Bandara Baru Yogyakarta Diharapkan Dongkrak Ekonomi Daerah Pascapandemi
Presiden Joko Widodo meresmikan Bandara Internasional Yogyakarta, di Kabupaten Kulon Progo, DIY, Jumat (28/8/2020). Diharapkan, bandara mendongkrak perekonomian daerah setelah pandemi usai.
Oleh
NINO CITRA ANUGRAHANTO
·3 menit baca
WATES, KOMPAS — Presiden Joko Widodo meresmikan Bandara Internasional Yogyakarta atau Yogyakarta International Airport, di Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jumat (28/8/2020). Kehadiran bandara itu diharapkan mendongkrak perekonomian daerah setelah pandemi Covid-19 usai.
”Alhamdulillah bandara sudah selesai 100 persen. Bandara ini dikerjakan sangat cepat. Hanya 20 bulan. Cepat sekali,” kata Presiden, dalam siaran langsung dari akun Youtube Sekretariat Presiden, pada acara peresmian Bandara Internasional Yogyakarta, Jumat pagi.
Dalam acara tersebut, Presiden didampingi sejumlah pejabat, yakni Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi, Menteri Badan Usaha Milik Negara Erick Thohir, Menteri Sekretaris Negara Pratikno, dan Gubernur DIY Sultan Hamengku Buwono X. Turut hadir pula kepala daerah lainnya, seperti Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo.
Bandara International Yogyakarta memiliki panjang landasan 3.250 meter. Dengan begitu, bandara itu dapat didarati pesawat berukuran besar, seperti Airbus A380 dan Boeing 777. Adapun operasional penuh telah berlangsung sejak 29 Maret 2020.
Bandara baru itu dibangun di atas kawasan rawan bencana. Potensi bencana yang mengancam berupa gempa bumi, yang kekuatannya dapat mencapai magnitudo (M) 8,8. Kondisi itu disertai pula ancaman tsunami.
”Ini didesain dengan daya tahan terhadap gempa sampai M 8,8. Tadi disampaikan juga, (bangunan) bisa mengantisipasi gelombang tsunami hingga ketinggian 12 meter. Ini sudah dirancang untuk ke sana semuanya,” kata Presiden.
Selain itu, Bandara Internasional Yogyakarta juga memiliki terminal yang luasnya mencapai 219.000 meter persegi. Dengan kondisi itu, kapasitas penumpangnya bisa mencapai 20 juta orang per tahun. Kapasitas itu juga jauh lebih besar dibandingkan dengan Bandara Internasional Adisutjipto yang hanya mampu menampung 1,6 juta penumpang per tahunnya.
”Kapasitas penumpang yang lama (Bandara Internasional Adisutjipto) hanya 1,6 juta penumpang. Di sini, (Bandara Internasional Yogyakarta) dapat menampung 20 juta penumpang. Ini tugas kita bersama bagaimana mendatangkan 20 juta penumpang. Ini bukan tugas yang ringan,” tutur Presiden.
Namun, Presiden bisa memaklumi apabila kunjungan bandara tersebut belum cukup ramai. Ini disebabkan adanya pandemi Covid-19 yang membuat masyarakat harus meminimalisasi aktivitas di ruang publik.
”Kita tahu ini memang masih dalam kondisi pandemi. Jadi, kalau belum ramai, saya maklumi. Akan tetapi, nanti begitu sudah mulai vaksinasi, saya yakini ini akan menjadi bandara yang paling ramai,” kata Presiden.
Gubernur DIY Sultan Hamengku Buwono menyampaikan hal serupa. Pihaknya mengharapkan keberadaan bandara tersebut membuka peluang pertumbuhan ekonomi bagi daerah. Ia juga mengucapkan banyak terima kasih atas kesediaan Presiden meresmikan bandara baru tersebut.
”Semoga saja dengan adanya bandara ini memberikan ruang bagi pertumbuhan ekonomi ataupun kesejahteraan masyarakat Yogyakarta. Saya mengucapkan terima kasih karena Presiden Joko Widodo sudah berkenan meresmikan bandara ini,” kata Sultan.
Sebelumnya, Sultan menyampaikan, pihaknya optimistis bandara baru itu akan berdampak terhadap pertumbuhan ekonomi. Namun, pandemi menjadi persoalan yang harus lebih dahulu diselesaikan.
Hal itu karena angka penambahan kasus masih fluktuatif. Maka, pihaknya terus mengimbau masyarakat agar selalu menerapkan protokol kesehatan untuk mencegah penularan.