Transportasi Wisata Minim, Pengusaha Travel Siapkan Layanan di Kawasan Borobudur
Meski menjadi destinasi wisata internasional, transportasi di kawasan Borobudur, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, sangat minim. Sejumlah pelaku wisata menawarkan pilihan alternatif berupa Trans-Borobudur.
Oleh
REGINA RUKMORINI
·3 menit baca
MAGELANG, KOMPAS — Sejumlah pelaku wisata di Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, berinisiatif menyediakan layanan transportasi bagi pelancong untuk berwisata di sejumlah destinasi di kawasan tersebut. Upaya ini diharapkan memudahkan akses kunjungan yang selama ini kerap terkendala minimnya angkutan transportasi di Borobudur.
Layanan transportasi tersebut bernama layanan Trans-Borobudur. Layanan ini disediakan oleh 12 pelaku wisata di bidang transportasi, yang selama ini sebatas menjalankan usaha sewa mobil. Sebanyak 12 mobil pribadi milik masing-masing pelaku wisata disiapkan sebagai moda transportasi.
Sekretaris Trans-Borobudur Nurudin mengatakan, dengan titik berangkat dari Terminal Borobudur, layanan transportasi Trans-Borobudur akan dibuka dalam dua pilihan rute. Rute A dan B yang disiapkan tersebut nantinya akan menyusuri sekitar 10 destinasi wisata di kawasan Borobudur.
Kendatipun melewati destinasi wisata, Trans-Borobudur tidak akan menunggu wisatawan tersebut berwisata. ”Di setiap perhentian di obyek wisata, kami hanya sekadar menurunkan dan mengangkut penumpang saja,” ujarnya, Senin (7/9/2020).
Setiap penumpang dikenai biaya Rp 6.000. Namun, untuk sementara, selama masa uji coba, sembari menunggu proses perizinan dari Dinas Perhubungan Kabupaten Magelang, harga tiket Trans-Borobudur dipotong 50 persen menjadi Rp 3.000 per orang.
Nurudin mengatakan, jasa transportasi ini secara khusus disiapkan untuk memberikan solusi bagi pengguna layanan transportasi bus Trans-Jateng, yang baru saja dibuka Pemerintah Provinsi Jawa Tengah, Selasa (1/9/2020). Bus tersebut menjalani rute Purworejo-Borobudur pulang pergi.
Untuk sementara, selama masa uji coba, sembari menunggu proses perizinan dari Dinas Perhubungan Kabupaten Magelang, harga tiket Trans-Borobudur dipotong 50 persen menjadi Rp 3.000 per orang.
Meski demikian, para penumpang tetap bingung mencari moda transportasi untuk menjangkau kawasan Borobudur. Sebab, selama ini moda transportasi untuk menuju destinasi-destinasi wisata di kawasan Borobudur masih sangat terbatas.
Nurudin mengatakan, moda transportasi yang tersedia di Borobudur hanya sebatas andong. Namun, jenis moda ini tidak bisa digunakan untuk bepergian jarak jauh dan tidak bisa bergerak di berbagai medan.
Layanan ojek daring juga sudah tersedia. Namun, karena jumlah pelakunya hanya sedikit, para pemesan biasanya harus menunggu hingga sekitar 20 menit.
Sementara itu, wisatawan juga tidak bisa mengandalkan angkutan umum karena biasanya hanya akan melewati destinasi di tepi jalan besar. Sebagian di antaranya bahkan hanya beroperasi hingga siang hari.
Hani Sutrisno, salah satu pengelola destinasi wisata Taman Kelinci Borobudur, mengatakan, masalah transportasi ini memang menjadi kendala yang cukup berarti bagi kunjungan wisatawan.
Beberapa waktu lalu, Hani mencontohkan, salah seorang rekannya dari Kebumen sempat hendak berkunjung ke Taman Kelinci. Sekalipun sudah tersedia fasilitas bus Trans-Jateng, rekannya tersebut akhirnya menunda kunjungan karena ketiadaan moda transportasi pendukung setelah sampai di Borobudur.
”Belakangan, beberapa hari lalu, rekan saya bersama empat temannya datang ke Taman Kelinci dengan sepeda motor pribadi. Kata mereka, itu satu-satunya solusi yang bisa digunakan untuk berwisata di Borobudur,” ujarnya.
Masalah transportasi ini juga dikeluhkan Marni (45), warga Kecamatan Purworejo, Kabupaten Purworejo. Saat mencoba berwisata menggunakan bus Trans-Jateng bersama empat anggota keluarganya, mereka bingung mencari kendaraan untuk bepergian dari Terminal Borobudur ke Taman Wisata Candi Borobudur. Andong akhirnya dipilih karena itu satu-satunya yang tersedia di terminal.
Namun, setelah puas berwisata di Taman Wisata Candi Borobudur, mereka pun kembali bingung bagaimana caranya kembali ke Terminal Borobudur untuk naik bus Trans-Jateng dan kembali ke Purworejo.
”Kami mencoba menghentikan kendaraan seadanya. Ketika itu, akhirnya ada sepeda motor dengan gerobak belakang pengangkut sayur yang mau berhenti dan mengantar kami,” ujarnya. Sepeda motor tersebut mau berhenti karena gerobak di belakangnya kosong dan tidak membawa barang bawaan apa pun.