Tingkat Keterisian Rumah Sakit Rujukan di Surabaya Menurun
Tingkat keterisian tempat tidur di rumah sakit rujukan Covid-19 di Surabaya menurun karena jumlah pasien sembuh selalu lebih tinggi dibandingkan penambahan pasien baru.
Oleh
IQBAL BASYARI
·5 menit baca
SURABAYA, KOMPAS — Pemerintah Kota Surabaya memastikan sejumlah rumah sakit rujukan Covid-19 masih mampu menampung pasien Covid-19. Tingkat keterisiannya bahkan cenderung menurun karena tren jumlah pasien yang sembuh selalu lebih tinggi dibandingkan dengan penambahan pasien baru.
Hingga Jumat (28/8/2020), kasus positif Covid-19 di Surabaya sebanyak 11.873 orang. Sebanyak 9.306 orang telah sembuh dan 916 orang meninggal. Adapun pasien yang masih dirawat sebanyak 1.651 orang.
Kepala Dinas Kesehatan Kota Surabaya Febria Rachmanita di Surabaya, Sabtu, mengatakan, tidak semua pasien Covid-19 menjalani perawatan di rumah sakit. Sebagian pasien tidak bergejala memilih melakukan rawat jalan dengan melaksanakan isolasi mandiri. Pasien rawat jalan itu mendapatkan pantauan dari petugas puskesmas di wilayahnya.
Pasien sembuh di Surabaya terus meningkat sehingga tingkat keterisian kamar tidur di rumah sakit terus menurun.
Dengan kondisi saat ini, rumah sakit rujukan Covid-19 di Surabaya masih mampu menampung pasien. Sebab, jumlah pasien aktif sebanyak 1.651 orang itu lebih rendah dibandingkan dengan kapasitas yang tersedia, yakni 1.924 tempat tidur. Bahkan, beberapa pasien ada yang menjalani rawat jalan sehingga mengurangi keterisian tempat tidur di rumah sakit.
Menurut Febria, tingkat keterisian tempat tidur di rumah sakit rujukan Covid-19 di Surabaya mengalami tren penurunan karena jumlah pasien sembuh terus meningkat. Di sisi lain, penambahan kasus baru tidak lebih tinggi dibandingkan dengan jumlah pasien sembuh. ”Pasien sembuh di Surabaya terus meningkat sehingga tingkat keterisian kamar tidur di rumah sakit terus menurun,” katanya.
Pada seminggu terakhir, misalnya, pasien sembuh sebanyak 805 orang atau rata-rata 115 pasien tiap hari. Sementara penambahan pasien baru sebanyak 632 orang atau jika dirata-rata 90 pasien per hari.
”Dalam enam hari terakhir, penambahan pasien baru selalu kurang dari 100 orang per hari, sedangkan kematian selalu kurang dari 10 orang per hari sejak 37 hari lalu,” ujarnya.
Febria menuturkan, warga yang memiliki gejala Covid-19 agar segera memeriksakan diri ke fasilitas kesehatan sehingga cepat terdeteksi. Mereka juga bisa mengikuti tes massal secara gratis yang diadakan di puskesmas. Deteksi dini itu diperlukan untuk mencegah penularan ke orang lain, terutama pada keluarga yang tinggal serumah atau rekan kerjanya.
Pasien dengan gejala berat dan memiliki penyakit penyerta dirujuk untuk dirawat di rumah sakit, sedangkan pasien tanpa gejala akan menjalani isolasi di Asrama Haji Surabaya. Alat bantu pernapasan atau ventilator pun telah ditambah ke beberapa rumah sakit. ”Beberapa rumah sakit di Surabaya juga telah menambah kapasitas tempat tidur untuk mengantisipasi penambahan pasien,” ujarnya.
Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini menyebutkan, kasus aktif saat ini lebih rendah daripada kapasitas tempat tidur yang tersedia. Oleh sebab itu, pihaknya terus meminta pasien rawat jalan agar mau menjalani perawatan di rumah sakit atau tempat isolasi yang telah disediakan.
”Jika menjalani rawat jalan di rumah, terutama yang dalam satu rumah diisi oleh beberapa orang, masih ada potensi penularan ke anggota keluarganya yang lain,” kata Risma.
Febria menambahkan, Pemerintah Kota Surabaya terus berupaya meningkatkan tracing, testing, treatment (3T) dalam penanganan Covid-19 secara masif serta terus mempertahankan angka kesembuhan. ”Upaya lain dengan mengoptimalkan fungsi dan peran Kampung Tangguh Wani Jogo Suroboyo dalam upaya pengendalian penularan Covid-19 di masyarakat,” lanjutnya.
Di samping itu, penguatan upaya promotif dan preventif melalui sosialisasi protokol kesehatan juga rutin dilakukan. Terlebih, penerapan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) serta memfasilitasi tempat isolasi mandiri bagi pasien tes cepat reaktif dan pasien konfirmasi tanpa gejala.
Jika menjalani rawat jalan di rumah, terutama yang dalam satu rumah diisi oleh beberapa orang, masih ada potensi penularan ke anggota keluarganya yang lain.
Pemkot Surabaya terus mempertahankan dan mengoptimalkan upaya yang telah dilakukan, dengan melibatkan peran seluruh masyarakat untuk mengubah perilaku menuju kebiasaan baru. Caranya adalah selalu patuh menerapkan protokol kesehatan secara disiplin dalam setiap berkegiatan, yaitu menggunakan masker, mencuci tangan, dan menjaga jarak serta meningkatkan imunitas personal dengan mengonsumsi makanan yang sehat serta bergizi.
Hasil dari segala upaya tersebut, menurut Risma, kesembuhan per 26 Agustus 2020 adalah 77,53 persen. Setiap hari paling tidak ada 100 kesembuhan. Bahkan, dua pekan terakhir setiap hari 115-130 mengalami kesembuhan.
Adapun pasien yang sedang menjalani perawatan tercatat sekitar 1.700. ”Akhir-akhir ini warga yang konfirmasi kebanyakan mereka yang tidak bergejala. Meski begitu, pihaknya tetap berupaya untuk mempercepat kesembuhan bagi warga yang konfirmasi tidak bergejala itu,” ujarnya.
Mematuhi protokol kesehatan
”Angka kesembuhan bisa meningkat karena mereka menerapkan protokol kesehatan secara ketat, lalu pemkot memberikan makanan bergizi dan vitamin, juga kepada pasien rawat jalan, semuanya difasilitasi, termasuk yang memiliki komorbid diberikan oksigen (pulse oximeter) supaya tidak terjadi penurunan, dan bisa cepat langsung komunikasi dengan dokter,” tuturnya.
Kendati angka kesembuhan terus meningkat, Risma selalu mengingatkan warga Surabaya agar menaati protokol kesehatan. ”Pemkot Surabaya gencar melakukan sosialisasi protokol kesehatan sembari bagi-bagi masker ke masyarakat di tempat keramaian, pasar, permukiman, termasuk tempat warga sering berkumpul,” ucapnya.
Sosialisasi terkait protokol kesehatan juga setiap hari dilakukan hingga tingkat rukun tetangga (RT) oleh tim pendampingan Kampung Tangguh Wani Jogo Suroboyo.
Menurut Kepala BPB dan Linmas Surabaya Irvan Widyanto, pendampingan oleh sukarelawan dan melibatkan RT sangat efektif untuk memutus rantai penyebaran penularan virus korona. Konsep pencegahan dan mitigasi Covid-19 dengan melibatkan banyak kalangan, termasuk akademisi, tenaga kesehatan, medis, dan aparat keamanan, cukup ampuh memberikan pemahaman kepada warga terkait Covid-19.
”Sampai hari ini 10 kecamatan yang menjadi percontohan pendampingan dalam upaya memutus mata rantai penyebaran virus korona masih berlangsung,” katanya.