Kasus kematian akibat Covid-19 di Maluku dalam satu bulan terakhir naik 44 persen. Kendati kondisi ini mencemaskan, banyak warga malah mulai mengabaikan protokol Covid-19.
Oleh
FRANSISKUS PATI HERIN
·3 menit baca
AMBON, KOMPAS — Angka kematian akibat Covid-19 di Maluku yang naik 44 persen dalam satu bulan terakhir membuat cemas semua pihak. Hingga Minggu (6/9/2020), jumlah kematian mencapai 36 orang. Sayangnya, kecemasan itu tidak dibarengi kedisiplinan menjalankan protokol Covid-19.
Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Provinsi Maluku, dalam rilis yang diperoleh Kompas pada Minggu malam, menyebutkan, kasus Covid-19 di Maluku mencapai 2.144. Dari jumlah itu, 1.288 pasien sembuh dan 36 orang meninggal. Kasus terbanyak di Kota Ambon.
Juru bicara Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Provinsi Maluku Melky Lohi mengatakan, banyak kasus kematian terjadi hanya beberapa jam atau beberapa hari setelah pasien dirawat di rumah sakit. Semua korban meninggal adalah pasien yang memiliki penyakit bawaan atau lanjut usia. Nyawa mereka tidak tertolong lantaran terlambat dibawa ke rumah sakit.
Saat tiba, kondisi pasien sudah kritis lantaran sudah lama terinfeksi Covid-19. ”Bagi yang mengalami gejala mirip Covid-19 atau pernah kontak erat dengan orang yang kemudian terkonfirmasi positif Covid-19, tolong periksa kesehatan. Apalagi yang merasa kelompok rentan, seperti lanjut usia atau punya penyakit bawaan yang serius,” ujar Melky yang juga penyintas Covid-19 itu.
Menurut Melky, ada kekeliruan informasi yang berkembang di masyarakat bahwa pihak rumah sakit akan dengan sengaja memvonis orang positif Covid-19. Bias informasi itu menyebabkan masyarakat enggan memeriksakan kesehatan di rumah sakit karena takut divonis Covid-19. Padahal, jika ketahuan lebih awal, akan lebih mudah ditangani.
”Angka kematian yang semakin meningkat ini mencemaskan kita semua. Gugus tugas sudah mengerahkan semua kemampuan terbaik, tapi semua berpulang pada kesadaran masyarakat. Kita yakin bisa melewati ini. Kuncinya tetap sama, jalankan protokol kesehatan,” katanya.
Ia mengatakan, gugus tugas tidak mempunyai strategi khusus untuk meminta masyarakat memeriksakan kesehatan. Sejauh ini hanya sosialisasi yang terus digaungkan. Gugus tugas juga membuat video testimoni dari para penyintas untuk meyakinkan publik soal betapa bahayanya Covid-19. Video sebagai alat kampanye itu disebar ke sejumlah platform media sosial.
Bias informasi itu beredar semakin kencang sejak perampasan jenazah Covid-19 di Ambon pada Juni lalu. Saat itu, keluarga merampas jenazah di tengah jalan saat dalam perjalanan ke tempat pemakaman. Pada Agustus lalu, kasus serupa kembali terjadi saat keluarga korban mengambil paksa jenazah Covid-19 di rumah sakit. Pada dua kasus itu, pihak keluarga menyatakan tidak percaya pada hasil tes Covid-19.
Menurut pantauan Kompas di sejumlah sudut Kota Ambon, protokol kesehatan semakin ditinggalkan warga. Di Pasar Mardika, banyak pedagang melepas masker dan tidak menjaga jarak. Mereka baru mengenakan masker jika ada patroli dari petugas. Pasar Mardika merupakan titik dengan pelanggaran protokol Covid-19 tertinggi di Ambon.
Padahal, pasar tradisional terbesar di Maluku itu menjadi salah satu kluster penyebaran saat awal virus korona mulai merebak di Ambon. Dalam satu hari, belasan ribu orang beraktivitas di pasar itu. ”Kami bingung dengan cara, apalagi untuk menyadarkan mereka. Habis diberi peringatan, mereka ulangi lagi,” ujar seorang petugas.
Sementara, di hampir semua rumah kopi, pengunjung tidak lagi memperhatikan protokol Covid-19. Padahal, pihak pengelola sudah mengatur posisi duduk sesuai protokol. Pengunjung malah merapatkan kursi lalu ngobrol dalam jarak kurang dari setengah meter. ”Pengelola harus bertanggung jawab. Mereka wajib menegur,” ujar Nicko (53), pengunjung.
Juru bicara Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Kota Ambon, Joy Adriaansz, mengatakan, pihaknya sudah memperingatkan beberapa rumah kopi yang tidak menerapkan protokol Covid-19. ”Semua baru sampai pada teguran tertulis. Kami akan terus patroli. Kalau masih ada yang melanggar, akan kami tutup,” ujarnya.
Menurut data Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Kota Ambon, pada akhir Juli lalu, jumlah kasus Covid-19 di Kota Ambon sebanyak 751 dengan angka kesembuhan 522 dan pasien meninggal 17 orang. Hingga akhir Agustus, jumlah kasus di Kota Ambon tercatat 1.440 dengan angka kesembuhan 810 dan meninggal 25 orang.