Bidik Pasar Ritel, PTPN IV Targetkan Laba dari Kebun Teh
PT Perkebunan Nusantara IV menargetkan perolehan laba dari perkebunan teh. Selain meningkatkan produksi, badan usaha itu melakukan diversifikasi produk dan bersiap masuk pasar ritel teh kemasan siap saji.
Oleh
NIKSON SINAGA
·2 menit baca
KOMPAS/LASTI KURNIA
Tenaga pemetik mengumpulkan hasil petik pucuk untuk ditimbang di lahan perkebunan PTPN IV, Pematang Sidamanik, Simalungun, Sumatera Utara, Senin (8/7/2019).
MEDAN, KOMPAS — PT Perkebunan Nusantara IV menargetkan perolehan laba dari perkebunan teh. Selain meningkatkan produksi, badan usaha itu melakukan diversifikasi produk dan bersiap masuk pasar ritel teh kemasan siap saji.
”Sumut memiliki potensi teh yang luar biasa. Siapa yang tidak kenal teh Sidamanik, Bah Butong, dan Tobasari. Potensi itu harus bisa kami kembangkan,” kata Direktur PTPN IV Sucipto Prayitno, Kamis (10/9/2020).
PTPN IV memiliki perkebunan teh seluas 6.373,29 hektar di Simalungun. Namun, sudah bertahun-tahun kebun teh tidak lagi mencetak laba untuk badan usaha milik negara itu. Laba PTPN IV hampir semuanya dihasilkan industri sawit. Perkebunan teh peninggalan Belanda itu dipertahankan karena dianggap menjadi situs warisan Sumut.
”Perkebunan teh PTPN IV bukan hanya sebagai unit produksi, melainkan menjadi heritage kebanggaan masyarakat Sumut,” kata Sucipto.
Proses fermentasi atau oksidasi di pabrik teh PTPN IV Unit Tobasari, Pematang Sidamanik, Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara, Jumat (5/7/2019).
Sucipto mengatakan, pihaknya melakukan perbaikan dalam berbagai hal agar perkebunan teh tidak hanya menjadi situs warisan saja, tetapi juga unit usaha yang menghasilkan laba. Untuk meningkatkan produksi, PTPN IV melakukan perbaikan pemeliharaan tanaman. Pihaknya juga mengganti tanaman teh dengan jenis klon seri gambung dan saat ini sudah mencapai 95 persen.
”Produksi kebun teh PTPN IV pada Januari hingga Agustus sudah 21 persen lebih tinggi dibandingkan produksi tahun lalu yang mencapai 5.371 ton,” kata Sucipto.
Meskipun ada peningkatan produksi, kata Sucipto, kebun teh belum bisa mendapat laba karena harga rata-ratanya masih rendah. ”Untuk menutupi harga pokok dan mendapat margin, korporasi akan melakukan diversifikasi produk dan bersiap masuk ke pasar ritel,” katanya.
Korporasi akan melakukan diversifikasi produk dan bersiap masuk ke pasar ritel.
Menurut Sucipto, potensi pasar ritel teh siap saji cukup besar seiring dengan budaya ngeteh yang semakin luas di masyarakat. PTPN IV pun menyiapkan teh kemasan jenis bubuk dan celup dengan dua varian rasa, yakni teh Bah Butong dan Tobasari. Produk itu pun diharapkan bisa diluncurkan di pasar tahun ini.
KOMPAS/LASTI KURNIA
Camellia sinensis Sp, tanaman teh yang daun dan pucuk daunnya digunakan untuk membuat teh, Lahan perkebunan PTPN IV, Pematang Sidamanik, Simalungun, Sumatera Utara, Senin (8/7/2019).
Kepala Bagian Sekretariat Perusahaan PTPN IV Riza Fahlevi Naim mengatakan, pihaknya juga akan mengembangkan kebun teh sebagai destinasi pariwisata. ”Kebun teh PTPN IV di Kecamatan Sidamanik mempunyai bentang alam yang indah dan menyimpan potensi agrowisata yang cukup besar,” katanya.
Peningkatan pendapatan dari perkebunan teh pun diharapkan bisa menyumbang pendapatan untuk perusahaan. Pada semester I-2020, pendapatan PTPN IV mencapai Rp 2,64 triliun. Pendapatan itu bertumbuh 34,64 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu Rp 1,96 triliun.
Kenaikan pendapatan ditopang kenaikan harga minyak sawit mentah dan produksi sawit. Dari pendapatan itu, perusahaan mencatat laba bersih Rp 331,02 miliar.