Di tengah lesunya perekonomian, petani di Malang mengekspor kol ke Taiwan. Sektor pertanian menjadi salah satu sektor yang tidak rontok karena pandemi Covid-19.
Oleh
DEFRI WERDIONO
·3 menit baca
MALANG, KOMPAS — Akselerasi pertanian Indonesia tidak hanya mampu memenuhi kebutuhan untuk pangan, tetapi juga memiliki nilai ekspor dan diminati dunia. Karena itu, Kementerian Pertanian berharap semua elemen bisa mendorong sektor pertanian untuk terus berproduksi.
Hal itu dikatakan Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo pada acara pelepasan ekspor kubis di Desa Wonorejo, Kecamatan Poncokusumo, Kabupaten Malang, Jawa Timur, Kamis (3/9/2020) sore. Sebanyak empat peti kemas berisi kubis dengan isi 25 ton per peti kemas dikirimkan ke Taiwan.
”Inilah yang kita sebut sebagai akselerasi pertanian. Konsumsi nasional kita mampu meningkatkan ketahanan pangan sekaligus punya nilai ekspor dan diminati masyarakat di seluruh dunia,” katanya.
Hadir pada kesempatan itu, antara lain, Direktur Jenderal (Dirjen) Prasarana dan Sarana Pertanian Sarwo Edhy, Dirjen Hortikultura Prihasto Setyanto, dan Dirjen Perkebunan Kasdi Subagyono, serta Kepala Dinas Pertanian Jawa Timur Hadi Sulistyo.
Sebelum menghadiri pelepasan ekspor kol, Syahrul mengunjungi penangkaran bibit alpukat milik Kelompok Tani Karya Makmur (Gabungan Kelompok Tani Nakula) di Desa Wonorojo, Kecamatan Lawang, Kabupaten Malang. Yasin pun mendorong pengembangan bibit unggul alpukat dan menilai Kabupaten Malang memiliki potensi besar dalam mengembangkan budidaya buah dan aneka tanaman hortikultura.
Menurut Syahrul, permintaan ekspor sayuran bisa mencapai 300-400 peti kemas dan sejauh ini baru terpenuhi 230-250 peti kemas dengan jangkauan masih terbatas. Permintaan dari negara lain masih ada yang belum bisa dipenuhi.
”Pemenuhan beberapa negara Asia sudah dilakukan. Saya dorong untuk masuk ke negara Arab dengan sawi putih dan kubis yang kita miliki,” ujarnya. Menurut Syahrul, tahun lalu nilai ekspor sayur dan buah dari Indonesia mencapai Rp 6 triliun lebih.
Kondisi ini menunjukkan dunia pertanian yang semakin kuat dan akseleratif bisa menghidupi rakyat. Oleh karena itu, pertanian harus terus ditingkatkan agar bisa bersaing dengan negara lain. Syahrul pun meminta pihak perbankan tidak ragu memberikan kredit bagi petani.
Syahrul menyebutkan, di tengah pandemi Covid-19 yang menyebabkan pertumbuhan minus akibat kebijakan lockdown, pertanian di Indonesia justru kian meningkat pertumbuhannya.
”Ekonomi dunia melemah, mungkin sampai satu-dua bulan ke depan, satu tahun ke depan. Namun, yang tidak pernah lemah adalah pertanian. Kalau pakai baju (beli) bisa ditunda tahun depan. Kalau ada orang membeli mobil, motor (bisa ditunda). Yang tidak bisa ditunda adalah lapar. Bisnis pertanian tetap terbuka,” tuturnya.
Pengekspor kubis, Sutarmi, mengatakan pihaknya telah mengirim kol ke Taiwan sejak tahun 2018 dengan jumlah mencapai 18 peti kemas dalam sepekan. Adapun kubis didatangkan dari Malang, Jember, dan Tulungagung. Taiwan berani membeli dengan harga Rp 4.000 per kilogram.
”Permintaan dari Taiwan banyak. Setiap saat kami kirim pasti diterima. Bulan depan kami juga akan mengirim pisang dan kopi ke Malaysia atas nama koperasi,” ujar Sutarmi.