Pendaftar sukarelawan uji klinis fase tiga calon vaksin Covid-19 produksi Sinovac, China, di Bandung, Jawa Barat, melebihi kuota yang ditetapkan. Namun, sejumlah sukarelawan merisaukan pengabaian protokol kesehatan.
Oleh
TATANG MULYANA SINAGA
·3 menit baca
BANDUNG, KOMPAS — Pendaftar sukarelawan uji klinis fase tiga calon vaksin Covid-19 produksi Sinovac, China, di Bandung, Jawa Barat, sudah melebihi kuota yang ditetapkan. Harapan penemuan vaksin semakin terbuka. Namun, sejumlah sukarelawan merisaukan pengabaian protokol kesehatan.
Hingga Minggu (30/8/2020), jumlah calon sukarelawan mencapai 2.500 orang. Jumlah itu melebih kuota sukarelawan yang dibutuhkan, yaitu 1.620 orang. Mereka berasal dari berbagai kalangan, mulai dari masyarakat umum, tenaga kesehatan, hingga pejabat.
Salah satu sukarelawan, R (33), berharap, keikutsertaannya dalam uji klinis dapat membantu tim peneliti untuk menemukan vaksin Covid-19. Dengan demikian, penyebaran virus korona baru (SARS-CoV-2), penyebab Covid-19, bisa segera diatasi.
Akan tetapi, ia merisaukan penerapan protokol kesehatan yang semakin longgar. Padahal, selain upaya menemukan vaksin, kedisiplinan warga menjadi salah satu kunci untuk menekan penularan Covid-19.
”Miris melihat masih ada warga tidak memakai masker dan berkerumun. Padahal, usaha menemukan vaksin serta disiplin menerapkan protokol kesehatan harus sama-sama dilakukan,” ujarnya.
Uji klinis vaksin produksi Sinovac dijadwalkan berlangsung selama enam bulan. Jika uji itu sukses, vaksin akan diproduksi oleh PT Bio Farma di Bandung.
Sambil menunggu vaksin ditemukan, masyarakat diminta membatasi aktivitas di luar rumah dan mematuhi protokol kesehatan. ”Suka nyesek melihat orang enggak pakai masker. Padahal, itu enggak cuma merugikan dia sendiri, tetapi juga orang di sekitarnya,” ujar ibu satu anak itu.
HLM (45), sukarelawan uji klinis lainnya, juga merasa waswas dengan longgarnya protokol kesehatan. Dia berharap, warga tidak menyepelekan ancaman Covid-19 yang belum berakhir.
”Bisa dipahami warga perlu beraktivitas lagi untuk menggerakkan ekonomi. Namun, jangan dilupakan tetap memakai masker, mencuci tangan, dan tidak berkerumun. Ini cara untuk saling melindungi,” katanya.
Jumlah calon sukarelawan sudah mencapai 2.500 orang. Jumlah itu melebih kuota sukarelawan yang dibutuhkan, yaitu 1.620 orang.
Ketua tim riset uji klinis vaksin Covid-19 Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran (Unpad) Kusnandi Rusmil mengatakan, selama uji klinis berlangsung, masyarakat diimbau tetap menerapkan protokol kesehatan. Tujuannya agar penyebaran Covid-19 tidak semakin luas.
”Vaksin ini baru bermanfaat bagi seluruh rakyat jika disuntikkan kepada 80 persen dari jumlah penduduk Indonesia. Jadi, tetap semuanya harus disiplin,” ujarnya.
Kusnandi mengatakan, sukarelawan uji klinis mendapatkan suntikan vaksin atau plasebo secara acak. Kode acak akan dibuka enam bulan kemudian. Hal ini dilakukan untuk membandingkan reaksi imunitas tubuh sukarelawan penerima vaksin dan plasebo.
Pengembangan bahan vaksin Sinovac diambil dari virus yang sudah dimatikan. Sukarelawan akan disuntik vaksin dua kali dengan selang waktu 14 hari.
Penelitian uji klinis vaksin produksi Sinovac dilakukan Rumah Sakit Pendidikan Unpad, Balai Kesehatan Unpad di Jalan Dipati Ukur, serta Puskesmas Garuda, Sukapakir, Ciumbuleuit, dan Dago di Kota Bandung.
Manajer Lapangan Uji Klinis Vaksin Covid-19 Eddy Fadlyana menuturkan, pendaftaran sukarelawan uji klinis akan ditutup pada Senin (31/8/2020). Dari sekitar 2.500 pendaftar, hanya 10 persen yang tidak memenuhi kriteria.
Sejumlah 248 sukarelawan sudah menjalani penyuntikan vaksin dosis pertama. Sementara baru 21 orang yang disuntik vaksin dosis kedua.
Belum ada laporan gejala berarti yang dirasakan sukarelawan pascavaksinasi pertama. ”Setelah penyuntikan kedua, kami akan proaktif mengontak mereka untuk memantau kondisi kesehatannya,” ujarnya.