Dua Kabupaten di Kalsel Dilanda Banjir Saat Kemarau Basah
Banjir melanda wilayah Kabupaten Tanah Bumbu dan Tanah Laut saat wilayah Kalimantan Selatan masih dalam musim kemarau. Ribuan warga terdampak dan sebagian di antaranya harus mengungsi akibat banjir itu.
Oleh
JUMARTO YULIANUS
·3 menit baca
BANJARMASIN, KOMPAS — Banjir dengan ketinggian air mencapai 1 meter merendam permukiman warga di wilayah Kabupaten Tanah Bumbu dan Tanah Laut, Kalimantan Selatan, Kamis (3/9/2020). Sebagian warga harus mengungsi akibat banjir tersebut.
Banjir yang melanda Tanah Bumbu dan Tanah Laut kali ini terjadi saat wilayah Kalimantan Selatan masih dalam musim kemarau. Dua kecamatan terdampak banjir di Tanah Bumbu, yaitu Satui dan Angsana, serta satu kecamatan terdampak banjir di Tanah Laut, yaitu Kintap. Lokasi banjir tersebut berjarak lebih dari 140 kilometer dari Banjarmasin.
Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Tanah Bumbu Eryanto Rais mengatakan, Sungai Satui meluap dan merendam permukiman warga di sekitarnya akibat curah hujan yang tinggi sejak Rabu (2/9/2020).
”Sebagian warga di Desa Sinar Bulan, Kecamatan Satui, yang terdampak banjir mengungsi ke gedung SMP Negeri 4 Satui,” kata Eryanto yang dihubungi dari Banjarmasin, Kamis.
Di desa lainnya di Satui, sebagian besar warga memilih tetap bertahan di rumah masing-masing. Untuk membantu warga, pemerintah desa berinisiatif mendirikan dapur umum, seperti dilakukan di Desa Sejahtera Mulia.
Berdasarkan data posko tanggap darurat siaga bencana Kecamatan Satui, tujuh dari 16 desa di Satui terendam banjir. Jumlah warga terdampak banjir di tujuh desa itu sebanyak 2.838 keluarga atau 9.827 jiwa.
Di Angsana, menurut Eryanto, banjir menggenangi ruas jalan provinsi selama setengah hari. Namun, banjir masih bisa dilewati dan berangsur surut setelah tengah hari. ”Warga diminta tetap waspada karena masih ada potensi hujan,” ujarnya.
Sementara itu, banjir di Tanah Laut, menurut Kepala Pelaksana BPBD Tanah Laut Muhammad Kusri, terjadi akibat meluapnya Sungai Kintap setelah turun hujan dengan intensitas tinggi. ”Hanya wilayah Kintap yang terdampak dengan ketinggian air mencapai 1 meter,” ujarnya.
Warga diminta tetap waspada karena masih ada potensi hujan.
Dari hasil pendataan yang dilakukan BPBD Tanah Laut, banjir merendam lima dari 14 desa di Kintap. Ada 752 rumah yang terendam dengan jumlah warga terdampak sebanyak 848 keluarga atau 2.494 jiwa. ”Sebagian warga juga harus dievakuasi ke tempat aman,” kata Kusri.
Pada Juli 2020, wilayah Tanah Bumbu dan Tanah Laut juga dilanda banjir. Di Tanah Bumbu, banjir terjadi di kecamatan yang sama dengan banjir kali ini, sedangkan di Tanah Laut terjadi di Kecamatan Pelaihari, Batu Ampar, dan Bajuin.
Kepala Stasiun Klimatologi Kelas I Banjarbaru Goeroeh Tjiptanto menjelaskan adanya sirkulasi siklonik di Sulawesi bagian tengah sehingga terjadi konvergensi di Sulawesi Tengah hingga Tenggara dan di Kalimantan Utara. ”Imbas dari konvergensi tersebut di Kalsel juga akan hujan di beberapa wilayah,” katanya.
Konvergensi itu, menurut Goeroeh, merupakan pertemuan arus udara yang mengumpulkan awan di suatu tempat sehingga menyebabkan potensi hujan dibandingkan dengan daerah lain. Ada potensi hujan sampai Jumat (4/9/2020) meskipun tidak di seluruh wilayah Kalsel. ”Setelah itu kemungkinan kondisi kering akan terjadi lagi karena memang masih dalam musim kemarau,” ujarnya.
Tahun ini, lanjut Goeroeh, kemarau di Kalsel datang lebih mundur dari biasanya dengan hujan cenderung di atas normal. Kondisi itu lazim disebut kemarau basah. Kemarau dirasakan pada Juli, Agustus, dan September. Pada Oktober diperkirakan sudah masuk musim hujan.
”Untuk Tanah Laut dan Tanah Bumbu memang karakteristik wilayahnya secara umum merupakan daerah non-zona musim, yaitu daerah yang tidak memiliki perbedaan cukup jelas antara musim hujan dan musim kemarau. Apalagi, saat kemarau basah seperti tahun ini,” katanya.