Cegah Kluster Pondok Pesantren Meluas, Skenario Pemilahan Santri Disiapkan
Satuan Tugas Penanganan Covid-19 Provinsi Jawa Timur dan Kabupaten Banyuwangi menyiapkan skenario pemilahan santri. Langkah ini diambil guna mencegah penularan di kluster pondok pesantren semakin meluas.
Oleh
ANGGER PUTRANTO
·3 menit baca
BANYUWANGI, KOMPAS — Satuan Tugas Penanganan Covid-19 Provinsi Jawa Timur dan Kabupaten Banyuwangi menyiapkan skenario pemilahan santri. Langkah ini diambil guna mencegah penularan di kluster pondok pesantren semakin meluas.
Hingga Rabu (2/9/2020), akumulasi konfirmasi Covid-19 di Banyuwangi mencapai 815 kasus. Lebih dari 600 kasus di antaranya berasal dari kluster pondok pesantren. Penularan Covid-19 di kluster ini menjadi perhatian Pemerintah Provinsi Jawa Timur.
Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa meninjau penanganan kluster pondok pesantren tersebut. Khofifah juga menggelar rapat koordinasi guna mematangkan langkah yang harus dilakukan untuk mencegah penularan di kluster pesantren semakin meluas.
Gugus Tugas Penanganan Covid-19 Provinsi Jawa Timur juga sedang menyusun skenario pemilahan santri. Hal ini dilakukan untuk menghindari penularan yang berulang.
Pemilahan santri ini merupakan lanjutan dari penanganan dengan uji usap massal yang telah dilakukan sebelumnya. Sedikitnya 4.500 santri menjalani uji usap sebagai dasar pemilahan.
”Pemilahan perlu dilakukan untuk menghindari penularan yang terus-terusan berlangsung. Kalau tidak dipilah, penularan tidak akan selesai. Kami masih memformulasikan kelompok pemilahannya,” tuturnya.
Salah satu skenario yang disiapkan ialah memisahkan santri dalam empat kelompok. Keempat kelompok tersebut ialah kelompok santri dengan hasil uji usap negatif, santri dengan uji usap positif, santri dengan uji usap negatif tetapi ada riwayat kontak erat, serta santri yang bergejala.
Khofifah dalam kunjungannya menyampaikan dukungan penuh kepada Pemerintah Kabupaten Banyuwangi yang telah berupaya menangani penularan Covid-19, terutama di kluster pondok pesantren. Ia menyebut lima rumah sakit milik Pemerintah Provinsi Jawa Timur akan dilibatkan dalam penanganan kluster pondok pesantren.
Ia juga memastikan kebutuhan untuk penanganan Covid-19 di kluster pondok pesantren dipenuhi dengan baik. ”Kebutuhan masker dan vitamin akan terus kami perhatikan. Pemeriksaan komprehensif telah dilakukan. Swab kepada santri juga sudah dilakukan oleh gabungan tenaga kesehatan dari Kementerian Kesehatan, Pemerintah Provinsi Jawa Timur, dan Pemerintah Kabupaten Banyuwangi,” kata Khofifah.
Menurut Khofifah, saat ini yang perlu dilakukan ialah penanganan yang termonitor dan terukur. Salah satunya dengan memastikan para santri dalam kondisi fit dengan memastikan asupan gizi yang mereka konsumsi tercukupi.
Koordinator Tracing Satuan Tugas Penanganan Covid-19 Provinsi Jawa Timur Kohar Hari Santoso mengatakan, saat ini pihaknya berupaya agar santri yang terpapar tidak terinfeksi. Kalaupun ada yang terinfeksi, santri tersebut tidak sakit. Kalaupun ada santri yang sakit, jangan sampai sakit parah.
”Oleh karena itu, kami melakukan karantina lokal supaya tidak ada persebaran yang semakin luas. Warga yang ada di luar kawasan pondok pesantren jangan masuk, sedangkan yang ada di dalam jangan keluar,” tuturnya.
Selain itu, ada pula upaya peningkatan daya tahan tubuh para santri. Hal itu dilakukan dengan meningkatkan konsumsi gizi, mengurangi aktivitas, dan memperbanyak istirahat.
Warga yang ada di luar kawasan pondok pesantren jangan masuk, sedangkan yang ada di dalam jangan keluar.
Selama karantina lokal, kebutuhan makan para santri dipasok oleh para sukarelawan yang memasak di dapur umum. Dalam sehari, dapur umum menyediakan 18.000 porsi makanan yang terdiri dari nasi, lauk-pauk, sayur, dan buah.
Guna menjamin gizi yang dikonsumsi, Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit diterjunkan untuk menguji makanan yang akan dihidangkan. Mereka bertugas memastikan tidak ada zat berbahaya seperti boraks dan formalin di dalam makanan yang dikirim untuk santri. Kalori yang terkandung juga harus berjumlah 2.000 hingga 2.500 kalori per hari.
”Kami juga mengajak para santri untuk menjaga sanitasi dan penjarakan (social distancing). Kami sudah menerjunkan tim kesehatan yang siaga 24 jam di sana untuk memantau kesehatan para santri,” ujar Kohar.