Kereta Penataran Tabrak Minibus di Malang, Tiga Orang Tewas
Kereta Penataran dari Surabaya menuju Blitar, Kamis (10/9/2020) siang, menabrak minibus di Kabupaten Malang, Jawa Timur. Akibat peristiwa ini, tiga penumpang minibus tewas.
Oleh
DEFRI WERDIONO
·3 menit baca
KOMPAS/DEFRI WERDIONO
Warga bergotong royong menarik bangkai minibus yang baru saja terlibat kecelakaan dengan Kereta Penataran di Dusun Kebonsari, Desa Ngebruk, Kecamatan Sumberpucung, Kabupaten Malang, Jawa Timur, Kamis (9/10/2020).
MALANG, KOMPAS — Kereta Api Penataran dari Surabaya menuju Blitar, Kamis (10/9/2020) siang, menabrak minibus sarat penumpang di perlintasan sebidang tanpa palang pintu di Kabupaten Malang, Jawa Timur. Akibatnya, tiga penumpang minibus tewas dan empat orang lainnya terluka.
Korban meninggal adalah Sandi Rusanti (39), warga Desa Ngadilangkung, Kecamatan Kepanjen, Kabupaten Malang. Ia meninggal di lokasi akibat luka parah di kepala dan tubuh. Sementara Setiawan Junaidi (52), warga Desa Talangagung, Kecamatan Kepanjen, dan Muhammad A Faren (6), warga Desa Ngadilangkung, meninggal dalam perawatan di rumah sakit.
Selain itu, empat korban luka-luka adalah Sri Utami (40) dan Devan (7), warga Desa Talangagung, Kecamatan Kepanjen, serta Nur Fadila (38) dan Farel Bahtiar (7), warga Desa Kepanjen, Kecamatan Kepanjen. Korban luka masih menjalani perawatan di RSUD Kepanjen.
Kecelakaan di Kilometer 74+600, Dusun Kebonsari, Desa Ngebruk, Kecamatan Sumberpucung, itu diawali saat mobil Daihatsu Xenia bernomor polisi N 1784 EU melintas dari arah selatan (Kebonsari) hendak menuju utara (Ngebruk). Mobil berpenumpang tujuh orang, termasuk sopir.
Pada saat yang bersamaan, melaju Kereta Penataran bernomor lokomotif CC 20177 12 dari arah Malang (timur) menuju Blitar (barat). Masinisnya adalah Lutfi N dan Asisten Masinis Anton P. Jarak kereta yang sudah dekat dengan mobil naas membuat tabrakan tidak terhindarkan.
KOMPAS/DEFRI WERDIONO
Warga bergotong royong mengevakuasi minibus yang baru saja terlibat kecelakaan dengan Kereta Penataran di Dusun Kebonsari, Desa Ngebruk, Kecamatan Sumberpucung, Kabupaten Malang, Jawa Timur, Kamis (9/10/2020).
Kondisi minibus yang tertabrak kereta dari arah samping itu rusak berat. Bahkan dua roda bagian depan terlepas. Mobil yang dikemudikan Setiawan Junaidi itu terseret sekitar 300 meter ke arah Stasiun Ngebruk. seusai evakuasi korban, bangkai mobil terpaksa harus digulingkan ke sawah agar kereta bisa melaju kembali.
”Suara benturannya terdengar keras. Saat itu saya hendak beristirahat. Begitu dengar suara, saya langsung berlari keluar. Sepupu saya memberi tahu ada mobil tertabrak kereta. Begitu saya sampai di sini, kereta sudah berhenti dengan pososi mobil masih menempel di bagian depan lokomotif,” ujar Sapawi (60), warga Kebonsari.
Menurut warga, sebelum melintasi rel, suara musik di dalam mobil terdengar cukup keras. Selain itu, ada warga yang menyebut orang yang mengemudi sambil berbicara melalui telepon sehingga dia tidak mengetahui ada kereta datang. Padahal saat itu ada warga yang berteriak mengingatkan ada kereta hendak melintas.
Berdasarkan pengamatan Kompas, di lokasi perlintasan sudah terpasang rambu-rambu. Untuk kendaraan yang melaju dari arah selatan, hampir tidak mendapati benda yang menghalangi pandangan pengemudi. Kondisi jalan sejajar dengan rel, lalu menikung tajam ke kanan.
Sebaliknya, untuk kendaraan dari utara, pandangan sopir cukup terhalang oleh bangunan toko bila mobil akan melintas (kereta dari barat). Dari keterangan sebagian warga, kecelakaan kereta api terakhir terjadi di kawasan itu sekitar tahun 1980-an.
KOMPAS/DEFRI WERDIONO
Bangkai minibus yang baru saja terlibat kecelakaan dengan Kereta Penataran di Dusun Kebonsari, Desa Ngebruk, Kecamatan Sumberpucung, Kabupaten Malang, Jawa Timur, Kamis (9/10/2020)
Kepala Unit Kecelakaan Lalu Lintas Polres Malang Inspektur Dua Agus Yulianto mengatakan, dugaan sementara kecelakaan ini karena pengemudi tidak melihat ada kereta datang. ”Yang meninggal di lokasi satu orang. Enam orang lainnya, saat dievakuasi, masih hidup, tetapi menderita luka parah,” katanya.
Ini merupakan kecelakaan kali kedua yang menimpa Kereta Penataran dalam sebulan terakhir. Sebelumnya, pada 17 Agustus lalu, kereta Rapih Doho (nama lain Penataran untuk relasi Blitar-Kertosono-Surabaya) menabrak minibus di Dusun Gempolan, Desa Beye, Kecamatan Kayen Kidul, Kabupaten Kediri. Tiga orang tewas dalam peristiwa tersebut.
Manajer Humas PT Kereta Api Indonesia Daerah Operasional 8 Surabaya Suprapto mengatakan, kecelakaan di Ngebruk menyebabkan kedatangan Kereta Penataran (KA 449/yang terlibat kecelakaan) terlambat 35 menit dan Kereta Penataran yang lain (KA 452) relasi Blitar-Surabaya terlambat 32 menit.
Kami mengimbau masyarakat agar berhati-hati ketika melintasi perlintasan sebidang. Patuhi rambu lalu lintas karena itu alat utama keselamatan. Palang pintu, alarm, dan penjaga hanya alat bantu keamanan semata,” ujarnya.