Siswa dan Guru SMA di Jabar Dapat Kuota Internet Gratis untuk Belajar Daring
Siswa dan guru SMA di Jawa Barat akan mendapatkan kuota internet gratis untuk mendukung pembelajaran secara daring pada masa pandemi Covid-19. Bantuan kuota ini direncanakan hingga Desember 2020.
Oleh
TATANG MULYANA SINAGA
·3 menit baca
BANDUNG, KOMPAS — Siswa dan guru SMA di Jawa Barat akan mendapatkan kuota internet gratis untuk mendukung pembelajaran secara daring pada masa pandemi Covid-19. Bantuan kuota ini menurut rencana diberikan hingga Desember 2020.
Kuota internet gratis itu diperoleh dari Telkomsel melalui program Merdeka Belajar Jarak Jauh. Telkomsel memberikan 3,25 juta kartu perdana dengan kuota internet 10 gigabita (GB) untuk September 2020. Paket data dapat diaktifkan hingga Desember dengan membayar Rp 5.000 per bulan untuk kuota 11 GB.
Gubernur Jabar Ridwan Kamil mengatakan, bantuan tersebut akan disalurkan kepada 1,9 juta siswa SMA, SMK, dan sekolah luar biasa beserta gurunya yang menjadi kewenangan pemerintah provinsi. Adapun 1,35 juta kartu sisanya diberikan kepada santri dan mahasiswa.
Kamil mewacanakan pengalokasian dana APBD Jabar untuk menanggung biaya perpanjangan aktivasi data kartu tersebut hingga Desember. Namun, hal ini masih perlu dibahas dan disetujui DPRD Jabar.
”Jika ingin digratiskan (hingga Desember), dibutuhkan anggaran sekitar Rp 50 miliar. Kalau disetujui Dewan, siswa tidak perlu bayar lagi,” ujarnya saat menerima bantuan tersebut secara simbolis dari Telkomsel di Gedung Pakuan, Kota Bandung, Rabu (2/9/2020).
Kamil mengapresiasi bantuan Telkomsel tersebut. Ia mengaku sering menerima keluhan siswa dan orangtua terkait kebutuhan kuota internet untuk mendukung pembelajaran jarak jauh.
”Gunakan (bantuan kuota internet gratis) untuk kegiatan wajib, yaitu pendidikan. Jangan nanti dihabiskan untuk hal viral yang tidak perlu,” ujarnya.
Bantuan kuota internet gratis akan disalurkan kepada 1,9 juta siswa SMA, SMK, dan sekolah luar biasa beserta gurunya yang menjadi kewenangan pemerintah provinsi. Adapun 1,35 juta kartu sisanya diberikan kepada santri dan mahasiswa.
Menurut Kamil, meskipun digelar daring, kegiatan belajar tidak akan mengubah substansi kurikulum. Hanya caranya yang diubah dengan konten digital untuk mendapatkan materi belajar melalui video dan platform lainnya.
Pemprov Jabar juga mengizinkan pembelajaran tatap muka di lokasi yang terkendala akses internet. Syaratnya, sekolah berada di kecamatan zona hijau Covid-19, guru telah mengikuti tes usap, dan sekolah menjamin penerapan protokol kesehatan.
Sejumlah 71 sekolah di Jabar diizinkan menggelar pembelajaran tatap muka. Mayoritas sekolah terletak di perkampungan di beberapa daerah, di antaranya Kabupaten Bogor, Cianjur, Garut, Tasikmalaya, Subang, Majalengka, dan Ciamis.
Keselamatan dan kesehatan siswa menjadi prioritas dalam menerapkan pembelajaran tatap muka. Jadi, tidak semua sekolah di zona hijau dapat menerapkannya.
Kamil mencontohkan sekolah di Kota Cimahi yang gagal menerapkan pembelajaran tatap muka setelah dilakukan tes masif kepada guru. Dari sekitar 200-an guru yang mengikuti tes usap, 13 orang di antaranya positif Covid-19.
”Semua keputusan harus berdasarkan parameter terukur. Jika parameter itu tidak terpenuhi, tidak akan diizinkan,” ujarnya.
Direktur Human Capital Management Telkomsel R Muharam Perbawamukti mengatakan, program Merdeka Belajar Jarak Jauh diharapkan mempermudah pendidik dan peserta didik dalam menerapkan belajar daring. Kuota tersebut dapat digunakan untuk mengakses 10 platform teknologi pendidikan (edutech) dan 245 situs pembelajaran elektronik (e-learning) untuk sekolah menengah dan perguruan tinggi.
”Seluruh pelajar diharapkan memanfaatkan ekosistem digital dalam mendukung produktivitas belajar. Dengan begitu, walaupun dari rumah, mereka tetap bisa belajar dan berkarya,” ujarnya.