Kekurangan Tenaga Medis akibat Terpapar Covid-19 di Sultra Membayangi
Seiring waktu, jumlah dokter dan perawat yang terpapar Covid-19 di Sultra terus bertambah. Seorang dokter gigi bahkan meninggal. Kekurangan tenaga medis akibat terpapar virus harus diantisipasi.
Oleh
SAIFUL RIJAL YUNUS
·4 menit baca
KENDARI, KOMPAS — Dokter dan perawat yang terpapar Covid-19 di Sulawesi Tenggara terus bertambah. Seorang dokter gigi bahkan meninggal setelah dirawat selama beberapa hari. Kekurangan tenaga medis dan tenaga kesehatan harus diantisipasi seiring terus meluasnya transmisi virus.
”Hingga sore ini total empat orang meninggal di Kendari. Satu orang pada Sabtu sore dan tiga orang pada hari ini,” kata Juru Bicara Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Sultra dr La Ode Rabiul Awal di Kendari, Minggu (30/8/2020).
Kasus terakhir, terang Rabiul, meninggal pada Minggu pukul 17.00 Wita. Pasien tersebut adalah seorang perempuan berumur 36 tahun yang juga seorang dokter gigi. Dokter gigi di Konawe Selatan ini telah dirawat selama beberapa hari di Rumah Sakit Bahteramas Kendari.
Menurut Rabiul, semakin banyaknya tenaga medis atau tenaga kesehatan terpapar Covid-19 memang harus segera diantisipasi. Hal tersebut penting dilakukan untuk mencegah pelayanan kesehatan di masyarakat tidak terhenti. Selain penegakan protokol kesehatan, pengecekan kondisi dokter atau perawat penting dilakukan sejak dini.
”Memang sejauh ini selang-seling, ada yang kemarin terpapar dan sudah sembuh, hari ini ada yang positif lagi. Namun, kita tentu tidak ingin ada kluster besar dokter atau perawat karena bisa membuat pelayanan terkendala. Karena itu, protokol dan uji usap penting diperbanyak,” jelasnya.
Di RSUD Bahteramas Kendari, satu dokter, dua perawat, dan seorang sopir ambulans diketahui terpapar Covid-19 beberapa hari lalu. Mereka diketahui terpapar setelah melakukan kontak dengan pasien yang datang ke rumah sakit.
”Ada pasien yang dirujuk ke rumah sakit dan setelah diperiksa positif Covid-19. Kami lalu melakukan screening ulang ke teman-teman dokter dan perawat. Setelah hasil laboratorium keluar, empat orang ini terkonfirmasi positif. Saat ini mereka sedang menjalani isolasi mandiri di rumah dengan protokol ketat,” kata Ketua Satuan Tugas Penanganan Covid-19 RS Bahteramas Kendari dr Didin Rohidin di Kendari, Minggu (30/8/2020).
Kejadian terpaparnya dokter dan perawat, tutur Didin, memang bukan kejadian pertama kali di rumah sakit rujukan Covid-19 tingkat provinsi ini. Di masa-masa awal virus menyebar, sejumlah dokter dan perawat juga terpapar, tetapi saat ini telah sembuh dan kembali bertugas.
Sejauh ini, Didin menyampaikan, jumlah perawat yang bertugas di UGD isolasi sebanyak 30 orang. Tim tersebut bertugas dari awal penanganan pandemi. Mengantisipasi kurangnya tenaga perawatan, pihak rumah sakit juga menyiagakan tim lain yang sewaktu-waktu bisa menjadi tenaga pengganti.
”Yang sulit itu karena di sini hanya ada satu dokter spesialis paru. Dia bertugas sejak awal pandemi seorang diri. Karena itu, kami siagakan juga enam dokter spesialis penyakit dalam untuk membantu dalam penanganan pasien. Kami menjaga betul dan berusaha agar dokter dan perawat kami tidak terpapar lagi karena ini sudah tugas dan tanggung jawab kami,” jelasnya.
Hanya saja, ia melanjutkan, kesulitan penanganan pandemi saat ini karena transmisi virus semakin sulit diketahui. Pasien yang datang berobat dengan keluhan penyakit bawaan bisa saja telah terpapar Covid-19, tetapi tidak diketahui.
Direktur RSUD Kendari dr Sukirman mengatakan, pelayanan di rumah sakit saat ini masih berjalan baik dan semua perawat juga dokter dalam kondisi sehat. Sekitar 70 tenaga kesehatan ditugaskan khusus untuk menangani pasien Covid-19.
Menurut Sukirman, dokter dan perawat pasien terkonfirmasi Covid-19 menjalani protokol kesehatan yang ketat, baik di rumah sakit maupun di luar. Setelah bertugas, tenaga kesehatan diantar ke hotel tempat menginap selama beberapa bulan terakhir.
Yang sulit itu karena di sini hanya ada satu dokter spesialis paru. Dia bertugas sejak awal pandemi seorang diri.
”Mereka juga menjalani pemeriksaan kesehatan berkala, makanan yang dijaga, dan pemberian insentif. Mereka memang harus diberikan perhatian maksimal karena ada yang sudah beberapa bulan tidak bertemu dengan keluarga,” katanya.
Sejauh ini, ucap Sukirman, pihaknya juga telah merekrut sejumlah sukarelawan untuk membantu penanganan pasien di rumah sakit. Sukarelawan tersebut merupakan perawat yang telah selesai dan direkrut untuk membantu pelayanan.
Kasus dokter dan perawat terpapar Covid-19 memang terus terjadi. Sebelumnya, dokter dan perawat di dua puskesmas di Kendari dinyatakan positif hingga layanan puskesmas harus ditutup. Di Kolaka dan Kolaka Utara, tenaga medis dan tenaga kesehatan terpapar virus juga tidak terhindarkan. Sementara itu, di Buton, beberapa waktu lalu, sekitar 30 dokter, perawat, juga direktur rumah sakit dinyatakan positif Covid-19.
Di satu sisi, berdasarkan data Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Sultra, jumlah dokter dan perawat di 17 kabupaten/kota memang terbatas. Satu rumah sakit rujukan rata-rata beranggotakan empat dokter dan maksimal 18 dokter. Sementara itu, jumlah perawat rata-rata 10-40 orang. Jumlah dokter spesialis paru bahkan kurang dari lima orang untuk satu provinsi.
Sementara itu, hingga Minggu sore, jumlah kasus positif di Sultra mencapai 1.565 kasus. Sebanyak 488 orang masih dirawat, 28 orang meninggal, dan 1.049 orang dinyatakan sembuh.