Gubernur Kalteng Bertemu Prabowo Bahas Tanam Singkong di Lahan Satu Juta Hektar
Gubernur Kalteng Sugianto Sabran mengikuti rapat terbatas bersama Menteri Pertahanan Prabowo Subianto. Mereka membahas program cadangan pangan lokal yang rencananya bakal membutuhkan 1 juta hektar lahan di Kalteng.
Oleh
DIONISIUS REYNALDO TRIWIBOWO
·3 menit baca
PALANGKARAYA, KOMPAS — Satu juta hektar lahan di Kalimantan Tengah akan ditanami singkong dan komoditas lainnya. Hal itu terkait dengan kepentingan cadangan pangan lokal.
Demikian salah satu hasil rapat terbatas membahas kawasan cadangan pangan nasional di luar kawasan gambut bersama Menteri Pertahanan Prabowo Subianto dan Gubernur Kalteng Sugianto Sabran.
Sugianto menjelaskan, wacana pembukaan satu juta hektar lahan di Kalteng itu digunakan untuk mengembangkan komoditas pangan lokal seperti singkong dan ubi. Pengembangan itu dilakukan secara bertahap.
Kalteng, lanjut Sugianto, memiliki lahan yang luas dan memadai untuk pengembangan komoditas pangan. ”Ini, kan, bukan soal pangan saja, semua aspek akan berdampak positif,” katanya saat dihubungi dari Palangkaraya, Jumat (28/8/2020).
Rapat terbatas itu dilaksanakan sejak Kamis (27/8/2020) hingga Jumat sore di Jakarta. Dalam rapat terbatas itu, Sugianto didampingi Ketua Kelompok Kerja Percepatan Pembangunan Pertanian Provinsi Kalteng Eka Nur Taufik, Kepala Dinas Kehutanan Sri Suwanto, serta Kepala Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura, dan Peternakan Sunarti.
Sugianto mengungkapkan, lahan di Kalteng sudah sangat siap untuk melaksanakan program tersebut. Kawasan yang digunakan bukan di lahan gambut atau kawasan proyek Pengembangan Lahan Gambut tahun 1995. Kawasan yang dipakai adalah tanah mineral di luar gambut.
Menurut rencana, Kabupaten Gunung Mas bakal dipilih untuk mengembangkan komoditas singkong untuk tahap awal dengan luas lebih kurang 30.000 hektar atau setengah dari luas DKI Jakarta. Kabupaten Gunung Mas dipilih karena memang tidak ada kawasan gambut dalam di wilayah tersebut.
”Aspek ekonomi akan berkembang. Lalu dari sisi tenaga kerja, program ini akan menciptakan peluang untuk angkatan kerja,” ungkap Sugianto.
Varietas singkong yang akan dikembangkan antara lain Kristal Merah, Iding, Carvita 25, Revita R1, Malang 4, Litbang UK2, Darul Hidayah, UJ 5, dan Adira 4. Macam-macam varietas singkong yang akan ditanam berdasarkan kesesuaian lahan dan tujuan akhir pengembangan bahan baku pangan dan industri. ”Targetnya Desember 2020 akan dimulai operasi dan langsung dilakukan penanaman,” kata Sugianto.
Program tersebut, menurut Sugianto, di luar dari program lumbung pangan nasional atau food estate. Program tersebut merupakan cadangan pangan lokal saja.
Program lumbung pangan nasional di Kalteng memang sudah dimulai. Pemerintah mengklaim saat ini sedang memperbaiki kanal-kanal atau saluran irigasi yang selama ini terbengkalai. Meskipun demikian, proses penanaman baru akan dimulai September nanti.
Targetnya Desember 2020 akan dimulai operasi dan langsung dilakukan penanaman.
Proyek lumbung pangan tersebut diklaim sudah berjalan selama lebih kurang sebulan belakangan dengan memanfaatkan lahan persawahan yang sudah ada maupun yang selama ini terbengkalai. Pemerintah pun mulai memperbaiki saluran irigasi atau kanal yang sudah puluhan tahun dibuat dan menjadi sumber banjir.
Lokasi yang digunakan berada di Kabupaten Pulang Pisau dan Kapuas. Rinciannya, seluas 10.160 hektar berada di Pulang Pisau dan 20.000 hektar di Kapuas. Wilayahnya meliputi 13 kecamatan di dua kabupaten tersebut.
Tahun ini, program lumbung pangan akan digarap di lahan seluas 30.160 hektar. Rinciannya, seluas 10.160 hektar di Kabupaten Pulang Pisau lalu 20.000 hektar di Kabupaten Kapuas. Jumlah total luasan itu hampir sama dengan setengah luas Provinsi DKI Jakarta.
”Di tahap awal ini memang khusus padi dulu. Ke depan, dengan luasan yang akan ditambah, komoditasnya juga beragam,” kata Sekretaris Daerah Provinsi Kalteng Fahrizal Fitri.
Fahrizal mengungkapkan, pihaknya tak hanya akan menggunakan saluran irigasi dengan pintu air, tetapi juga menggunakan pompa air untuk wilayah yang tidak memiliki kanal.
”Semua prosesnya mekanisasi, jadi pasti ramah lingkungan,” ujarnya.
Selain itu, lanjut Fahrizal, untuk menghindari kerusakan lingkungan, pihaknya menghindari kubah-kubah gambut dengan kedalaman di atas 4 meter. Kawasan itu nantinya akan menjadi kawasan lindung.