Kebakaran Lahan di Sumsel Dekati Permukiman Warga dan Ganggu Lalu Lintas
Kebakaran lahan di Sumatera Selatan terus terjadi. Hingga Jumat (28/8/2020), terhitung sudah 95,5 hektar lahan di Sumsel yang terbakar. Kemungkinan potensi kebakaran akan meningkat pada September 2020.
Oleh
RHAMA PURNA JATI
·3 menit baca
INDRALAYA, KOMPAS — Hingga Jumat (28/8/2020), kebakaran lahan di Sumatera Selatan telah mencapai 95,5 hektar. Kebakaran sudah mendekati permukiman warga dan mengganggu jalan lintas Sumatera. Potensi kebakaran dimungkinkan meningkat pada September yang merupakan puncak musim panas.
Jumat, kebakaran lahan terjadi di empat desa yang tersebar di dua kecamatan, yakni Desa Talang Pangeran Ilir dan Desa Arisan Jaya di Kecamatan Pemulutan Barat serta Desa Teluk Kecapi dan Muara Baru di Kecamatan Pemulutan, Kabupaten Ogan Ilir.
Petugas berjibaku memadamkan api yang membakar ilalang dan semak belukar. Kebakaran itu bahkan mengganggu jarak pandang pengguna jalan lintas timur Sumatera yang menghubungkan Kota Palembang dan Kabupaten Ogan Ilir.
Berdasarkan pantauan Kompas, helikopter bom air hilir mudik menyiramkan air dari sejumlah kolam terdekat dari lokasi kebakaran. Proses pemadaman harus berkejaran dengan angin kencang dan keterbatasan air.
Di Desa Muara Baru, petugas kesulitan merangsek masuk ke titik api karena tidak ada akses jalan yang memadai. Helikopter bom air pun tidak bisa beroperasi lantaran terhalang menara transmisi listrik saluran udara tegangan ekstratinggi.
Lokasi kebakaran kali ini merupakan lokasi langganan kebakaran. ”Hampir setiap tahun kawasan ini terbakar,” ucap Karim, Bintara Pembina Desa (Babinsa) dari Kodim 0402 Kabupaten Ogan Ilir dan Ogan Komering Ilir. Menurut dia, dalam dua hari terakhir, kebakaran besar sudah terjadi di beberapa titik.
Kawasan itu kerap terbakar lantaran kondisinya sangat kering ketika kemarau tiba. Di sepanjang kawasan ini memang terdapat hamparan ilalang dengan kanal kecil di sejumlah sisi.
Yudjarin (70), penduduk Talang Pangeran Ilir, Kecamatan Pemulutan Barat, mengungkapkan, kebakaran hampir terjadi tiap tahun. ”Saya tidak tahu kenapa hal itu bisa terjadi. Padahal, kawasan ini tidak begitu subur karena airnya bersifat asam,” ucap pria yang sudah 12 tahun tinggal di kawasan itu.
Tahun lalu merupakan tahun paling menegangkan bagi Yudjarin karena api sempat mendekati rumahnya yang terbuat dari kayu cerucuk. ”Saya dan istri langsung mengungsi,” ucapnya.
Yudjarin mengungkapkan, dirinya tinggal di tempat itu untuk menjaga lahan seluas 180 hektar. Dia diupah sebesar Rp 1,5 juta per bulan. ”Pemilik lahan tinggal di Palembang dan hanya datang sebulan sekali,” ucapnya.
Dia juga tidak bisa memanfaatkan tanah itu karena sifat lahannya yang asam. ”Beberapa tanaman yang saya tanam dan 20 kambing yang saya ternakkan juga mati. Mungkin airnya tidak cocok,” kata Yudjarin.
Kepala Bidang Penanganan Kedaruratan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sumatera Selatan Ansori mengatakan, kebakaran di Sumsel telah menghanguskan lahan seluas 95,5 hektar. Kebakaran terjadi di beberapa kabupaten, seperti Kabupaten Banyuasin (46,5 hektar), Ogan Ilir (46,5 hektar), Muara Enim (1 hektar), Musi Banyuasin (1,5 hektar), dan Palembang (9 hektar).
Adapun kebakaran lahan di Kabupaten Ogan Ilir sudah tiga kali mengganggu lalu lintas di jalur tol Palembang-Indralaya dan jalur lintas Sumatera.
Ansori memprediksi luas lahan yang terbakar akan bertambah mengingat puncak musim kemarau baru akan terjadi pada September mendatang. Saat itu kelembaban akan berkurang sehingga potensi lahan terbakar semakin meningkat. Mengantisipasi hal itu, ucap Ansori, sudah ada sembilan helikopter bom air, dua pesawat patroli, dan satu pesawat teknologi modifikasi cuaca yang disiapkan untuk memadamkan api.
Sudah ada sembilan helikopter bom air, dua pesawat patroli, dan satu pesawat teknologi modifikasi cuaca yang disiapkan untuk memadamkan api. (Ansori)
Untuk helikopter bom air, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mendatangkan satu helikopter Chinook yang mampu mengangkut sekitar 8 ton air, jauh lebih banyak dibandingkan dengan delapan helikopter lain yang berkapasitas hanya 5 ton air.
Saat ini, lanjut Ansori, kebakaran masih terjadi di atas lahan mineral sehingga lebih mudah dipadamkan. Antisipasi kebakaran terus ditingkatkan mengingat kemarau akan memasuki wilayah Sumatera Selatan bagian timur. Itu berarti, berkurangnya kelembaban akan mengarah ke kawasan gambut yang apabila terbakar akan sulit dipadamkan.