Satu Perawat Positif Covid-19, Puskesmas di Donggala Ditutup
Seorang perawat di puskesmas di Kabupaten Donggala, Sulawesi Tengah, terkonfirmasi positif Covid-19. Peningkatan kasus di kabupaten itu dalam 10 hari terakhir karena warga tak terapkan pencegahan Covid-19.
Oleh
VIDELIS JEMALI
·4 menit baca
DONGGALA, KOMPAS — Satu perawat di pusat kesehatan masyarakat di kota Donggala, Kecamatan Banawa, Kabupaten Donggala, terkonfirmasi atau positif Covid-19 dari hasil tes usap tenggorokan. Puskesmas tersebut ditutup untuk dua minggu ke depan. Tambahan kasus positif di kabupaten itu dalam 10 hari terakhir meningkat signifikan.
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Donggala Muzakir Ladoali menyatakan, pihaknya menerima hasil konfirmasi status perawat di Puskesmas Donggala tersebut pada Jumat (11/9/2020) ini. Pemeriksaan sampel usap tenggorokan (swab) dilakukan setelah perawat tersebut menunjukkan tanda reaktif tes cepat (rapid test).
”Kami sedang menyelidiki atau melacak di mana dan dari mana dia terjangkit. Dia memang tidak tinggal di Donggala, tapi di Kabupaten Sigi sehingga perlu diselidiki riwayatnya,” kata Muzakir di Donggala, Jumat, saat dihubungi dari Palu, ibu kota Provinsi Sulawesi Tengah. Kota Donggala berjarak sekitar 35 kilometer dari Palu di sisi barat Telu Palu.
Sesuai ketentuan pencegahan Covid-19, kata Muzakir, Puskesmas Donggala tersebut ditutup hingga 25 September. Puskesmas disemprot dengan disinfektan. Setelah itu akan dievaluasi penutupannya. Pelayanan kesehatan dialihkan ke puskesmas lainnya di kota Donggala dan RS Kabelota, rumah sakit milik pemerintah Kabupaten Donggala.
Muzakir menyatakan, selain penutupan puskesmas, 100 tenaga kesehatan dan karyawan di lokasi tersebut telah diambil sampel usap tenggorokannya (swab) untuk diperiksa di Laboratorium Kesehatan Daerah milik Dinas Kesehatan Provinsi Sulteng di Palu. Mereka pernah berkontak langsung dan tak langsung dengan perawat yang positif tersebut.
Kasus tenaga kesehatan terinfeksi Covid-19 baru muncul lagi dengan kejadian di Donggala. Kasus tenaga kesehatan kena Covid-19 terjadi pada masa awal Sulteng digempur penyakit menular yang menyerang paru-paru itu pada April 2020. Dua tenaga kesehatan di puskesmas di Kabupaten Posi terinfeksi. Mereka sudah sembuh.
Meningkat
Dalam 10 hari terakhir terjadi peningkatan signifikan kasus di kabupaten itu. Ada tambahan delapan kasus dalam periode tersebut. Jumlah itu separuh lebih dari total 15 kasus positif yang dilaporkan sejak awal Juni 2020. Dua kasus kematian pun terjadi dalam rentang 10 hari terakhir.
Muzakir menyatakan semua yang positif Covid-19 dikarantina di tempat yang telah disiapkan pemerintah di Tambu, Kecamatan Balaesang, di utara Donggala dengan jarak sekitar 100 kilometer dari kota Donggala. Selama ini, banyak pasien yang hanya jalani karantina mandiri. ”Dengan tambahan yang signifikan ini kami tak izinkan lagi karantina mandiri,” ujarnya.
Terkait penelusuran untuk mempersempit penyebaran Covid-19 dari para pasien yang positif tersebut, Muzakir menyebutkan sekitar 240 orang tercatat berkontak erat dengan mereka. Sampel mereka telah dikirim ke laboratorium.
Berdasarkan riwayat perjalanan, orang yang terinfeksi Covid-19 itu disebutkan tak melakukan perjalanan keluar dari Donggala. Mereka tak melakukan perjalanan, malah lebih sering tinggal di rumah. Mereka orang lanjut usia (lansia) atau berumur 60 tahun lebih. Bahkan ada kasus seorang ibu dan anaknya terinfeksi wabah dari virus corona baru itu.
”Kemungkinan mereka terinfeksi dari orang tanpa gejala di kerumunan atau semacam itu yang tak memperhatikan protokol kesehatan. Ini yang menjadi perhatian kami untuk gencarkan penerapan protokol kesehatan dengan terus memakai masker, menghindari kerumunan atau acara-acara. Kami bergerak bersama dengan Polri dan TNI,” ujarnya.
Untuk kota Donggala, lanjut Muzakir, semua pemangku kepentingan tengah berdiskusi guna memberlakukan jam malam (pembatasan pergerakan orang pada malam hari). Kepastian pemberlakuannya menunggu hasil keputusan bersama di forum Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19.
Andi Anwar (36), warga kota Donggala, menyatakan selama ini warga memang tak mengindahkan protokol pencegahan Covid-19. Warga menggelar pesta di kompleks perumahan tanpa menerapkan jaga jarak dan penggunaan masker. Pemerintah juga tidak terlihat menertibkan pelanggaran itu.
”Begitu banyak kasus muncul, orang-orang mulai terapkan protokol pencegahan Covid-19. Pemerintah juga gencar sosialisasi penerapan protokol. Maunya kami, ya, semua pihak harus selalu bekerja untuk memastikan protokol tetap berjalan di tengah masyarakat,” katanya.
Begitu banyak kasus muncul, orang-orang mulai terapkan protokol pencegahan Covid-19.
Secara umum, tambahan kasus di Sulteng masih terus terjadi. Selain di Donggala, tambahan kasus juga disumbang Kota Palu dan Morowali. Tambahannya tak terjadi setiap hari, tetapi berselang hari. Ada kalanya satu hari tak ada tambahan kasus baru.
Kebijakan umum pencegahan penularan Covid-19 di Sulteng dalam bentuk sosialisasi dan imbauan untuk selalu mengenakan masker saat berakvitias di luar ruangan, menghindari kerumunan, dan selalu mencuci tangan. Pengawasan pelaku perjalanan di perbatasan antarkabupaten/kota dan dengan provinsi lain juga masih berlaku.
Namun, isyarat penerapan protokol itu tak selalu jadi perhatian warga. Di warung kopi di Palu, misalnya, banyak orang menikmati kopi tanpa memperhatikan jaga jarak. Di jalan, banyak pengendara lalu lalang tanpa menggunakan masker.
Wali Kota Palu Hidayat dalam sejumlah kesempatan menyatakan imbauan untuk penerapan protokol kesehatan tetap terus dilakukan. Namun, menurut dia, pengawasan di perbatasan untuk menjaring pelaku perjalanan kunci pengendalian Covid-19 di Sulteng, termasuk di Palu. ”Deteksi dini dilakukan di pos perbatasan. Jika ada yang terindikasi, tim mengarantina sampai penyakitnya sembuh. Dengan cara itu Insya Allah warga di dalam kota aman,” katanya.
Total kasus Covid-19 di Sulteng mencapai 261 kasus. Sebanyak 229 orang (87 persen) telah dinyatakan sembuh. Ada 11 orang meninggal (4 persen). Berdasarkan peta epidemiologi, semua daerah di Sulteng dikategorikan zona kuning atau berisiko rendah.