatan Rappocini, lalu pada Sabtu (12/9) di Kecamatan Biringkanaya, dan Senin (14/9) dilanjutkan di Kecamatan Panakkukang. Sesuai jadwal, tes selanjutnya pada Selasa (15/9) digelar di Kecamatan Tamalate, Rabu (16/9) di Kecamatan Manggala, dan Kamis (17/9) di kecamatan Tamalanrea.
Kepala Dinas Kesehatan Kota Makassar Naisyah Tun Azikin mengatakan, pelaksanaan tes usap massal dilakukan secara bertahap berdasarkan kecamatan yang memiliki kasus penularan virus paling tinggi. “Swab massal ini adalah bagian dari implementasi program gerakan tes masif, penelusuran, dan edukasi, yang dicanangkan Gubernur Sulsel," kata Naisyah, Senin (14/9/2020).
Naisyah melanjutkan, pada prinsipnya, pemkot mendekati wilayah yang memiliki kasus positif yang tinggi agar memudahkan masyarakat melakukan pemeriksaan. "Hal ini khususnya yang merasa pernah kontak dengan pasien Covid-19, memiliki gejala, atau bertetangga dengan pasien yang positif,” katanya.
Untuk keperluan tes usap massal ini, Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Kota Makassar didukung satu lab bergerak PCR yang disiapkan oleh Gugus Tugas Provinsi Sulsel. Ke depan, tes akan dilanjutkan di kecamatan-kecamatan lain di Makassar.
“Kami berharap dukungan penuh dari masyarakat untuk melakukan inisiatif pemeriksaan, mendatangi lokasi pelaksanaan swab massal. Karena, jika serius ingin pandemi ini bisa segera berlalu, maka yang paling utama adalah kepatuhan melaksanaan protokol kesehatan, jujur jika pernah melakukan kontak atau memiliki gejala, dan segera melakukan swab secara gratis yang kini difasilitasi pemerintah,” kata Naisyah.
Sebelumnya, Penjabat Wali Kota Makassar Rudy Djamaluddin mengatakan, pihaknya memilih program tes usap tenggorokan secara masif untuk penanganan pandemi Covid-19 ketimbang harus melakukan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) lagi. Pada masa awal pandemi, Makassar menerapkan PSBB dalam dua periode.
“Kami berharap tak ada lagi PSBB karena itu bisa memukul kembali ekonomi masyarakat yang akibatnya bisa lebih parah. Kami tidak ingin terjadi krisis ekonomi yang bisa berlanjut menjadi krisis sosial. Yang harus dimaksimalkan adalah penerapan protokol kesehatan di semua tempat dan juga melakukan tes swab sebagai langkah pencegahan dan penanganan,” kata Rudy.
Untuk mencegah penularan lebih jauh, pihak Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Kota Makassar rutin melakukan razia protokol kesehatan di tempat usaha. Mereka nantinya juga akan mengirim warga yang tak patuh protokol kesehatan untuk mengikuti tes usap massal tersebut.
Tempat hiburan malam bisa jadi salah satu tempat rawan penyebaran virus.
“Kami sudah berkoordinasi dengan Dinas Kesehatan agar orang-orang yang kami razia tanpa protokol kesehatan, untuk di-swab juga," ujar Kepala Satpol PP Kota Makassar Iman Hud.
Sejauh ini, Iman mengatakan, dari razia yang dilakukan, terutama di tempat hiburan malam, banyak orang ditemukan tidak menerapkan protokol kesehatan. "Mereka berkerumun dan sebagian tak menggunakan masker. Tempat hiburan malam bisa jadi salah satu tempat rawan penyebaran virus,” ujarnya.
Hingga kini, Makassar masih menjadi episentrum penyebaran Covid-19 di Sulsel. Lebih separuh kasus di Sulsel terjadi di Makassar. Dalam penanganan pandemi Covid-19, Pemprov Sulsel menjadikan Makassar sebagai pusat isolasi dan perawatan warga yang positif Covid-19.
Pemilihan Makassar sebagai pusat penanganan karena selain memiliki fasilitas isolasi memadai di sejumlah hotel untuk pasien tanpa gejala, sebagian besar rumah sakit rujukan juga ada di Makassar. Pertimbangan lain adalah fasilitas rumah sakit yang lebih lengkap ketimbang di daerah.