Setelah hampir enam bulan tutup akibat pandemi Covid-19, kawasan wisata Bromo Tengger Semeru dibuka untuk wisatawan. Protokol kesehatan ketat diberlakukan.
Oleh
KOMPAS/DEFRI WERDIONO
·3 menit baca
MALANG, KOMPAS — Pelaku wisata di Malang Raya menyambut baik dibukanya kembali wisata Taman Nasional Bromo Tengger Semeru per 28 Agustus ini setelah hampir enam bulan tutup akibat pandemi Covid-19. Bromo Tengger Semeru dibuka secara bertahap dengan pembatasan hanya 20 persen wisatawan per hari.
Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (BBTNBTS) menerapkan protokol kesehatan ketat bagi wisatawan. Sejumlah aturan yang diterapkan, antara lain, adalah pendaftaran melalui online, wajib membawa surat bebas infeksi saluran pernapasan akut (Ispa), dan pembatasan usia 14-60 tahun.
Ketua Dewan Pimpinan Cabang Asosiasi Agen Perjalanan dan Wisata (Asita) Malang Raya Gagoek Soenar Prawito, Jumat (28/7/2020), mengatakan, pihaknya merasa bersyukur Bromo kembali dibuka meski dengan protokol kesehatan ketat. ”Ada pembatasan jumlah pengunjung, pembatasan usia. Itu menurut kami sangat bagus karena saat ini memang masih pandemi,” ujarnya.
Asita, menurut Gagoek, juga akan mengikuti dan menyesuaikan dengan aturan yang telah diterapkan pihak BBTNBTS. Setiap wisatawan yang hendak ke Bromo akan diarahkan untuk melengkapi persyaratan yang dibutuhkan. Semua itu dilakukan untuk menjamin terciptanya wisata sehat.
Asita sudah lama melakukan promosi wisata secara berkesinambungan, termasuk mempromosikan Bromo meski kondisi saat itu masih libur. ”Walaupun pandemi, kami selalu promosi dengan harapan nanti saat kondisi sudah aman, wisatawan ingin kembali datang. Promosi dilakukan secara online,” ucapnya.
Selama masih tutup, kepada Asita, cukup banyak wisatawan menyatakan ingin berkunjung ke Bromo. ”Tapi ya itu, pesan saya, protokol kesehatan harus dijaga. Para tamu dan pedagang (di Bromo) harus menerapkan protokol kesehatan,” katanya.
Senada dengan Gagoek, Ketua Himpunan Pramuwisata Indonesia (HPI) Batu Ilham Adilia mengatakan, pembukaan Bromo bisa kembali menghidupkan dunia pariwisata meski di dalamnya masih terdapat pembatasan-pembatasan. Protokol kesehatan yang diterapkan memang sedikit memberatkan, tetapi hal itu mau tidak mau harus dipatuhi oleh wisatawan.
Walaupun pandemi, kami selalu promosi dengan harapan nanti saat kondisi sudah aman, wisatawan ingin kembali datang.
”Misalnya, satu mobil jip biasanya kapasitas enam orang, sekarang hanya diisi tiga orang. Wisatawan harus membawa surat kesehatan dan lainnya. Biaya yang harus dikeluarkan oleh wisatawan memang naik dua kali lipat. Namun, hal ini harus kita pahami bersama karena situasinya memang masih pandemi. Semua demi kebaikan bersama,” ujarnya.
HPI Batu langsung promosi begitu mendengar informasi bahwa wisata Bromo hendak dibuka. Hal ini dilakukan karena di Jawa Timur, Bromo menjadi salah satu destinasi wisata favorit selain Batu. Kondisi wisata di Malang Raya perlahan-perlahan mulai bangkit.
”Nanti malam (Jumat malam) saya insya Allah berangkat ke Bromo. Ada wisatawan dari Jakarta sebanyak 13 orang. Hari ini kita siapkan semua perlengkapannya sesuai standar protokol kesehatan,” ucap Ilham.
Kepala BBTNBTS John Kenedie mengatakan, animo wisatawan ke Bromo memang besar lantaran Bromo tutup hampir enam bulan dan Semeru hampir satu tahun. Untuk pendakian ke Semeru, menurut rencana, akan dibuka menyusul dua pekan kemudian setelah pembukaan Bromo. Semeru ditutup sejak September 2019 akibat kebakaran lahan pada musim kemarau tahun lalu.
Adapun pada hari pertama dibukanya Bromo, hingga Jumat siang, sudah ada 450-an wisatawan yang mendaftar. BBTNBTS membatasi jumlah pengunjung hanya 739 orang dalam sehari atau sekitar 20 persen dari kondisi normal yang mencapai ribuan orang.
”Kita berharap bagaimana ekonomi masyarakat bisa hidup, tetapi protokol kesehatan harus dijalankan ketat. Pake masker, jaga jarak, cuci tangan, karena obat Covid-19 belum ada. Nomor satu protokol kesehatan,” ucapnya.
Mengingat alasan kesehatan, menurut John, pihaknya membuka wisata Bromo dengan memperhatikan rekomendasi dari empat bupati sebagai penyangga wilayah TNBTS, yakni Malang, Pasuruan, Probolinggo, dan Lumajang selaku Kepala Gugus Tugas Covid-19 di wilayah masing-masing.
Menurut John, pihaknya akan melihat perkembangan dari pembukaan obyek wisata ini. Evaluasi rutin akan dilakukan, termasuk kapan akan menaikkan jumlah pengunjung dari 20 persen menjadi lebih tinggi lagi.