Kalimantan Tengah bersiap darurat banjir. Setidaknya 21 kecamatan di empat kabupaten terendam banjir dengan 4.004 keluarga terdampak.
Oleh
DIONISIUS REYNALDO TRIWIBOWO
·4 menit baca
KASONGAN, KOMPAS – Kalimantan Tengah bersiap darurat banjir. Setidaknya 21 kecamatan di empat kabupaten di Kalteng terendam banjir dengan 4.004 keluarga terdampak. Intensitas hujan yang kian menguat menjadi salah satu penyebab bencana tersebut, selain deforestasi yang tinggi.
Pada Minggu (13/9/2020) siang, Kompas memantau salah satu lokasi banjir di Kasongan, Kabupaten Katingan. Luapan air Sungai Katingan merendam ratusan rumah di Kasongan bahkan hingga ke pasar.
Yoris (36), warga Katingan Hilir, mengatakan, banjir sudah merendam rumah selama empat hari dengan ketinggian yang berubah setiap harinya. Ketinggian maksimal, menurut Yoris, mencapai 40 sentimeter. Namun, di beberapa wilayah, tingginya bisa mencapai satu meter.
“Sudah empat hari begini, tapi kami sudah biasa di sini karena setiap tahun banjir terus. Kalau hujan deras berhari-hari, pasti saja banjir,” ucap Yoris.
Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Katingan PE Suryadilaga mengungkapkan, banjir disebabkan Sungai Samba dan Sungai Katingan yang meluap bersamaan. Luapan tersebut terjadi karena intensitas hujan selama seminggu belakangan kian tinggi.
“Banjir kali ini tak terduga. Kami ini sudah matang sedang mempersiapkan antisipasi karhutla (kebakaran hutan dan lahan) karena memang masih kemarau,” kata Suryadilaga.
Dia mengatakan, hingga kini belum ada laporan korban jiwa. Meskipun demikian, satu rumah milik warga Katingan Hulu bernama Dedi Wahyudi, dilaporkan hanyut. Pihaknya juga sudah mengevakuasi beberapa warga, termasuk Dedi dan keluarganya, dengan menyiapkan tenda hingga dapur umum di kecamatan.
Ini memang banjir tahunan, sebagian besar warga sudah siap menghadapinya.
Dengan kondisi itu, Pemerintah Kabupaten Katingan menetapkan status siaga darurat banjir di wilayahnya. Suryadilaga menambahkan, pihaknya hingga saat ini masih melakukan pendataan jumlah warga terdampak banjir juga wilayah yang terus dilanda banjir.
“Ini memang banjir tahunan, sebagian besar warga sudah siap menghadapinya. Mereka menyiasatinya dengan beragam cara, sebagian lagi mengungsi ke rumah keluarganya di wilayah lain,” kata Suryadilaga.
Data dari Badan Penanggulagan Bencana dan Pemadam Kebakaran (BPBPK) Provinsi Kalteng menunjukkan wilayah banjir kian meluas hingga 21 kecamatan di empat kabupaten, yakni Katingan, Lamandau, Seruyan, dan Kotawaringin Timur. Pihak BPBPK masih melakukan pendataan jumlah warga yang dievakuasi.
Pelaksana Tugas Kepala BPBPK Darliansjah mengungkapkan, saat ini tiga kabupaten sudah menetapkan status siaga darurat, yakni Kabupaten Seruyan, Lamandau, dan Katingan. Rencananya, pemerintah provinsi juga segera menetapkan status siaga darurat banjir.
“Kami masih terus pantau perkembangannya. Untuk status di provinsi, masih dalam proses. Kami masih terus berkoordinasi,” kata Darliansjah.
Sementara itu, banjir di Lamandau juga masih terus terjadi. Wilayah Desa Penopa dan beberapa desa di Kecamatan Belantikan Raya pun masih terendam. Kepala Pelaksana BPBD Lamandau Edison Dewel menjelaskan, terdapat 200 keluarga yang terdampak banjir.
Selain itu, setidaknya tiga rumah roboh diterjang banjir dan terdapat pula laporan tiga ternak sapi yang hanyut terbawa arus sungai. Lamandau berada di bagian barat Kalteng, berbatasan dengan wilayah Kalimantan Barat.
“Semua fasilitas umum dan sarana prasarana di delapan desa itu terendam banjir, sebagian jalan ke desa-desa juga masih terendam sehingga tak bisa dilewati,” kata Edison.
Edison menjelaskan, beberapa wilayah di Lamandau belum pernah diterjang banjir sebelumnya, termasuk Desa Kinipan, di Kecamatan Batang Kawa. “Tahun ini sudah dua kali banjir melanda,” kata Edison.
Pelaksana Tugas Kepala Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Kalteng Esau A Tambang mengungkapkan, banjir di Lamandau perlu dilihat sebagai dampak dari kurangnya daya dukung dan daya tampung dari hutan yang hilang.
“Daya dukung dan daya tampung aliran sungai di Lamandau itu sudah terlewatkan dan sudah rusak. Ini banjirnya, kan, mendadak dan tidak bisa diprediksi. Pasti sudah terlewatkan, makanya sekarang itu yang harus dipikirkan adalah pemulihannya,” kata Esau.
Prakirawan Stasiun Meteorologi Palangkaraya Lian Adriani mengungkapkan, Kalteng masih mengalami musim kemarau. Namun, hujan tetap diprediksi berlangsung dengan intensitas lebih rendah ketimbang saat musim hujan.
“Beberapa hari terakhir intensitas hujan memang tinggi. Salah satu penyebabnya karena adanya pelambatan kecepatan angin di beberapa wilayah di Kalteng, termasuk yang saat ini mengalami banjir,” kata Lian.
Lian menjelaskan, kondisi pelambatan kecepatan angin tersebut membuat potensi pembentukan awan hujan. ”Kami sudah berikan peringatan dini mulai dari banjir hingga kebakaran hutan,” katanya.