Catatkan Angka Kematian Tertinggi, Kota Tegal Targetkan Tes bagi Orang Berisiko
Berdasarkan data perkembangan kasus Covid-19, Sabtu (29/8/2020) Kota Tegal mencatatkan persentase kematian tertinggi di pantura barat Jateng. Pemerintah setempat akan mengetes orang-orang berisiko untuk menekan kematian.
Oleh
KRISTI UTAMI
·3 menit baca
TEGAL, KOMPAS — Kota Tegal mencatatkan persentase kematian pasien terkonfirmasi positif Covid-19 tertinggi di pesisir pantai utara Jawa Tengah, Sabtu (29/8/2020). Warga yang berisiko tinggi meninggal akibat Covid-19 seperti lansia, ibu hamil, dan orang yang memiliki penyakit penyerta akan dites secara bertahap.
Hingga Sabtu malam, Kota Tegal mencatat 78 pasien positif Covid-19 kumulatif. Dari jumlah tersebut, delapan orang dirawat dan diisolasi mandiri, 60 orang sembuh, serta 10 orang meninggal.
Berdasarkan data itu, persentase kematian pasien positif Covid-19 yang dicatatkan Kota Tegal sebesar 12,8 persen. Angka tersebut tertinggi dibandingkan dengan daerah lainnya di pantura barat Jateng.
Di Kabupaten Tegal, persentase kematian sebesar 12,5 persen, Kabupaten Brebes 3 persen, dan Kabupaten Pemalang 6 persen. Sementara Kabupaten Pekalongan sebesar 7,9 persen, Kota Pekalongan 11 persen, dan Kabupaten Batang 7 persen.
Kepala Dinas Kesehatan Kota Tegal Sri Primawati Indraswari mengatakan, pasien positif yang meninggal adalah orang-orang dengan penyakit penyerta dan lansia. Menurut Prima, pihaknya akan melakukan deteksi dini untuk menekan angka kematian pasien Covid-19.
”Deteksi dini akan dilakukan dengan mengetes usap orang-orang yang berisiko meninggal apabila terpapar Covid-19 seperti lansia, ibu hamil, dan orang dengan penyakit penyerta. Selain itu, tes terhadap kontak dari kontak erat pasien positif Covid-19 juga akan digencarkan,” ujar Prima di Kota Tegal. Kota Tegal menargetkan bisa mengetes usap 36 orang per hari.
Sementara itu, Kabupaten Tegal akan menerapkan strategi pencegahan untuk menekan angka kematian pasien Covid-19. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Tegal Hendadi Setiadji mengatakan akan terus mempromosikan tiga langkah pencegahan penyebaran Covid-19, yakni memakai masker, menjaga jarak, dan mencuci tangan.
”Selain mengetatkan penerapan protokol kesehatan, kami juga akan menambah jumlah tes. Sejauh ini, kami masih terbatas dalam pengetesan karena ada kendala dalam proses pengujian sampel,” kata Hendadi.
Menurut Hendadi, Kabupaten Tegal belum memiliki laboratorium kesehatan yang bisa menguji sampel usap. Dinas Kesehatan Kabupaten Tegal harus mengirim sampel usap ke sejumlah laboratorium kesehatan di Semarang dan Salatiga untuk diperiksa. Adapun hasil pengujian sampel baru akan diketahui dalam tiga hari-tiga minggu.
”Laboratorium kesehatan di Semarang itu banyak yang penuh. Jadi, mereka memprioritaskan pengetesan untuk pasien dalam pengawasan dan kontak erat pasien positif. Kalau (tes) massal, kadang ditolak. Kalaupun diterima, hasilnya baru bisa diketahui 2-3 minggu setelahnya,” kata Hendadi.
Dihubungi secara terpisah, Kepala Dinas Kesehatan Jateng Yulianto Prabowo membantah bahwa laboratorium kesehatan di Jateng menolak memeriksa sampel usap. Jika satu laboratorium kesehatan penuh, sampel usap akan dikirim untuk dites di laboratorium lain.
”Semua sampel yang dikirim harus sesuai dengan regional laboratorium. Jika laboratorium yang dituju penuh, sampel akan didistribusikan ke laboratorium lain yang masih longgar,” ucap Yulianto.
Menurut Yulianto, di Jateng ada 20 laboratorium kesehatan yang bisa digunakan untuk menguji sampel usap. Kapasitas pengujian di 20 laboratorium tersebut 5.000 sampel per hari.
Skala nasional
Kendati kasus Covid-19 di daerahnya belum terkendali, Wali Kota Tegal Dedy Yon Supriyono bertekad tetap menggelar kegiatan berskala nasional yang mengundang banyak orang. Hal itu diyakini bisa membangkitkan perekonomian masyarakat yang terpuruk selama pandemi.
”Ke depan, Kota Tegal akan dipenuhi dengan kegiatan menarik seperti tablig akbar, acara musik, dan pertunjukan lain yang berskala nasional,” ujar Dedy dalam keterangannya, Sabtu petang.
Keputusan Dedy untuk menggerakkan perekonomian sempat dikritik sejumlah pihak. Pengamat kebijakan publik Universitas Pancasakti Tegal, Hamidah Abdurrachman, berpendapat, pemulihan ekonomi merupakan agenda penting yang harus dilakukan oleh Pemerintah Kota Tegal. Namun, hal itu harus dilakukan seiring perlindungan kesehatan masyarakat.
”Tidak boleh ada yang diutamakan. Pemulihan ekonomi berjalan, tetapi kesehatan dan keselamatan masyarakat juga harus terjamin,” kata Hamidah.