Ditinggal PDI-P, Petahana Akhyar Nasution Berpasangan dengan Ketua PKS Medan
Petahana Akhyar Nasution berpasangan dengan Ketua PKS Medan Salman Alfarisi untuk bertarung pada Pemilihan Wali Kota Medan. Dengan sokongan Demokrat dan PKS, pasangan itu berhadapan dengan Bobby Nasution-Aulia Rahman.
Oleh
NIKSON SINAGA
·3 menit baca
MEDAN, KOMPAS — Petahana Akhyar Nasution akhirnya berpasangan dengan Ketua PKS Medan Salman Alfarisi untuk bertarung pada Pemilihan Wali Kota dan Wakil Wali Kota Medan. Dengan sokongan Demokrat dan PKS, pasangan itu akan berhadapan dengan Bobby A Nasution-Aulia Rahman yang memborong delapan partai politik.
Akhyar-Salman bersama tim pendukung mendaftar dengan iring-iringan sepeda dari Lapangan Merdeka Medan menuju kantor KPU Medan. Pasangan itu kompak mengenakan kemeja dan celana panjang putih-hitam. Akhyar melengkapi busananya dengan Tengkuluk Melayu Deli.
Rombongan Akhyar-Salman pun didominasi pendukung berpakaian biru dan putih, pendukung Demokrat dan PKS. Meskipun lebih dari 20 tahun menjadi kader PDI-P dan pernah menjabat Wakil Ketua PDI-P Sumut, tidak ada pendukung berpakaian merah yang mengantarnya.
Akhyar optimistis bisa memenangi Pemilihan Wali Kota Medan walaupun hanya disokong dua partai. ”Setelah mendaftar ke KPU, kami akan terus meyakinkan masyarakat bahwa Akhyar-Salman benar-benar mewakafkan diri untuk Kota Medan,” kata Akhyar.
Akhyar mengatakan, mereka akan berfokus untuk melanjutkan penanganan pandemi Covid-19 dari sisi kesehatan dan dampak ekonominya. ”Kami juga punya gagasan untuk membuat Kota Medan yang cantik, bahagia warganya, dan nyaman kotanya,” kata Akhyar.
Meskipun merupakan petahana, Akhyar sempat kesulitan mendapatkan dukungan dari partai politik. Ia mendaftar hampir ke semua parpol. Namun, upaya lobi yang dilakukannya hingga ke pimpinan pusat parpol kandas karena harus berhadapan dengan Bobby, menantu Presiden Joko Widodo.
PDI-P, partai yang menaunginya sejak pengurus dari bawah, menjadi anggota DPRD Medan, hingga terpilih menjadi Wakil Wali Kota Medan pada 2015, akhirnya berlabuh ke Bobby-Aulia. Selain PDI-P, pasangan itu juga disokong kekuatan partai politik besar lainnya, yakni Gerindra, PAN, Golkar, Nasdem, PSI, Hanura, dan PPP. Delapan partai itu menguasai 39 dari 50 kursi di DPRD Medan.
Akhyar pun akhirnya menyeberang ke Partai Demokrat yang mempunyai 4 kursi di DPRD Medan. ”Tidak perlu disangsikan lagi. Akhyar sekarang sudah menjadi kader Partai Demokrat. Seluruh mesin partai akan bergerak memenangkannya,” kata Ketua Partai Demokrat Kota Medan Burhanuddin Sitepu.
Burhanuddin mengatakan, mereka ikut melobi PKS agar mau berkoalisi mengusung Akhyar. Posisi PKS menjadi penentu karena mempunyai tujuh kursi terakhir yang tersisa. Mereka pun akhirnya bersepakat setelah Ketua PKS Medan Salman dipasangkan mendampingi Akhyar. PAN, yang sebelumnya menyatakan akan ikut membentuk poros baru bersama PKS dan Demokrat, akhirnya menyeberang ke Bobby dua hari sebelum pendaftaran.
Salman mengatakan, mereka mendukung Akhyar agar warga Medan mempunyai calon wali kota alternatif. Menurut dia, Bobby sempat berkomunikasi untuk mendapat dukungan dari PKS. Namun, mereka akhirnya memilih merapat ke Akhyar. ”Kami ingin masyarakat punya pilihan. Jangan sampai warga hanya ditawarkan satu calon,” kata Salman.
Kami ingin masyarakat punya pilihan. Jangan sampai warga hanya ditawarkan satu calon
Salman mengatakan, mereka optimistis bisa memenangi Pilkada Kota Medan. Ada beberapa modal pasangan itu untuk bertarung di Pilkada Medan. Pada Pemilihan Presiden 2019, misalnya, Jokowi-Ma’ruf Amin hanya memperoleh 45,66 persen di Kota Medan, terpaut jauh dari Prabowo-Sandiaga Uno yang mendapat 54,34 persen suara. Peta perolehan suara itu diyakini bisa menguat mengingat Bobby identik dengan Presiden Joko Widodo.
Salman mengatakan, mereka akan menggerakkan semua mesin partai untuk memenangkan Akhyar-Salman.
Ketua KPU Medan Agussyah Damanik mengatakan, mereka telah melakukan penelitian dan verifikasi berkas pendaftaran Akhyar-Salman. ”Dokumen persyaratan kami nyatakan lengkap dan memenuhi syarat,” katanya.