Kejahatan Narkoba di Kalsel Tetap Menonjol Saat Pandemi
Kejahatan narkoba di Kalimantan Selatan tetap menonjol saat pandemi Covid-19. Diperlukan kerja sama lintas sektor untuk memberantas kejahatan ini.
Oleh
JUMARTO YULIANUS
·3 menit baca
BANJARBARU, KOMPAS — Kejahatan narkoba di Kalimantan Selatan tetap menonjol saat pandemi Covid-19. Selama enam bulan pandemi melanda, polisi telah menggagalkan peredaran lebih dari 500 kilogram sabu di sejumlah wilayah di Kalimantan Selatan.
Dua pengungkapan kasus besar dalam waktu enam bulan itu adalah penggagalan peredaran 208 kg sabu pada Maret dan 300 kg sabu pada Agustus. Dua kejahatan narkoba tersebut dilakukan jaringan internasional Malaysia-Indonesia melalui Kalimantan Utara dan Kalimantan Timur.
Kepala Polda Kalsel Inspektur Jenderal Nico Afinta mengatakan, kejahatan narkoba merupakan salah satu kejahatan lintas batas negara (transnational crime) yang mendapat perhatian besar dari Presiden dan Kepala Polri. Kejahatan itu kini dilakukan menggunakan modus operasi yang tinggi, teknologi canggih, dan didukung jaringan organisasi yang luas.
”Perang terhadap kejahatan narkoba memerlukan kerja sama dan dukungan semua pihak, tidak hanya Badan Narkotika Nasional (BNN) dan Polri,” kata Nico dalam acara pemusnahan barang bukti sabu hasil pengungkapan Agustus lalu di Landasan Ulin, Kota Banjarbaru, Rabu (2/9/2020).
Barang bukti sabu yang dimusnahkan sebanyak 299.992 kg setelah dikurangi untuk keperluan pembuktian sebanyak 8 gram. Rinciannya 3 gram untuk laboratorium forensik (labfor), 1 gram untuk pembuktian di pengadilan negeri, 2 gram untuk Pusat Laboratorium Forensik Polri, dan 2 gram untuk Labfor BNN.
Jika diestimasikan 1 gram sabu bisa untuk konsumsi 10 orang, jumlah barang bukti yang dimusnahkan telah menyelamatkan lebih dari dua juta anak bangsa. Jumlah tersebut setara dengan 67,44 persen penduduk Kalsel.
Menurut Nico, semua pihak harus turun tangan dan turut berpartisipasi serta meninggalkan ego sektoral untuk membantu melawan kejahatan narkoba. Sebab, kejahatan narkoba menimbulkan banyak korban, tidak hanya kalangan generasi muda, tetapi juga berbagai profesi dan elemen masyarakat.
”Di Kalsel, kami telah melakukan upaya-upaya penanggulangan kejahatan narkoba secara preemtif, preventif, maupun represif. Itu bisa dilihat dari banyaknya kasus peredaran narkoba yang telah diungkap,” katanya.
Menurut Nico, pengungkapan kejahatan narkoba dengan jumlah barang bukti yang besar juga menunjukkan Kalsel masih menjadi pasar para bandar dan pengedar. ”Kondisi itu harus menjadi atensi dan evaluasi kita semua,” ujarnya.
Gubernur Kalsel Sahbirin Noor mengapresiasi upaya yang telah dilakukan Polda Kalsel mengungkap kejahatan narkoba. ”Kita semua harus bergerak dan bersatu melawan kejahatan narkoba demi menjaga generasi kita dari kehancuran agar mereka bisa menyongsong masa depan yang lebih baik,” katanya.
Dengan masuknya narkoba dalam jumlah besar ke Kalsel, Sahbirin sebelumnya menyebut daerahnya sudah jatuh malah tertimpa tangga. ”Kita sudah jatuh karena Covid-19. Korban berjatuhan. Dampak ekonomi dan sosial yang sedang melanda sangat luar biasa. Betapa menyakitkan kalau narkoba yang banyak itu sampai beredar di Kalsel,” katanya.