Simulasi Pembelajaran Tatap Muka SMA/SMK di Jateng Dievaluasi Harian
Tujuh SMA/SMK di Jawa Tengah menggelar simulasi pembelajaran tatap muka, Senin (7/9/2020). Evaluasi akan dilakukan tiap hari. Jika ada penularan, simulasi dihentikan. Jika tidak, sekolah peserta simulasi bisa ditambah.
Oleh
KRISTI UTAMI
·4 menit baca
TEGAL, KOMPAS — Sebanyak tujuh SMA/SMK di Jawa Tengah mulai menggelar simulasi pembelajaran tatap muka, Senin (7/9/2020). Simulasi yang direncanakan digelar selama dua pekan tersebut akan dievaluasi setiap hari. Jika tak terjadi penularan, jumlah sekolah yang menggelar pembelajaran tatap muka bisa ditambah.
Simulasi pembelajaran tatap muka itu dilakukan di tiga daerah yang dianggap bukan zona merah Covid-19, yakni Kota Tegal, Kabupaten Temanggung, dan Kabupaten Wonosobo. Tujuh sekolah dari tiga daerah tersebut adalah SMKN 2 Tegal, SMAN 2 Tegal, SMA Pius Tegal, SMKN 1 Temanggung, SMAN 1 Parakan, SMAN 2 Wonosobo, dan SMKN 2 Wonosobo.
Tak hanya jumlah sekolah, jumlah siswa yang mengikuti simulasi pembelajaran tatap muka juga dibatasi. Setiap sekolah hanya boleh melibatkan maksimal 30 persen dari seluruh jumlah siswa.
”Jangan sampai pembelajaran tatap muka ini menjadi kluster Covid-19. Dengan kondisi (penularan) Covid-19 Jateng yang masih tinggi, semua pihak harus berhati-hati. Begitu ada satu saja yang demam setelah pulang sekolah, langsung kami hentikan (simulasi),” kata Pelaksana Tugas Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Jateng Padmaningrum di Kota Tegal.
Padmaningrum menuturkan, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Jateng melibatkan pihak eksternal, seperti pemerhati pendidikan dan organisasi profesi guru, dalam mengawasi dan mengevaluasi pelaksanaan simulasi. Jika hasil evaluasi menunjukkan tidak ada penyebaran Covid-19, jumlah SMA/SMK yang berkesempatan menggelar pembelajaran tatap muka bisa ditambah secara bertahap.
Simulasi tersebut juga harus mendapatkan izin dari orangtua siswa, komite sekolah, Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 setempat, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Jateng, dan gubernur.
”Jika hasil simulasi menujukkan tidak ada pelanggaran protokol kesehatan dan tidak ada penularan Covid-19, jumlah sekolah yang bisa menggelar pembelajaran tatap muka memungkinkan untuk ditambah,” imbuhnya.
Menurut Padmaningrum, SMA/SMK di Jateng yang ingin mengadakan pembelajaran tatap diwajibkan melakukan simulasi sesuai pedoman. Simulasi tersebut juga harus mendapatkan izin dari orangtua siswa, komite sekolah, Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 setempat, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Jateng, dan gubernur.
Berdasarkan pantauan, tiga sekolah di Kota Tegal melaksanakan simulasi selama 4 jam mulai pukul 07.30-10.30. Simulasi sekolah-sekolah tersebut dilakukan dengan protokol kesehatan yang ketat.
Di SMA Pius Tegal, misalnya, siswa diukur suhu tubuhnya dan diminta mencuci tangan dengan sabun sebelum masuk ke kelas masing-masing. Di kelas, siswa tidak boleh melepas masker dan tidak boleh berkerumun.
”Dari total 298 siswa, kami memilih sebanyak 90 siswa untuk mengikuti simulasi. Setiap kelas dengan kapasitas 30 siswa hanya diisi maksimal 10 siswa untuk mempertahankan jarak antarsiswa,” kata Kepala SMA Pius Tegal M Lidwina Suprapti.
Di SMAN 2 Tegal, simulasi diikuti 100 siswa dari jumlah total 927 siswa. Simulasi di sekolah tersebut juga berjalan dengan menerapkan protokol kesehatan ketat.
Sekolah tersebut membuka dua pintu masuk sekolah untuk menghindari kerumunan. Siswa kelas X dan XI diminta masuk melalui gerbang depan. Sementara siswa kelas XII masuk melalui gerbang samping.
Setelah selesai simulasi, siswa akan diarahkan untuk keluar kelas satu per satu. Waktu pulang antara satu kelas dan yang lain juga diberi jeda 7-10 menit. Hal itu dilakukan untuk mencegah kerumunan di lingkungan sekolah.
”Kami juga mengubah aturan pemakaian seragam siswa. Biasanya, satu seragam untuk dua hari. Sekarang, satu seragam sehari. Jadi, sampai rumah seragamnya bisa langsung dicuci dan dipakai pada dua hari berikutnya,” ucap Kepala SMAN 2 Tegal Sri Ningsih.
Setelah selesai simulasi, siswa akan diarahkan untuk keluar kelas satu per satu. Waktu pulang antara satu kelas dan yang lain juga diberi jeda 7-10 menit.
SMAN 2 Tegal juga menyediakan satu ruang isolasi yang diperuntukkan bagi siswa atau guru yang mengeluhkan demam, sakit kepala, flu, atau batuk selama menjalani simulasi. Setelah diisolasi di ruangan tersebut, siswa atau guru yang sakit akan langsung dibawa ke pusat layanan kesehatan terdekat.
Akhmad Ikhsan Hakim (17), siswa SMAN 2 Tegal, mengatakan, dirinya senang bisa kembali menjalani pembelajaran tatap muka. Ikhsan mengaku jenuh belajar daring selama enam bulan terakhir.
”Rasa khawatir pasti ada, tetapi saya yakin aman karena sekolah sudah menyiapkan fasilitas yang lengkap. Insya Allah tidak akan tertular kalau mau disiplin memakai masker, menjaga jarak, dan mencuci tangan,” ujar Ikhsan.
Sebelumnya, Kota Tegal menggelar pembelajaran tatap muka pada tingkat pendidikan SMP pada 3 Agustus. Salah satu SMP sempat menghentikan kegiatan belajar mengajar tatap muka selama dua pekan karena salah satu orangtua siswa terkonfirmasi positif Covid-19.
Hingga Senin malam, jumlah kasus Covid-19 di Kota Tegal sebanyak 88 orang. Dari jumlah tersebut, 16 orang dirawat dan isolasi mandiri, 62 sembuh, serta 10 orang meninggal dunia.