Tingkat Keterisian Rumah Sakit di Semarang Capai 79 Persen
Jumlah ruangan rawat bagi pasien rawat terkait Covid-19 di Kota Semarang, Jawa Tengah, dinilai masih ideal. Namun, penambahan kasus masih terjadi sehingga masyarakat harus terus mewaspadai potensi penularannya.
Oleh
ADITYA PUTRA PERDANA
·3 menit baca
SEMARANG, KOMPAS — Tingkat keterisian rumah sakit di Kota Semarang, Jawa Tengah, hingga Selasa (1/9/2020) siang mencapai 680 dari total kapasitas 856 atau setara 79,4 persen. Namun, sejauh ini daya tampung rumah sakit di Kota Semarang dinilai masih ideal menampung pasien Covid-19. Banyak yang dirawat terkait Covid-19 berstatus suspek menunggu hasil pemeriksaan tes usap.
Kepala Dinas Kesehatan Kota Semarang Abdul Hakam, Selasa, mengatakan, perkembangan tingkat keterisian bergantung pada hasil tes reaksi rantai polimerase (PCR) pada suspek. Sebab, ada ratusan suspek yang dirawat sembari menunggu hasil. Sebagian dari suspek tidak menunjukkan gejala.
”Dari kapasitas 856 (tempat tidur rawat di rumah sakit), masih aman. Hingga siang saja, dari 415 suspek, berkurang 30 orang. Hasil PCR-nya bisa negatif, bisa juga positif. Kalaupun positif dan kondisi baik, diisolasi mandiri di rumah dinas wali kota dan tempat isolasi lainnya. Kalau negatif dan kondisi baik, bisa pulang,” katanya.
Adapun tempat isolasi bagi pasien terkonfirmasi dengan gejala sedang tersedia di Rumah Dinas Wali Kota Semarang, Hotel Kesambi Hijau, serta Diklat Badan Kepegawaian Pendidikan dan Pelatihan (BKPP) Pemkot Semarang. Dari total kapasitas di tiga tempat tersebut, yakni 150 ruang isolasi, hingga Selasa siang terisi 86 ruangan atau 57,3 persen.
Berdasarkan data laman informasi Covid-19 Pemkot Semarang, Selasa (1/9/2020) pukul 19.20, terdapat 5.903 kasus positif kumulatif dengan rincian 458 orang dirawat/isolasi, 4.826 orang sembuh, dan 619 orang meninggal. Ada penambahan 32 kasus dalam 24 jam terakhir.
Hakam menuturkan, saat ini tes usap difokuskan pada kontak erat orang terkonfirmasi positif dan daerah/kecamatan/kelurahan yang dinilai longgar menerapkan protokol kesehatan. Tes usap PCR di Kota Semarang telah dilakukan pada 47.484 spesimen. Pelaksanaan tes usap berkisar 150-200 tes per hari.
”Jadi, kami sisir kecamatan yang dianggap rendah melaksanakan protokol kesehatan dan melakukan tes usap. Misalnya, dalam satu kecamatan terdapat sejumlah kelurahan yang tingkat cuci tangannya rendah. Pelacakan pada kontak erat kasus positif juga terus, dengan melibatkan semua pihak, termasuk puskesmas-puskesmas di wilayah,” katanya.
Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi menjelaskan, angka kasus di Kota Semarang harus dimaknai masyarakat untuk lebih waspada. ”Sudah banyak warga yang meninggal, juga warga yang harus disembuhkan dari Covid-19. Namun, di sisi lain, tingkat kesembuhan yang tinggi membuat optimistis,” katanya.
Perbedaan data
Pada Senin (31/8/2020), Satgas Covid-19 pusat mengumumkan Kota Semarang sebagai kota/kabupaten dengan kasus aktif tertinggi, yakni 2.317 kasus. Angka tersebut jauh berbeda dengan data Pemkot Semarang yang kemarin menunjukkan ada 489 kasus aktif atau berbeda 1.828 kasus. Adapun data Pemprov Jateng menunjukkan ada 678 kasus aktif di Kota Semarang.
Hingga Selasa, Hakam mengaku belum tahu alasan perbedaan data secara signifikan tersebut. ”Apakah mungkin seluruh pasien ber-KTP Kota Semarang (yang tinggal di luar Kota Semarang) dimasukkan? Kami tidak tahu. Namun, tim teknologi informasi kami berkoordinasi dengan pusat,” katanya.
Hendrar berharap data terkait Covid-19 dapat sinkron, termasuk antara pusat dan daerah. ”Sebenarnya, kami lebih senang jika tahu lebih awal saat ada kasus sehingga bisa berupaya bikin mereka segera sembuh dan tak menularkan ke yang lain. Namun, (sebelum diumumkan) lebih baik dikonfirmasi ke wilayah itu,” katanya. Ia juga mengaku tak tahu dari mana Satgas Covid-19 pusat mendapat data itu.
Sementara itu, juru bicara Satgas Covid-19, Wiku Adisasmito, yang kemarin menyampaikan data tersebut, tak memberi respons ketika dikonfirmasi terkait perbedaan data tersebut.