Dua desa di Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah, kesulitan air bersih. Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Cilacap mendistribusikan air kepada warga.
Oleh
WILIBRORDUS MEGANDIKA WICAKSONO
·3 menit baca
CILACAP, KOMPAS — Kekeringan melanda sebagian Cilacap, Purbalingga, dan Banyumas, Jawa Tengah. BPBD setiap kabupaten mengirim tangki air untuk menyuplai kebutuhan air bersih yang kurang ke daerah yang kekeringan.
Kekeringan di antaranya melanda Desa Sidaurip di Kecamatan Gandrungmangu dan Desa Bojong di Kecamatan Kawunganten, Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah. Warga di desa itu kesulitan mendapatkan air bersih karena kemarau. Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Cilacap mendistribusikan air bersih untuk mencukupi kebutuhan air warga. Musim kemarau diprediksi masih berlangsung sebulan ke depan.
”Setiap desa dikirim air bersih sebanyak 5.000 liter,” kata Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Cilacap Tri Komara, saat dihubungi dari Purwokerto, Banyumas, Jawa Tengah, Senin (7/9/2020).
Tri menyampaikan, distribusi air bersih menggunakan mobil tangki di Desa Sidaurip diperuntukkan bagi 96 keluarga atau untuk 350 jiwa di Dusun Gebangsari. Sementara di Desa Bojong, air bersih didistribusikan kepada 94 keluarga atau 332 jiwa di Dusun Jaya Giri. ”Kami mengimbau warga untuk lebih efisien dalam menggunakan air,” tutur Tri.
Dari Purbalingga, Kepala Seksi Kedaruratan dan Logistik BPBD Purbalingga Muhsoni menyampaikan, kekeringan melanda tiga desa. ”Ada tiga desa yang sudah dikirimi air bersih. Desa Karanganyar tujuh tangki, Desa Kaliori satu tangki, dan Desa Kedungbenda tiga tangki,” tutur Muhsoni. Untuk penanganan jangka panjang, lanjut Muhsoni, diperlukan pipanisasi untuk mengalirkan air dari mata air yang ada di sekitar desa.
Selain Cilacap dan Purbalingga, warga di Banyumas juga mengalami kekeringan. Dari data BPBD Banyumas, empat desa yang mengalami krisis air bersih dan sudah mengajukan permohonan bantuan adalah Desa Kaliputih di Kecamatan Purwojati, Desa Banjarparakan di Kecamatan Rawalo, Desa Cibangkong di Kecamatan Pekuncen, dan Desa Kedungpring di Kecamatan Kemranjen.
”Kami mengandalkan air bersih dari mata air, tapi jika musim kemarau, airnya jadi sedikit dan tidak bisa memenuhi kebutuhan warga,” kata Kepala Desa Kaliputih Darmono.
Kami mengandalkan air bersih dari mata air, tapi jika musim kemarau, airnya jadi sedikit dan tidak bisa memenuhi kebutuhan warga. (Kepala Desa Kaliputih Darmono)
Prakirawan Stasiun Meteorologi BMKG Cilacap Rendi Krisnawan menyampaikan, meskipun musim kemarau, bukan berarti hujan tidak turun. Penyebab hujan wilayah Jawa Tengah bagian selatan selama periode musim kemarau, antara lain, adanya gelombang atmosfer Kelvin, gelombang atmosfer Rossby, serta adanya daerah pertemuan angin atau daerah konvergensi di atas Pulau Jawa dan suhu permukaan laut yang hangat.
”Hal itu menyebabkan pembentukan awan dan pertumbuhan awan yang mengakibatkan hujan walau hanya hujan ringan atau gerimis,” kata Rendi.
Rendi menyampaikan, curah hujan di wilayah Cilacap dan Banyumas terpantau masih rendah, yaitu di bawah 50 milimeter per dasarian (10 hari). Musim hujan diperkirakan terjadi pada Oktober. ”Dikatakan masuk musim hujan jika dalam satu dasarian curah hujannya mencapai 50 milimeter dan (jumlah yang sama) diikuti dasarian berikutnya,” katanya.