Jawa Barat Targetkan 105.000 Tes Usap dalam Dua Minggu
Gugus Tugas Percepatan Penanggulangan Covid-19 Jawa Barat menargetkan 105.000 tes usap dalam dua pekan ke depan. Namun, target itu belum mencukupi untuk mengejar 500.000 tes atau satu persen dari jumlah penduduk.
Oleh
tatang mulyana sinaga
·3 menit baca
BANDUNG, KOMPAS — Gugus Tugas Percepatan Penanggulangan Covid-19 Jawa Barat menargetkan 105.000 tes usap dalam dua pekan ke depan. Namun, target itu belum cukup untuk mengejar 500.000 tes atau sekitar satu persen dari penduduk Jabar.
Hingga Selasa (8/9/2020) sore, Jabar baru melakukan tes usap terhadap 291.396 spesimen. Jumlah tes itu belum optimal dibandingkan dengan penduduk Jabar yang berjumlah hampir 50 juta jiwa.
Ketua Divisi Pelacakan Kontak Pengujian dan Manajemen Laboratorium Gugus Tugas Percepatan Penanggulangan Covid-19 Jabar Siska Gerfianti mengatakan, pihaknya telah meningkatkan kapasitas tes di laboratorium menjadi 54.000 sampel per minggu. Bulan lalu, kapasitasnya masih sekitar 35.000 tes per minggu.
”Kami mengejar 105.000 tes usap dalam dua minggu ini. Kami juga sedang menunggu bantuan 250.000 tes PCR dari BNPB (Badan Nasional Penanggulangan Bencana),” ujarnya di Gedung Sate, Kota Bandung, Selasa (8/9/2020).
Kit tes PCR itu akan disebar ke-27 kabupaten/kota di Jabar. Kuotanya disesuaikan untuk mengejar target tes terhadap 1 persen populasi dari daerah masing-masing.
Siska menuturkan, pihaknya telah membagikan alat tes portabel beserta 15.000 kit tes ke-27 daerah. ”Jika tes usap masif untuk mengejar target populasi, PCR portabel untuk mengejar kontak erat kasus positif,” ujarnya.
Jabar sudah melakukan tes usap terhadap 291.396 spesimen. Jumlah tes itu belum optimal dibandingkan dengan penduduk Jabar yang berjumlah hampir 50 juta jiwa.
Selain menggelar tes masif, pelacakan kontak juga terus dilakukan. Salah satunya di kawasan industri, seperti di Kabupaten Bekasi dan Karawang, yang menjadi kluster baru penularan Covid-19.
Berdasarkan catatan Kompas, kasus positif Covid-19 di kluster industri di Bekasi mencapai 698 kasus. Penularan diduga berasal dari aktivitas pekerja di luar pabrik.
Tingginya kasus Covid-19 di Kabupaten Bekasi menjadikannya zona merah atau berisiko tinggi. Kota Bogor, Kota Bekasi, dan Kota Depok juga berada di zona serupa. Di Bodebek, hanya Kabupaten Bogor yang tidak berada di zona merah.
Munculnya kluster penularan baru membuat kasus Covid-19 di Jabar meningkat. Dalam dua pekan terakhir, penambahan kasus baru selalu di atas 100 kasus per hari.
Berdasarkan data Pusat Informasi dan Koordinasi Covid-19 Jabar (Pikobar) yang diperbarui, Selasa (8/9/2020), pukul 18.00, kasus positif Covid-19 di provinsi itu berjumlah 13.045 orang. Terdapat 3.375 kasus baru dalam dua minggu terakhir.
Siska menambahkan, pihaknya turut mewaspadai munculnya kluster penularan Covid-19 dalam kegiatan tahapan pilkada. Delapan daerah di Jabar akan menggelar Pilkada 2020.
”Ada beberapa kerumunan saat deklarasi dan pendaftaran (pasangan calon peserta pilkada). Kami sedang menelusuri orang-orang yang mengikuti acara tersebut,” ujarnya.
Kepala Seksi Pemberdayaan Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi, dan Elektronika di Dinas Perindustrian dan Perdagangan Jabar Dendi Hermandi mengatakan, perbaikan protokol kesehatan akan terus dilakukan agar penularan di kluster industri tidak meluas. Salah satunya dengan membuat riwayat kegiatan harian pekerja di pabrik untuk memudahkan penelusuran jika ditemukan kasus positif.
”Selain itu, tidak boleh ada lagi area merokok. Kawasan industri juga diharapkan membuat fasilitas isolasi mandiri karena fasilitas isolasi pemerintah terbatas,” ujarnya.