Penyanyi asal Ambon, Yopie Latul, telah meninggal. Musisi yang rendah hati itu punya karakter suara tinggi, bertenaga, dengan tarikan panjang. Belum ada yang menyamai warna suaranya.
Oleh
FRANSISKUS PATI HERIN
·3 menit baca
Tanpa perlu melihat videonya, penikmat seni musik dan tarik suara sudah bisa menebak siapa pemilik suara yang didengar. Karakter suara tenor dengan tarikan panjang bertenaga itu selama 38 tahun terlakhir mengisi ruang seni Tanah Air. Ia yang lentur membawakan lagu dalam berbagai genre itu kini telah pergi untuk selamanya.
Dialah Yopie Latul, pria kelahiran Ambon, Maluku, pada 7 September 1955. Seperti yang dikutip dari laman Kompas.com, Yopie meninggal di Rumah Sakit Cibinong, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Rabu (9/9/2020). Ia dinyatakan terinfeksi virus korona baru penyebab Covid-19.
Yopie meninggalkan Ambon tahun 1975 menuju Jakarta. Berangkat dari keluarga kurang mampu, ia ingin mengubah nasib lewat jalur musik. Namanya mulai dikenal setelah meluncurkan Ambon Jazz Rock dengan lagu ”Enggo Lari” pada tahun 1983. Ia semakin naik daun setelah memopulerkan lagu karya Guruh Soekarnoputra berjudul ”Kembalikan Baliku”.
Pada era 1990-an, ia memopulerkan lagu berjudul ”Poco-poco” ciptaan Arie Sapulette. Lagu yang sering dipakai untuk senam dan tarian massal itu melekat dengan sosok Yopie hingga saat ini. Lagu itu sempat mengiringi tarian 65.000 orang dalam acara ”The Largest Poco- poco Dance” untuk mencetak rekor dunia pada Minggu (5/8/2018).
Musisi Ambon Rence Alfons menilai Yopie berkarya pada suatu masa yang sangat kompetitif. Saat itu, terdapat beberapa penyanyi Ambon yang sedang hits di belantara musik Tanah Air, seperti Bob Tutupoly dan Broery Pesolima. ”Yopie sadar betul bahwa dia tidak bisa bersaing dengan Bob atau Broery. Oleh sebab itu, dia membuat warna suaranya berbeda dengan yang lain,” ujarnya.
Menurut Rence, Yopie pandai melihat potensi pasar di ranah musik populer yang membutuhkan karakter suara yang berbeda dengan penyanyi lain. Yopie sanggup melakukan itu dan dia sukses. Saat itu, banyak vokalis asal Ambon yang meniru gaya Bob dan Broery, tetapi tidak bisa mengalahkan Bob dan Broery. Penyanyi dimaksud akhirnya terpental.
Yopie juga punya kelebihan lain. Ia lentur dalam berbagai genre musik. Yopie tidak memilih genre khusus. ”Dia bisa masuk di genre apa saja, seperti pop, jazzy, dangdut, dan reggae. Artinya, Yopie tidak tertutup oleh gaya musik apa pun. Intinya, ia bertahan dalam arus populer karena suaranya berkarakter dan Yopie tidak terpaku pada satu genre musik saja,” kata Rence.
Sementara itu, budayawan Maluku, Rudi Fofid, berpandangan, Yopie adalah penyanyi dengan suara ”setengah dewa”. Vokalnya sangat bertenaga dengan napas sangat panjang. Dia penyanyi level internasional yang tidak merayakan selebritas ala bintang papan atas. Dia sangat gampang dijumpai, diajak diskusi, dan diajak terlibat konser kecil di kampung. Yopie tidak diterpa gosip-gosip murahan.
Menurut Rudi, Yopie dan istrinya, Ema Tahapary, adalah kembar siam musik dan olahraga. Keduanya saling mendukung dan sama-sama berkilau di profesi masing-masing. Jika Ema bisa berlari sampai babak semifinal Olimpiade Los Angeles 1984, Amerika Serikat, maka Yopie menjuarai berbagai festival nyanyi.
”Ema punya rekor nasional lari 400 meter yang belum terpecahkan sejak 1984. Yopie punya album Ambon Jazz Rock dengan lagu ”Enggo Lari” 1983, yang boleh disebut, belum ada duanya hingga saat ini,” kata Rudi.
Manajer Mahina Production Levinus Kariuw mengatakan, Yopie adalah satu dari begitu banyak talenta suara emas yang diberikan Tuhan bagi Maluku. Yopie mempunyai ciri khas suara serak melengking yang membuatnya memiliki warna tersendiri. ”Begitu bernyanyi, tanpa melihat wajah, orang pasti tahu itu Oom Yopie Latul,” kata Levinus.
Bagi Levinus, Yopie adalah musisi lokal yang menasional, bahkan sampai ke dunia internasional. Tak dapat dimungkiri, lewat entakan-entakan nada Yopie, Maluku menjadi terkenal di mata dunia. Bung Yopie adalah aset etnik Maluku yang ketika meninggal membuat orang sangat kehilangan. Beliau adalah legenda yang hidup selamanya.