Terus Bertambah, Pasien Sembuh di Sulawesi Utara Capai 70 Persen
Jumlah pasien Covid-19 di Sulawesi Utara yang sembuh terus bertambah. Pemerintah daerah pun terus mendorong masyarakat untuk mematuhi protokol kesehatan, termasuk dengan sanksi.
Oleh
KRISTIAN OKA PRASETYADI
·4 menit baca
MANADO, KOMPAS — Jumlah pasien Covid-19 di Sulawesi Utara yang sembuh terus bertambah. Jumlah pasien yang masih menjalani perawatan dan isolasi mandiri pun terus berkurang meski masih ditemukan kasus baru setiap hari. Pemerintah daerah terus mendorong masyarakat untuk mematuhi protokol kesehatan, termasuk dengan sanksi.
Hingga Kamis (27/8/2020) siang tercatat 3.613 kasus positif Covid-19 yang terakumulasi sejak Maret 2020. Sebanyak 2.539 pasien telah dinyatakan sembuh, 919 orang masih dirawat dan diisolasi, sedangkan 155 lainnya meninggal.
Berdasarkan angka tersebut, tingkat kesembuhan (cure rate) Covid-19 di Sulut telah mencapai 70,2 persen. Angka ini terus meningkat dibandingkan pekan sebelumnya, yaitu 65 persen (2.155 dari 3.315 kasus). Tren kesembuhan pun berlanjut sejak dua pekan terakhir. Pada pekan pertama Agustus, tingkat kesembuhan masih 57,5 persen.
Juru bicara Gugus Tugas Covid-19 Sulut, Steaven Dandel, mengatakan, sekitar 85 persen dari jumlah akumulasi pasien Covid-19 adalah kasus tanpa gejala atau dengan gejala yang sangat minimal. ”Sebagian besar kasus Covid-19 di Sulut asimtomatis. Pasien-pasien ini cukup menjalani isolasi mandiri saja dan istirahat sampai sembuh,” katanya.
Sementara itu, sekitar 15 persen dari akumulasi kasus positif dirawat di rumah sakit untuk mendapat perawatan dukungan. Kendati begitu, tidak semua pasien di rumah sakit membutuhkan ventilator. ”Angka kesembuhan akan lebih tinggi seandainya obat Covid-19 sudah ditemukan,” ujar Steaven.
Untuk sementara, Gugus Tugas Covid-19 Sulut akan fokus pada pelacakan kasus-kasus yang tersebar di masyarakat. Steaven mengatakan, Covid-19 masih tetap ada di masyarakat dan belum dapat dikendalikan.
Besarnya kasus tanpa gejala menunjukkan kemungkinan warga yang terinfeksi masih beraktivitas seperti biasa di luar rumah. Angka reproduksi kasus di Sulut (Rt) pun masih mencapai 1,00.
”Tidak mungkin kami menghentikan adaptasi kebiasaan baru. Ada kepentingan ekonomi yang harus dilindungi pula. Karena itu, kami berupaya mengumpulkan sampel usap untuk uji PCR (reaksi rantai polimerase) dengan cara tes massal. Saat ini, rata-rata kami sudah bisa mengumpulkan 1,03 sampel per 1.000 penduduk, masuk lima besar di Indonesia,” tutur Steaven.
Setiap minggu telah ditetapkan target pengambilan 2.529 sampel. Kendati demikian, belum semua kota/kabupaten di Sulut mampu memenuhi target itu. Hanya Bitung, Tomohon, dan Minahasa Tenggara yang mampu mencapai target 1 sampel per 1.000 penduduk atau lebih setiap minggu.
Sementara itu, Pemerintah Provinsi Sulut terus berupaya meningkatkan kapasitas uji sampel untuk mendeteksi lebih cepat penderita Covid-19 di tengah masyarakat. Kantor Pemprov Sulut menyebut, Gubernur Sulut Olly Dondokambey berhasil mendapatkan sebuah mobil PCR untuk menunjang tes massal.
Dia bisa uji lebih dari sekali dalam sehari.
”Kapasitasnya 96 sampel sekali running. Dia bisa uji lebih dari sekali dalam sehari,” kata Olly mengenai mobil PCR bernilai Rp 4,14 miliar sumbangan Rajawali Foundation dan perusahaan tambang PT Meares Soputan Mining itu.
Menurut Olly, masyarakat saat ini telah dapat beraktivitas kembali. Perjalanan dari luar negeri pun dibuka perlahan, dimulai dari singgahnya tenaga kerja asal China sebelum melanjutkan perjalanan ke Morowali, Sulawesi Tengah. Pariwisata pun diharapkan dapat kembali menggeliat.
Karena itu, Olly kembali mengingatkan warga untuk selalu menaati protokol kesehatan. ”Jaga jarak, kenakan masker, dan sering cuci tangan. Tidak usah berkerumun,” katanya.
Sementara itu, polisi dan satuan polisi pamong praja di beberapa daerah, seperti Kotamobagu dan Manado, mulai menerapkan sanksi terhadap pelanggar protokol kesehatan. Di Kotamobagu, warga yang kedapatan tidak mengenakan masker diberi hukuman fisik berupa push-up.
Adapun di Manado, warga masih menanti terbitnya peraturan wali kota yang dapat memberikan sanksi fisik hingga denda administratif bagi warga yang melanggar protokol kesehatan. Hingga kini, pemerintah masih dalam tahap sosialisasi peraturan.
”Dua sampai tiga minggu terakhir, kami sudah laksanakan sosialisasi. Harapannya, saat aturan itu keluar, warga sudah taat dan terbiasa,” kata Wali Kota Manado Vicky Lumentut.
Kematian menurun
Pada saat yang sama, tingkat fatalitas (case fatality rate/CFR) Covid-19 di Sulut yang kini 4,3 persen juga menunjukkan tren menurun. Pekan lalu, CFR di Sulut berada di angka 4,5 persen atau menurun dari 4,7 persen pada pekan sebelumnya. Namun, angka ini masih lebih besar dibandingkan 3,2 persen di Jakarta yang telah mencatat 1.135 kematian dari 35.453 kasus.
Rasio kematian per 1 juta penduduk di Sulut juga tergolong tinggi, yaitu sekitar 60 kematian per 1 juta penduduk. Menurut data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), angka ini adalah ketiga tertinggi di Indonesia setelah Jakarta (115 per 1 juta) dan Kalimantan Selatan (80 per 1 juta).
Tidak ada kasus kematian di Sulut yang murni hanya karena Covid-19. Semuanya pasti diiringi penyakit komorbid.
Steaven mengatakan, hal ini karena tingginya prevalensi penyakit tidak menular di Sulut, seperti hipertensi, gagal ginjal, dan diabetes melitus. Jika terkena Covid-19, penderita penyakit ini, yang masuk dalam kategori kelompok rentan terkena virus korona, akan mengalami gejala lebih parah.
”Tidak ada kasus kematian di Sulut yang murni hanya karena Covid-19. Semuanya pasti diiringi penyakit komorbid. Karena itu, kami berupaya melindungi kelompok rentan ini dengan berbagai cara, salah satunya menyediakan sarana konsultasi daring,” katanya.