Kebakaran Lahan di Kalteng Diklaim Masih Terkendali
Kejadian kebakaran hutan dan lahan di Kalimantan Tengah mulai bermunculan. Setidaknya terdapat 40 titik panas dalam dua hari belakangan dengan 34 kejadian kebakaran. Lahan yang terbakar pun mencapai luas 75,54 hektar.
Oleh
DIONISIUS REYNALDO TRIWIBOWO
·3 menit baca
PALANGKARAYA, KOMPAS — Kebakaran hutan dan lahan di Kalimantan Tengah mulai bermunculan. Setidaknya terdapat 40 titik panas dalam dua hari belakangan dengan 34 kejadian. Lahan yang terbakar pun mencapai 75,54 hektar.
Dari data Pusat Pengendalian dan Operasi Penanggulangan Bencana (Pusdalops-PB) Provinsi Kalteng menunjukkan adanya titik panas sejak Selasa (1/9/2020) hingga Rabu (2/9). Jumlah titik panas mencapai 40 yang tersebar di sembilan kabupaten, yakni Kabupaten Lamandau, Katingan, Gunung Mas, Seruyan, Murung Raya, Barito Utara, Kapuas, Pulang Pisau, dan Kabupaten Kotawaringin Timur.
Dari sumber data yang sama, sejak Januari 2020 hingga kini terdapat 1,792 titik panas dengan luas terbakar yang terpantau dari citra satelit mencapai 1.459 hektar. Tim lapangan sejak Januari mendapati 423 kejadian kebakaran.
Prakirawan Cuaca dari Stasiun Meteorologi Kota Palangkaraya, Lian Andriani, menjelaskan, meskipun sudah memasuki musim kemarau, karena adanya dinamika atmosfer, beberapa wilayah di Kalteng masih akan dilanda hujan dengan intensitas yang jauh lebih kecil.
”Contohnya di Kota Palangkaraya sudah lewat masa peralihan musimnya. Jadi, saat ini memang kemarau, tetapi bukan berarti tidak ada hujan. Dalam prediksi kami, masih akan hujan dengan intensitas sangat kecil,” kata Lian.
Lian menambahkan, hujan di musim kemarau terjadi karena adanya pola gangguan atmosfer di wilayah ekuator tropis yang sebagian besar merupakan wilayah Kalimantan Tengah. Karena itu, beberapa wilayah masih akan terus terjadi hujan.
”Pengaruhnya, hujan di musim kemarau juga beragam bisa karena sifat skala lokal ataupun regional. Jadi, kalau kemarau di Palangkaraya, ada beberapa tempat di wilayah itu yang masih akan dilanda hujan,” kata Lian.
Sejak 1 Juli 2020, Pemerintah Provinsi Kalteng sudah menetapkan status siaga darurat kebakaran hutan dan lahan (karhutla) sampai dengan 20 September 2020. Selain untuk mengantisipasi lebih cepat, pihak pemerintah juga mendasarkan pada prediksi Stasiun Meteorologi Kota Palangkaraya terkait puncak musim kemarau di akhir Juli hingga September (Kompas, Rabu 1 Juli 2020).
Pelaksana Tugas Kepala Badan Penanggulangan Bencana dan Pemadam Kebakaran (BPBPK) Darliansjah mengungkapkan, pihaknya sudah menyiapkan 10 helikopter untuk bom air. Sebagian besar merupakan bantuan dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB). Hingga saat ini, kejadian kebakaran tidak terlalu luas dan mampu ditangani.
Jadi, saat ini memang kemarau, tetapi bukan berarti tidak ada hujan
Hingga saat ini, terdapat sembilan kabupaten dan satu kota yang telah menetapkan status Siaga Darurat Kebakaran Hutan dan Lahan. Di setiap wilayah itu, pemerintah daerah membangun posko satgas karhutla dan pos pantau lapangan
”Itu dilakukan dalam rangka menyinergikan tim gabungan dan meningkatkan upaya-upaya pencegahan dan penanganan karhutla dengan sigap,” kata Darliansjah.
Setidaknya terdapat 8.312 personel gabungan untuk memadamkan api di Kalteng. Mereka datang dari berbagai lembaga dan instansi pemerintah.
Selain helikopter, lanjut Darliansjah, saat ini pihaknya juga menyiapkan pembasahan gambut di lahan-lahan rawan terbakar. Gambut menjadi kawasan yang diperhatikan di musim kemarau lantaran sifatnya yang sangat mudah terbakar.
”Koordinasi terus berjalan dengan semua pihak sehingga saat ini semuanya waspada sambil memeriksa kelengkapan infrastruktur pembasahan, juga melakukan pembasahan di lahan-lahan yang sudah dipetakan,” kata Darliansjah.
Data dari dinas lingkungan hidup, sejak 2017-2019 Badan Restorasi Gambut (BRG) membangun setidaknya 10.905 sumur bor yang tersebar di beberapa kabupaten di Kalteng. Lalu membentuk 103 kelompok Masyarakat Peduli Api (MPA) di delapan kabupaten/kota di Kalteng yang masing-masing kelompok berisi lebih kurang 20 orang.
Sebelumnya, Pelaksana Tugas Kepala Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Kalteng Esau Tambang mengungkapkan, pihaknya saat ini fokus pada penguatan kelompok-kelompok masyarakat juga edukasi. Dengan begitu, menurut Esau, pencegahan juga penanganan karhutla bisa dilakukan dengan baik.
”Saat ini masih dilakukan pendataan sekaligus perawatan infrastruktur sumur bor, petugas masih di lapangan,” ujar Esau.