Seusai Karantina Covid-19, 47 Napi Kembali ke Blok Hunian Lapas Kelas I Surabaya
Mereka dinyatakan sehat setelah menyelesaikan masa karantina selama 10 hari meski tanpa tes usap lagi.
Oleh
RUNIK SRI ASTUTI
·5 menit baca
SIDOARJO, KOMPAS — Sebanyak 47 warga binaan lapas Kelas I Surabaya yang terkonfirmasi positif Covid-19 berangsur-angsur kembali ke blok hunian, Senin (7/9/2020). Mereka dinyatakan sehat setelah menyelesaikan masa karantina 10 hari tanpa keluhan berarti. Tidak ada uji usap tenggorokan atau tes swab untuk mengonfirmasi kondisi mereka.
Proses pemindahan warga binaan pemasyarakatan itu berlangsung sejak Senin sekitar pukul 11.00. Secara bertahap, mereka dibawa keluar dari blok G, yakni blok khusus untuk karantina pasien terkonfirmasi positif Covid-19. Sebelum menuju ke blok hunian masing-masing, mereka diingatkan agar senantiasa menerapkan protokol kesehatan.
Kepala Lapas Porong Gun Gun Gunawan mengatakan, jumlah total warga binaan pemasyarakatan yang terkonfirmasi positif Covid-19 sebanyak 58 orang, dua di antaranya meninggal saat menjalani perawatan di rumah sakit rujukan. Dari 58 napi itu, mayoritas orang tanpa gejala dan dirawat di dalam lapas.
Hanya sebagian kecil yang dirujuk ke rumah sakit rujukan Covid-19, seperti RSUD Sidoarjo dan RS Mitra Keluarga Waru. Mereka yang dirawat di rumah sakit mengalami gejala klinis Covid-19 yang cukup parah. Sebagian besar dari mereka juga memiliki penyakit penyerta, seperti jantung, darah tinggi, dan diabetes.
Khusus yang dirawat di dalam lapas, kondisi kesehatannya dipantau tim kesehatan internal yang didukung tim kesehatan Dinkes Sidoarjo dan Dinkes Provinsi Jatim. Pemprov Jatim juga menyediakan satu ambulans khusus untuk merujuk warga binaan pemasyarakatan yang kondisi kesehatannya memburuk.
”Dari 47 warga binaan yang kembali ke blok hunian ini, sebanyak 42 orang merupakan napi yang sembuh setelah karantina di lapas. Lima orang lainnya sembuh setelah menjalani perawatan di rumah sakit rujukan Covid-19,” ujar Gun Gun.
Berdasarkan pemeriksaan tim kesehatan lapas dan juga diskusi dengan dinas kesehatan, pasien Covid-19 ini dinyatakan sembuh setelah menjalani masa karantina selama 10 hari. Para warga binaan pemasyarakatan ini perlu diuji usap untuk mengonfirmasi mereka sudah terbebas dari virus korona galur baru SARS-CoV-2, penyebab Covid-19.
Jumlah warga binaan yang sembuh ini berkontribusi signifikan meningkatkan angka kesembuhan pasien Covid-19. Sebab, sebelumnya baru dua warga binaan yang dinyatakan sembuh setelah menjalani perawatan intensif di rumah sakit. Harapannya, angka kesembuhan ini terus meningkat dan bahkan lapas bisa bebas dari Covid-19.
Masih dikarantina
Kepala Seksi Perawatan Lapas Kelas I Surabaya Prayogo Mubarok menambahkan, saat ini tersisa tujuh warga binaan pemasyarakatan yang menempati blok khusus perawatan. Ketujuh orang ini berusia lanjut dan memiliki penyakit penyerta. Untuk memudahkan pemantauan kondisi kesehatan dan juga perawatan apabila muncul gejala klinis secara tiba-tiba, mereka tetap ditempatkan di ruang isolasi untuk sementara waktu.
Selain warga binaan, ada empat pegawai Lapas Kelas I Surabaya yang terkonfirmasi positif Covid-19. Saat ini mereka menjalani isolasi mandiri dan diminta tetap bekerja dari rumah. Semua pasien terkonfirmasi positif ini diingatkan agar tidak lupa menjaga kebersihan serta lebih disiplin menerapkan protokol kesehatan, seperti selalu bermasker, tidak berkerumun, dan rajin mencuci tangan dengan sabun serta air mengalir.
Prayogo mengatakan, meski banyak warga binaan yang sembuh dari Covid-19, pihaknya tetap waspada dan tidak lengah. Selain disiplin menerapkan protokol kesehatan pada napi, kebersihan lingkungan juga selalu diperhatikan dengan menyemprotkan disinfektan secara rutin ke seluruh area lapas. Belakangan, penyemprotan menggunakan mobil pemadam kebakaran agar hasil lebih efektif karena luasnya area lapas.
Ketua tim kesehatan lapas dokter Hardjo Santoso mengatakan, pihaknya juga terus memantau kondisi kesehatan semua warga binaan secara rutin. Mereka yang memiliki keluhan kesehatan diimbau segera melapor atau memeriksakan diri ke klinik kesehatan lapas agar cepat ditangani.
Untuk meningkatkan daya tahan tubuh warga binaan, pihak lapas juga tetap membagikan makanan tambahan dan vitamin. Mengajak narapidana berolahraga rutin juga dilakukan. Jumlah penghuni Lapas Kelas I Surabaya saat ini lebih dari 2.356 orang dari kapasitas 1.050 orang.
Sebaran Covid-19 di Lapas Kelas I Surabaya yang berada di Kecamatan Porong terjadi sejak pertengahan Agustus lalu. Dua kasus positif yang terjadi pertama kali adalah SLH (56) dan DA (36). Mereka terpidana kasus narkotika dengan masa hukuman 16 tahun untuk SLH dan 13,5 tahun untuk DA.
Adapun dua kasus berikutnya diketahui beberapa hari kemudian karena hasil uji usapnya tidak keluar bersamaan. Sebenarnya lapas saat itu mengirim lima warga binaan ke RSUD Sidoarjo untuk pemeriksaan rutin karena mereka memiliki komorbid seperti diabetes dan jantung. Hasil uji cepat menunjukkan nonreaktif. Namun, saat tes usap, hasilnya terkonfirmasi positif.
Mereka mengeluh mengalami gejala klinis mirip Covid-19, seperti sesak napas, mual, serta nyeri dada. Gejala klinis itu kadang hilang sendiri, tetapi di lain waktu kambuh. Berdasarkan pemeriksaan awal oleh dokter lapas, para warga binaan ini didiagnosis menderita diabetes melitus, neuropathy, pneumonia, hingga sesak napas. Hasil pemeriksaan RSUD menyatakan para warga binaan juga menderita penyakit lain seperti jantung koroner dan pneumonia suspek Covid-19.
Menindaklanjuti adanya warga binaan pemasyarakatan yang terkonfirmasi positif, pihak lapas melakukan penelusuran kontak erat pasien. Penelusuran itu ditargetkan menyasar para pegawai maupun warga binaan lain yang memiliki riwayat berinteraksi dengan pasien terkonfirmasi positif Covid-19, terutama teman yang berada atau tinggal satu blok. Hasil tracing menemukan 73 orang yang dicurigai terindikasi Covid-19.
Sebanyak 73 orang ini kemudian diuji cepat dan didapati 23 orang reaktif. Untuk mencegah penularan, 23 orang yang reaktif ini tidak dikembalikan ke blok asal, melainkan dipindahkan ke blok khusus kesehatan yang memiliki kapasitas 120 orang. Mereka menjalani isolasi mandiri dengan pengawasan tim kesehatan lapas.