Malnutrisi, Harimau Sumatera Masuk Desa Penyangga Hutan
Harimau sumatera berhasil ditangkap dan dievakuasi setelah konflik dengan masyarakat di desa penyangga hutan di Kabupaten Tapanuli Selatan. Kondisinya malnutrisi diduga karena kekurangan pakan di habitat.
Oleh
NIKSON SINAGA
·3 menit baca
MEDAN, KOMPAS — Seekor harimau sumatera berhasil ditangkap dan dievakuasi setelah konflik dengan masyarakat di desa penyangga hutan di Kabupaten Tapanuli Selatan, Sumatera Utara. Kondisinya malnutrisi diduga karena kekurangan pakan di habitatnya yang telah rusak. Populasi harimau di Sumut diperkirakan terus merosot dan kini tersisa 33 ekor.
”Berdasarkan hasil pemeriksaan tim medis secara makro, kondisi harimau
sumatera yang diberi nama Sri Bilah ini mengalami malnutrisi dan tubuhnya terlihat kurus akibat pakan yang tidak cukup. Kami akan terus memantau kesehatan harimau ini,” kata Kepala Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam Sumut Hotmauli Sianturi di Medan, Senin (31/8/2020).
Hotmauli mengatakan, evakuasi harimau sumatera itu sangat penting mengingat konflik dengan masyarakat di Desa Tapus Sipagabu, Kecamatan Aek Bilah, sudah terjadi sejak Mei. Evakuasi tersebut merupakan prosedur penanganan konflik agar tidak terjadi korban dari warga ataupun satwa.
Dalam beberapa tahun belakangan, konflik harimau sumatera di Sumut memakan korban meninggal dari masyarakat dan beberapa berakhir dengan kematian harimau.
Hotmauli menjelaskan, pihaknya menerima informasi bahwa seekor harimau sumatera memangsa kambing, anjing, dan ular di desa tersebut pada Selasa (4/8/2020). Ternak warga kembali dimangsa pada Sabtu (15/8/2020). Harimau pun sudah masuk sangat dekat dengan permukiman.
”Konflik tersebut sangat meresahkan warga karena harimau masuk ke sekitar desa hampir setiap hari. Kami pun memutuskan memasang kandang jebak untuk menangkap dan mengevakuasi harimau,” kata Hotmauli.
Kandang jebak dipasang di dekat desa dengan umpan seekor kambing, Sabtu (22/8/2020). Berselang dua hari, harimau tersebut berhasil ditangkap. Harimau itu langsung dievakuasi ke Sanctuary Harimau Barumun di Kabupaten Padang Lawas Utara.
Berdasarkan hasil pemeriksaan yang dilakukan dokter hewan Anhar Lubis, harimau tersebut berjenis kelamin betina dengan umur 2-3 tahun. Namun, berat badannya hanya sekitar 45,2 kilogram, jauh di bawah berat badan normal seusianya yang biasanya 60 kilogram. Di tubuhnya juga banyak ditemukan parasit berupa kutu.
”Harimau juga mengalami dehidrasi dan anemia yang membuat kondisinya lemah,” kata Hotmauli.
Kondisi kesehatan harimau tersebut merupakan gambaran kondisi habitat harimau sumatera yang terus mengalami degradasi. (Hotmauli Sianturi)
Kondisi anemia tersebut tergambar dari hasil pemeriksaan darah yang menunjukkan eritrositnya menurun. Harimau tersebut juga mengalami gangguan fungsi hati.
Hotmauli mengatakan, kondisi kesehatan harimau tersebut merupakan gambaran kondisi habitat harimau sumatera yang terus mengalami degradasi. Harimau pun kekurangan pakan sehingga harus keluar dari habitatnya dan memangsa ternak warga.
Menurut Hotmauli, populasi harimau sumatera di Sumut saat ini hanya sekitar 33 ekor. Populasi itu merosot dalam beberapa tahun ini, yang sebelumnya diperkirakan 40-50 ekor. Di samping jumlahnya yang semakin sedikit, populasi itu juga terfragmentasi di sejumlah habitat.
Hotmauli menambahkan, selain kerusakan habitat, tekanan lain yang dihadapi harimau sumatera adalah perburuan dan perdagangan.
Kepala Bidang BBKSDA Sumut Wilayah III Padangsidimpuan Gunawan Alza mengatakan, pihaknya akan terus mengevaluasi kondisi kesehatan Sri Bilah. ”Jika kondisinya sudah membaik, kami akan kembali melepasliarkan harimau itu ke habitatnya,” katanya.
Gunawan menambahkan, pihaknya juga tengah menyurvei sejumlah habitat yang masih baik untuk pelepasliaran harimau.
Berdasarkan catatan Kompas, konflik harimau sumatera dengan masyarakat desa penyangga hutan terus terulang di Sumut, khususnya di Tapanuli bagian selatan. Pada Juni lalu, seekor harimau sumatera mati diracun warga di Kecamatan Muara Batang Gadis, Kabupaten Mandailing Natal.
Pada Mei 2019, harimau sumatera juga menerkam warga yang sedang menyadap karet hingga tewas di Kecamatan Sosopan, Kabupaten Padang Lawas. Daerah tersebut pun sempat menetapkan status bencana daerah di beberapa desa karena warga tidak bisa beraktivitas selama beberapa minggu.